— & —Manila in Love.
Jeongwoo mengerjap saat merasakan sentuhan tangan seseorang terselip ke bawah lehernya. Kepalanya langsung menoleh dan menemukan Haruto tengah berbaring dengan badan menghadap ke arahnya. Ponsel pemuda yang lebih tua beberapa bulan darinya itu sudah tersimpan rapi di atas nakas, di samping kepala.
"Ngapain?" tanya Jeongwoo perlahan. Sudah terbiasa dengan gesture Haruto yang selalu menawarkan lengannya untuk dijadikan bantalan tidur, membuat ia dengan refleks mengangkat kepala sedikit dan membiarkan lengan kiri Haruto merengkuh belakang lehernya dengan lembut.
Tapi yang membuat Jeongwoo tak terbiasa adalah gerakan lanjutan si pemuda yang mengelus-elus siku kiri dan kanannya. Mengangkat ke atas, membolak-balikkan ke kiri dan kanan seolah mencari sesuatu yang entah apa itu, Jeongwoo tak tahu.
Sentuhan halus Haruto berikan di bagian lengan kanan sang kekasih. Alih-alih menyahuti pertanyaan si manis, ia malah mengucapkan, "You did well today, Jeongwoo-ya."
Yang tentu saja membuat Jeongwoo jadi menaikkan sebelah alis, "Tiba-tiba banget?"
Anggukan pelan yang jadi balasan. Diiringi Haruto yang mendekatkan wajah ke arahnya. Dan baru dari jarak sedekat ini Jeongwoo dengan jelas bisa melihat sorot khawatir terpancar dari mata si pemuda Jepang.
Belum juga Jeongwoo menanyakan apa yang terjadi gerangan, Haruto sudah lebih mendahuluinya dengan bertanya, "Kebaret ya tangan kamu pas tadi dikerubungin. Tapi gak ada yang lecet, kan?"
Ah. Seketika Jeongwoo diingatkan kembali pada kejadian yang kurang mengenakkan tadi. Riuh dan bising suasana bandara dan bagaimana ricuh serta berdesakan para fans kembali terputar di kepala. Dari hati yang paling dalam Jeongwoo ingin sekali mengucapkan terima kasih atas antusias yang diberikan untuk ia dan grupnya. Sungguh rasanya menyenangkan punya orang-orang yang selalu memberikan dukungan pada mereka kemanapun mereka melangkah.
Tapi alangkah baiknya jika dukungan yang diberikan diiringi dengan pikiran akan keselamatan juga. Diikuti dengan berbagai macam pertimbangan untuk masyarakat umum kebanyakan, tidak hanya mengutamakan kesenangan.
Ia harap kedepannya, dukungan yang fans berikan bisa disalurkan dengan lebih tertib dan mengutamakan rasa nyaman.
"Aku baru liat video kamu di airport tadi. Kamu dikerubungin parah banget ternyata. Dan waktu kamu keluar dari kerumunan, kamu kayak ngecek siku gitu. Did someone scratched your arm?"
Rangkaian rusuhnya bandara Incheon tadi saat mereka akan berangkat ke Manila menghilang dari benak, diikuti dengan gelengan kecil kepala Jeongwoo.
"Gak apa-apa, kok. I can handle it."
Tatapan Haruto masih menyelidik ke arahnya dan Jeongwoo tawarkan senyuman lebar untuk menenangkan. Bahkan pemuda itu mengangkat siku kirinya dan menunjukkan pada Haruto. Memberi bukti bahwa memang kejadian ricuh tadi tak membuatnya terluka sedikitpun.
Jeongwoo menambahkan, "Yang kasian tuh Sahi-hyung tau. Udah kecil, kegencet sana sini makin kecil aja dia."
Diakhiri dengan tawaan kecil serta gerakan Jeongwoo yang meletakkan ponsel miliknya ke bawah bantal.
Haruto yang melihat langsung mendelik tak suka. Dengan segera ia meraih ponsel Jeongwoo dan meletakannya di atas nakas, berdampingan dengan ponselnya. Jeongwoo membalas dengan terkekeh pelan, ia tahu, Haruto sudah mengingatkannya untuk tidak meletakkan ponsel dekat dengan kepala saat tidur. Jika ini di dorm, Haruto pasti akan menceramahinya panjang lebar tentang bahaya pancaran elektromagnetik dari sinyal ponsel yang bisa mengganggu kualitas tidur. Sungguh, Jeongwoo sudah hafal kata demi kata yang akan Haruto ucapkan, saking seringnya ia diomeli oleh si yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Love - Hajeongwoo
FanfictionDoesn't matter 'cause it's enough To be young and in love • hajeongwoo • bxb • canon compliant (c) 2022 ; aprseptmate