Secangkir kopi yang meluapkan uap tampak sungguh nikmat di minum saat hari mendung seperti ini, itulah yang di lakukan Dewa, sembari menghirup wangi hujan yang baru saja membasahi tanah.
Hidup Dewa tampak dan memang nyaris sempurna jika saja dia seseorang yang mengerti akan kata bersyukur. "Loteng sialan." Namun semua yang ada di hidupnya seperti susah karena pikiran sempitnya sendiri.
Di angkatnya kursi itu karena percikan air hujan mengenai dirinya. Dari ujung sana ia dapat melihat keberadaan seseorang di atas atap rumahnya, tak menepi walaupun hujan sudah turun. Tak ingin mengambil pusing, lagian Dewa juga sudah tau siapa itu.
Hobi Dewa yaitu mendengarkan lagu, tak lama menunggu musik mengalun merdu di telinga.
"Tu anak udah gila kali ya?"
Tiba-tiba saja dia kepikiran dengan gadis yang menghampiri-nya waktu itu, sudah satu minggu yang lalu. Sebenarnya Dewa tidak terlalu dekat dengan Hazel, hanya sekedar tau, walaupun saat kecil mereka memang sering main bersama. Dan sekarang seperti orang tidak kenal, bahkan Dewa jarang melihatnya lagi.
"Dasar cewek matre," monolognya, lagi-lagi teringat ucapan Hazel yang ingin menjadi pacarnya hanya karena dirinya mempunyai banyak uang.
Jujur saja Dewa benci dan geram melihat cewek-cewek yang hanya ingin memanfaatkan dan menginginkan uang tanpa adanya rasa cinta. Jaman sekarang emang sudah tidak waras, pikirnya.
Drettt drettt drett...
Tertera ayah memanggil sudah 3× dalam beberapa menit yang lalu, dan Dewa baru menyadarinya.
"Kenapa, Yah?"
"Sekarang banget?"
"Huh, iya. Kesana sekarang."
Padahal Dewa ingin santai lebih lama disini. Namun, hal ini lebih penting, ia tidak ingin menambah masalah dengan Ayahnya lagi saat ini.
Dewa langsung menghabiskan secangkir kopi itu dengan cepat, kemudian mengambil kunci mobilnya.
***
Tujuan Dewa kali ini adalah rumah sakit, karena Ayahnya meminta mengantar barang.
Dewa melangkahkan kaki, keluar dari lift dan menuju ke ruang menaiki tangga itu satu persatu dengan cepat.
"Ck, punya mata ga lo?" decakan itu keluar kala seseorang menabrak bahunya.
"S-sorry," ucap orang itu.
"Ga sengaja, maaf ya."
"Lohh kak Dewa?" Mendengar itu Dewa lantas menengadahkan wajahnya.
"Nggak mungkin," ujar Dewa dalam hati, kenapa ia harus bertemu dengan gadis ini lagi?
"Ketemu lagi nih kita hehe," cengiran khas Hazel terekam jelas di mata Dewa, sangat menyebalkan.
"Boleh bareng nggak?"
"Nggak!"
"Gue sibuk," jawab Dewa acuh. Ia langsung saja bergegas pergi meninggalkan Hazel disana yang juga tidak mengejar Dewa, gadis itu tampaknya ingin naik lift.
Tak peduli, yang penting ia tidak bercengkramah panjang dengan dia, dan jika sudah selesai urusan Dewa disini, ia ingin ke rumah dan tidur.
Setelah sampai di ruangan ayahnya Dewa mengetuk pintu masuk langsung memberikan barang apa yang di inginkan ayahnya.
"Ini doang kan?"
Melihat respon ayahnya yang mengangguk-angguk setelah mengecek semuanya, barulah Dewa pamit pergi lagi, ia tak tahan disini berlama-lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/325074547-288-k597541.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity
Aléatoire"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...