Malam ini suasana terasa begitu mencengkam dimana hujan mengguyur dengan deras, ditambah suara petir menyambar. Seperti biasa gadis gadis pribumi itu kini tengah membereskan bekas makan para tentara.
Ketika Juwita hendak mengelap meja terdengar suara langkah kaki mendekatinya. Juwita terperenjak kaget ketika tiba- tiba ada yang menyentuh pipinya.
"Sepertinya saya baru melihatmu" Ucapnya dengan senyuman menyeringainya. Juwita semakin gugup, dan takut.
"Iya tuan, saya pelayanan baru disini" Dengan berat Juwita menjawabnya.
"Oh pantas saja saya baru melihatmu, kau ayo ikuti saya" Titahnya
Jantung Juwita sudah berdebar tak karuan, ia terus saja berpikiran buruk kesana kemari, namun ia tetap mengikuti langkah tentara itu.
Tibalah Juwita bersama tentara itu disebuah ruangan kamar. Tentara itu segera mengunci pintunya.
"Apa tuan butuh sesuatu?" Juwita terpaksa bertanya karena rasa takut dan penasarannya semakin tinggi, ia takut akan diperlakukan yang tidak- tidak oleh si penjajah ini.
Dia tertawa. "Tentu saja, saya butuh kau untuk memuaskan saya di tempat tidur"
"Cepat kemari!" Perintahnya dengan nada keras.
Ucapan tentara membuat Juwita terperanjak kaget, ia semakin takut, Juwita terus berdoa apapun yang terjadi ia harus mempertahankan harga dirinya, apalagi untuk seorang penjajah seperti dia yang hanya numpang tinggal dan pencuri di negaranya.
"Maaf tuan saya tidak bisa" Juwita mencoba melarikan diri, Juwita mencoba untuk membuka pintu itu, namun apadaya pintu itu sudah dikunci.
Tentara itu mendekati Juwita, menjambak rambut Juwita, sampai sanggul rambut Juwita terlepas dan menguraikan rambutnya yang panjang , membuat Tentara itu lebih mudah untuk menarik rambut Juwita.
Juwita memegang rambutnya untuk mengurangi rasa sakit nya, ia meringis kesakitan, memohon agar tentara itu melepaskannya. Namun tentara itu malah makin geram menarik lebih keras lagi rambut Juwita, kemudian Juwita di seret dilemparkan ke ranjang.
Juwita mencoba untuk menjauh dari tentara itu, namun selalu gagal, tentara itu mulai menyentuh pipinya, dan mencoba membuka kemben yang dikenakan oleh Juwita.
Juwita terus merontak namun pukulan keras lah yang Juwita dapatkan setelah ia meronta, wajah Juwita mulai lebam kerena beberapa pukulan keras dari tentara itu.
"Kau layani saya, atau kau ingin membusuk di ruang bawah tanah" Teriaknya.
Juwita tak menjawab apapun ia hanya terus menangis menitikan air mata dibawah cengkraman tubuh tentara itu.
Bibirnya dicium dengan paksa, gigitan dari sang tentara membuat ia berdarah. Rasa sakit yang begitu bertubi-tubi Juwita rasakan ternyata tak sebanding saat kehormatannya dirobek paksa begitu saja, rasanya seperti ada urat-urat yang putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PRIBUMI | KARINA
Historical FictionKisah Berlatar tahun 1942 masa peralihan kekuasaan Hindia Belanda dari Belanda ke Jepang. Cast NCT~AESPA