Menolak ajakan Adrian memang tak pernah berhasil. Ada saja kelakuan yang buat Kiana mengalah dan menurut untuk latihan basket. Entah ada berapa cara yang digunakan Adrian untuk membujuknya dan selalu berhasil.
Di sinilah Kiana berada. Tempat latihan Adrian bersama komunitasnya yaitu Basketball Strey. Awalnya Kiana sudah menolak mentah-mentah untuk latihan di tempat komunitasnya, karena tempatnya yang terlalu jauh dari rumahnya. Padahal, di dekat rumahnya ada juga lapangan basket yang jarang digunakan. Kalau di tempat latihan Adrian sih, bisa jadi bertemu dengan teman-teman Adrian dan dirinya merasa canggung untuk bersama mereka.
Tapi, Adrian menggeleng dengan tegas. Karena lapangan tempat pemain Basketball Strey latihan terlihat sepi di hari sabtu seperti ini. Ya, otomatis Kiana menurut-nurut saja.
"Cobain lay up shoot pernah nggak, Ki?" Adrian melakukan dribble sambil menunggu jawaban Kiana. Tangannya terlihat lincah memantulkan bola berwarna oranye itu ke depan dan ke belakang dengan gerakan cepat.
"Gimana tuh?"
Adrian terkekeh dan memegang bola oranye tersebut dengan kedua tangannya. Mata Adrian mengarah pada bola oranye lainnya yang terletak di samping Kiana. Ia memberi kode untuk Kiana supaya mengambil bola tersebut.
Mereka pun berdiri pada garis setengah lingkaran yang berwarna putih di depan ring basket. Adrian pun mulai me-dribble bola basketnya dengan perlahan yang dimulai dari garis tembakan bebas. Ketika ia mulai bergerak mendekati ring, kecepatannya pun bertambah dan melakukan gerakan lay up yang dimaksudnya tadi. Bola oranye itu pun masuk melewati ring basket dengan cepat.
Kiana langsung bertepuk tangan dan tersenyum lebar melihat Adrian berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
"Gue tahu, pasti ini biasa menurut lo.. Tapi jujur, lo keren."
Kiana tak menutupi ekspresi kagumnya di hadapan Adrian. Dia masih menunjukkan ekspresi senangnya seraya bertepuk tangan. Tak lupa ia juga mengacungkan kedua jempol untuk memberikan apresiasi pada sahabatnya itu.
"Seorang Adrian kapan sih nggak keren?" balas Adrian dengan gaya sok kerennya.
"Najis."
Ekspresi Kiana yang semula terlihat senang pun langsung memasang wajah kesal dan seakan mual saat melihat wajah Adrian yang menyebalkan. Kedua tangannya langsung mengambil kembali bola oranye yang semula diletakkan di dekat kakinya, kemudian dipantulkan ke atas tanah. Tangan kanannya mulai melakukan dribble sebisanya, sampai tangan kirinya pun ikut memantulkan bola ke tanah dengan santai.
"Heh, nggak gitu cara mainnya." Adrian berjalan mendekati Kiana dengan tertawa.
"Bentar. Gue mau cobain dulu."
"Coba Lay up shoot bisa nggak?"
Sambil melakukan dribble, Kiana melirik Adrian sekilas dengan mencibir. "Menurut lo aja ya. Lo ngajarin cepet gitu? Gue masih amatir, Adrian."
"Ya udah, sini gue ajarin pelan-pelan," kata Adrian seraya mendekati Kiana untuk merebut bola tersebut.
"Ih, bentaran."
Salah satu tangan Kiana terangkat untuk mencegah Adrian mendekatinya. Bukannya menurut, Adrian justru ingin merebut bola tersebut dengan jahil. Tak kehabisan akal, Kiana memantulkan bola oranye di hadapannya dengan memutar tubuhnya. Ia menghalangi Adrian yang berada di belakangnya dengan salah satu tangannya. Sampai akhirnya, bola oranye tersebut jatuh mengenai sepatunya dan menggelinding ke luar lapangan.
Kiana berbalik badan dan menatap Adrian kesal. "Ngeselin banget ya," katanya seraya memanyunkan bibirnya.
Adrian maju beberapa langkah dengan tersenyum. Tangannya bergerak menyentuh puncak kepala Kiana dengan lembut dan mengusapnya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahan Teka-Teki
Novela JuvenilMemiliki Adrian Margiata sebagai sahabat adalah suatu kenyamanan tersendiri bagi Kiana Arshanna. Laki-laki yang cukup pintar dalam bidang akademik, dapat dipercaya, dan selalu menjaganya. Berada di samping Adrian setiap hari tak pernah membuatnya bo...