Hari-hari berlalu, tak terasa sudah satu bulan Juwita bekerja di Batavia, ia pun sudah bisa mengirimkan uang pada Ibu juga adik kecilnya, walau terkadang rasa kecewa tak lepas dari hatinya, karena ia harus kehilangan mahkota kesuciannya yang ia jaga selama ini, namun kehadiran Frederick menyadari kehidupanya tak begitu suram, membuat hati Juwita sedikit berwarna setelah ia bertemu dengan Frederick.
Juwita yang awalnya menyangka hidupnya akan hancur karena telah salah memilih jalan untuk bekerja disana, terlebih setelah kehormatannya telah hilang begitu saja, Juwita yang merasa cahaya masa depanya meredup, kini mulai bersinar kembali karena kedatangan Frederick.
Frederick sering memanggil Juwita keruangannya, mereka sering mengobrol berbagai hal, selalu ada saja yang mereka bahas setiap kali mengobrol berdua. Kedekatan mereka pun benar-benar menghilangkan benteng status mereka, sudah tidak ada status antara tuan dan pelayan.
"Ini" Ucapnya sambil menyodorkan sebuah buku pada Juwita
"Buku apa ini?" Tanya Juwita sambil menerima buku tersebut.
"Itu kamus Bahasa Melayu-Belanda. Dulu sebelum aku bisa berbicara Bahasa Melayu, aku gunakan kamus itu" Jawabnya sambil duduk disamping Juwita.
"Menurutku tak ada salahnya kau belajar Bahasa Belanda"
Juwita tersenyum sumeringah. "Baiklah. Bagaimana kalau kau aku ajarkan juga Bahasa Sunda, bahasa daerahku"
Frederick mengangguk setuju. "Setuju"
"Mijn naam is Frederik" (Namaku Frederick). Ucap Frederick, kalimat-kalimat tersebut diikuti oleh Juwita, dan untunglah Juwita cepat tanggap tentang pelafalan huruf alfabeth Bahasa Belanda.
Kini mereka pun mulai bergantian dimana Frederick belajar Bahasa Sunda.
"Nami abdi Frederick" Ucapnya dengan logat khasnya, sehingga membuat Juwita beberapa kali tertawa.
***
Sore ini Frederick datang menemui Juwita dengan wajah sendunya. "Temani aku ke suatu tempat" Ujarnya
Juwita hanya menurut saja, Frederick mengambil kudanya. Cukup lama mereka menunggangi kuda melewati beberapa daerah. Jantung Juwita tak hentinya berdebar hebat, saat ia duduk dibelakang Frederick, dimana mau tak mau Juwita harus berpegangan pada Frederick.
Hingga akhirnya Juwita mendengar suara deruan ombak. Bau pasir terkena air pun menusuk indera penciuman Juwita, sebuah pantai bertengger didepan matanya.
Frederick menghentikan langkah kudanya, kuda itu pun berhenti mengikuti perintah tuannya.
Frederick mengikat kudanya pada pohon kelapa. Setelah memastikan kudanya berada ditempat yang aman, Frederick mendekat ke arah bibir pantai, ia menanggalkan seragamnya, menyisakan celana pendeknya.
Mata Juwita terpana melihat ciptaan Tuhan dihadapannya. Tubuh Frederick sangat indah, tubuhnya yang jenjang dengan otot-otot terbentuk jelas hasil latihan yang ia dapat bertahun-tahun di barak, rambutnya yang tertimpa sinar matahari, membuat pemandangan ini terlihat begitu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PRIBUMI | KARINA
Historical FictionKisah Berlatar tahun 1942 masa peralihan kekuasaan Hindia Belanda dari Belanda ke Jepang. Cast NCT~AESPA