Frederick

217 12 5
                                    

Setiap tentara memilih satu pelayan dan langsung dibawa keluar dari ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap tentara memilih satu pelayan dan langsung dibawa keluar dari ruangan itu. Satu persatu para pelayan dan tentara semakin berkurang dalam ruangan tersebut. Perasaan Juwita semakin tak karuan antara takut, gugup dan juga penasaran.

Sebenarnya apa yang akan dilakukan oleh para tentara ini, pikiran Juwita semakin kemana-kemana ia takut kejadian malam itu akan terulang lagi, tapi Juwita bingung bagaimana untuk menghindari semua ini, ia tidak bisa melakukan apapun jika ia ingin hidup selamat. 

Dan sekarang Juwita menyadari ada seorang tentara yang sedang berjalan menuju kearahnya, Juwita tahu pasti Tentara ini yang akan membawanya dari ruangan ini, Juwita terus menunduk mulai memejamkan matanya, saat tentara itu mulai mendekatinya, namun dari arah belakang ada seseorang yang menarik tangannya, Juwita tersontak kaget, ia langsung membuka matanya. Namun tentara itu masih membelakangi Juwita dengan tangannya yang masih memegang erat tanganya sambil menuntun berjalan mengikutinya.

"Sorry Jorgent, dit is mijn deel" (Maaf Jorgent, ini bagianku) . Ucapnya tanpa menoleh kebelakang, dan masih menuntun Juwita menuju keluar ruangan tersebut.

Setelah mendengar kata- kata yang diucapkan olehnya, Juwita pun menoleh kebelakang melihat tentara tadi yang sudah berjalan mendekatinya. Tentara itu hanya memutar malas bola matanya, sampai akhirnya ia memilih gadis pribumi lain.

Sampailah Juwita di kamar bersama tentara yang menuntunya. Tentara itu hanya langsung duduk ditepi ranjang, namun Juwita masih berdiri terdiam dekat pintu.

Juwita mendengar tentara itu menghela nafas panjang. Juwita bingung apa yang harus ia lakukan, ketakutan yang baru saja ia rasakan malam sebelumnya, akankah terjadi lagi dimalam ini.

"Siapa namamu?" kata katanya membuyarkan lamuan Juwita.

"Juwita tuan" jawabnya terbata-bata

"Berapa umurmu?"

"19 tuan"

Tentara itu akhirnya menoleh kearah Juwita. Ia langsung terbangun dari tempat duduknya dan berjalan kearah Juwita.

Perasaan Juwita semakin berkecamuk tak karuan. Namun tentara itu menuntun tangan Juwita dengan pelan dan berjalan kearah ranjang. Juwita pun duduk bersampingan dengannya.

Juwita merasa aneh, kenapa tentara ini berbeda dengan tentara yang kemarin yang kasar dan menakutkan. Juwita merasa ia sedikit lebih baik, namun tetap saja Juwita tetap berpikiran buruk tentang tentara itu, mau kasar ataupun tidak pasti ujungnya tentara itu akan menyetubuhinya.

"Nama saya Frederick" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

Juwita yang sedari tadi selalu menundukan kepalanya, ia langsung mengangkat kepalanya perlahan menatap wajah tentara itu dengan hati-hati.

Ketika Juwita menatapnya, ia melihat seorang laki-laki dengan berwajah kulit putih bersih,rahangnya yang kokoh, hidung yang mancung dan tegas, manik mata coklat terangnya yang tajam dihiasi bulu mata lebat yang lentik, perpaduan yang sungguh indah. Gusti, selamatkan jantungnya yang kini sudah berdetak tak karuan.

GADIS PRIBUMI | KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang