One

4.9K 962 633
                                    

Dua hari terakhir, Miraellyn bertemu dengan seorang pemuda di salah satu supermarket yang tidak jauh dari rumahnya. Pertemuan itu tidak istimewa, bahkan menurutnya itu sangat memalukan. Miraellyn tidak sengaja menginjak kaki pemuda itu, dan ia segera memberitahu nomor teleponnya agar pemuda itu bisa menghubungi dirinya untuk mengganti rugi biaya pengobatan kakinya yang terluka.

Ini aneh, karena pemuda yang menurut Miraellyn tampan itu masih belum menghubunginya. Ia hanya khawatir, apakah pemuda itu sudah mati karena kakinya membengkak? Tidak mungkin kan?

"Heh! Lagi ngelamunin apa lo?" tiba-tiba Anggar datang mengacaukan lamunan gadis itu, Miraellyn langsung mendengus sebal.

"Kepo amat lo kayak dora" jawabnya ketus.

Ia merangkulkan tangannya di pundak Miraellyn "Masih pagi udah sensi aja kaya merk masker" ujarnya sambil tertawa tidak jelas.

Miraellyn segera menyingkirkan lengan Anggar dari pundaknya "So asik banget, lo tuh ga diajak" ujarnya lalu berdiri untuk pindah posisi tempat duduk, kini Anggar dan gadis itu menjadi bersebrangan dalam satu meja.

"Lo berubah Mir, kita udah ga sedekat dulu"

"Alay najis"

Miraellyn mengabaikan kata-kata puitis Anggar yang mulai pemuda itu keluarkan satu persatu, sambil menahan kantuk Miraellyn mencoba untuk memainkan ponselnya walaupun ia hanya membolak-balikan halaman berandanya karena tidak ada hal yang menarik.

"Ah males gue berasa jadi radio rusak, gini amat ya punya temen yang kerjanya sensian mulu" Anggar menyerah, ia mungkin sudah lelah berceloteh terus menerus tanpa ditanggapi oleh sahabatnya itu.

"Lima belas menit lagi kelas mulai, jangan asik main hp terus" sindir Anggar.

"Bacot Rico"

"Lah itu kan nama kucing terganteng sedunia kesayangan gue"

"Ya iya, lo mirip si Rico, ga bisa diem" timpal gadis itu membuat Anggar berdecih kesal.

Anggar memang memiliki Kucing di rumahnya, kucing dengan jenis Persia yang memiliki bulu lembut berwarna abu. Miraellyn mengaku kucing itu memang sangat menggemaskan hingga rasanya ia ingin menculiknya dan membawa kucing itu ke rumahnya, namun sayang kelakuan kucing itu begitu lincah. Sama seperti pemiliknya, Rico selalu mengeong dan berjalan-jalan di sekitar ruangan. Pernah saat Miraellyn mengunjungi rumah Anggar untuk kerja kelompok, kucingnya yang bernama Rico langsung berlari kearahnya dan menggaruk ke kakinya seolah meminta gadis itu untuk menggendongnya. 

"Mir–"

"Bentar, gue mau ke toilet" ujar Miraellyn yang tiba-tiba merasa ingin buang air kecil "Lo diem, jagain barang-barang gue. Kalo ada yang ilang gue laporin lo ke pihak berwajib" ancamnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Anggar sendirian di meja itu.

Ting!

Suara notifikasi tiba-tiba terdengar membuat Anggar menoleh kebingungan mencari sumber suara, setelah memastikan jika notifikasi itu bukan dari ponselnya barulah ia menyadari jika suara itu muncul dari ponsel Miraellyn yang tertinggal di atas meja. Dengan iseng, Anggar membukanya dan membaca pesan itu. Ternyata itu pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Halo, ini beneran nomor kak Rae? Ini aku yang waktu itu di supermarket kak, kalo nanti siang kita ketemu bisa engga kak?
08.10

Begitulah isi pesan tersebut membuat Anggar mengernyitkan dahinya "Ini pesan modus pasti" gumamnya sok tahu dan langsung tergerak untuk membalas pesan itu.

Kamu nanyea? Kamu bertanyea-tanyea?
Nih biar aku kasih tau yah–
08.12

Belum sempat Anggar mengetikkan pesan balasan yang kedua, Miraellyn tiba-tiba muncul dari kejauhan membuatnya sedikit panik dan segera mematikan ponsel sahabatnya itu. Setelah Miraellyn duduk, gadis itu mengangkat sebelah alisnya "Lo kenapa ngeliat gue kayak ngeliat setan gitu?" tanyanya yang langsung dijawab gelengan oleh Anggar.

Have we meet before?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang