Bunyi bib teratur yang pertama kali indra pendengaranku tangkap, mengingatkan pada bunyi tombol telepon mainan ketika ditekan. Aroma khas bila Ibu mengepel dan bau obat ketika aku sakit pun mulai menusuk hidung. Di mana ini?Perlahan aku mencoba untuk membuka mata. Silau. Aku kembali memejam. Kepala rasanya berputar dan beberapa bagian tubuh terasa nyeri. Terutama bagian punggung. Pelan-pelan jari-jari tangan kugerakkan. Sedikit kaku dan nyeri. Apa yang terjadi?
Lamat-lamat terdengar suara orang berbicara. Aku kembali berusaha membuka mata. Langit-langit berwarna putih dengan lampu panjang yang pertama kulihat. Perlahan kugerakkan kepala yang terasa nyeri untuk menoleh ke kiri, samar ada beberapa orang yang berdiri di sana dan Ibu yang duduk di sofa sembari terpejam. Di sebelah kanan pun ada beberapa orang. Siapa mereka? Kenapa banyak orang di sini?
Suara yang semula lamat-lamat kian terdengar jelas. Ruangan serba putih itu menjadi ramai. Penglihatanku yang sudah bisa menyesuaikan dengan sekitar pun makin jelas. Dari banyaknya orang yang mengelilingi, tak ada satu pun yang kukenali. Wajah mereka pun aneh. Terlalu putih dan beberapa ada yang menyeramkan dengan noda darah di beberapa bagian.
“Ibuuu.” Aku berusaha memanggil Ibu dengan suara keras, walau tenggorokan terasa begitu kering. Namun, yang keluar hanya berupa gumaman terputus-putus.
“Iya, Ray. Akhirnya kamu sadar.”
Rasa takut kian mendominasi karena Ibu menembus orang-orang itu saat menghampiriku. Mereka bukan manusia?
“Ibuuu.” Aku masih berusaha untuk berteriak, meski rasanya ada banyak duri di tenggorokan. Aku ingin keluar dari ruangan ini.
“Akhirnya dia sadar.”
“Apa dia masih mengingat kita?”
“Kayaknya dia ketakutan.”Mereka makin merubung sembari terus berkata-kata, membuatku ingin segera bangkit dan melarikan diri. Mereka mengerikan. Setelah diperhatikan lagi, bukan hanya sekadar noda darah, melainkan mereka memiliki luka di beberapa bagian tubuh. Ada yang luka di wajah, di leher, dan di tangan. Ada yang tangannya hanya satu, lehernya miring, matanya nyaris lepas. Rasanya aku tak sanggup melihat mereka.
“Ibuuu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Icy Ghost
Teen Fiction"Aku ingin hidup normal."-Raya "Apa selama ini kamu berjalan pakai tangan dan makan pakai kaki? Kehidupan orang itu beda-beda, begitu pun dengan versi normalnya."-Igo. Raya hanya ingin melihat dan mendengar apa yang orang-orang di sekitarnya lihat d...