Aku Lee Jisung, anak dari pasangan suami istri yang begitu cantik dan tampan. Tapi si cantik cintaku sudah berpulang lebih dulu pada pangkuan sang pencipta. Meninggalkan aku dan Ayahku yang tampan, Lee Jeno.
Aku anak tunggal. Ya, anak tunggal kaya raya sebut saja karena Ayahku arsitek yang menangani berbagai macam bentuk gedung atau apalah aku tidak mengerti.
Oh ya, usiaku tujuh belas tahun. Aku tidak terlalu kecil seperti yang kalian pikirkan.
Hidupku selama tiga belas tahun terakhir sangat bahagia. Ingat, sangat bahagia. Oh, kenapa tiga belas tahun karena di umurku yang ke tiga belas si cantik pemilik hatiku di panggil tuhan.
Bahagiaku seketika direnggut, harapku musnah, impianku hilang.
Sejak saat itu aku dan si tampan Ayahku Lee Jeno semakin merenggang. Ayah sibuk dan aku sibuk mengurung diri.
Sebenarnya Ayah tidak benar – benar menjauh dariku, ia selalu berusaha mendekat tapi seperti ada jarak setelah kepergian cintaku yang membuatku tidak ingin terlalu dekat dengan Ayah.
Mungkin Ayah sudah melakukan berbagai cara untuk membuat dirinya sendiri kembali dekat padaku, tapi aku rasa enggan.
Hubungan kami begitu – begitu saja sampai akhirnya Ayah memperkenalkan aku pada seseorang. Dan seseorang itu yang membuat aku dan Ayah semakin jauh.
Seseorang itu berusaha menggantikan posisi si cantik pemilik hatiku. Ia datang dengan senyum yang seolah tulus itu.
Jujur, dia memang cantik dan hidungnya waw luar biasa. Tapi aku membencinya saat tahu bahwa dia akan menikah dengan Ayah.
"Jisung..."
"Jika ayah mau membicarakan soal kekasih baru Ayah aku tidak mau! Aku benci Ayah!"
"Jisung keluar dulu sebentar, ayo kita bicara."
Malam itu seharusnya aku tidak membuka pintu dan berbicara pada Ayah. Dan seharusnya malam itu seseorang yang sekarang menjadi pengganti itu tidak datang.
Hidupku kacau, aku mulai membangkang, membolos di sekolah, berkelahi dan melakukan kenakan lainnya yang mampu membuat si pengganti itu pergi dariku. Menyerah dan meminta berpisah dari Ayah.
Tapi nyatanya tidak...
"Apa kau bilang! Jaga ucapanmu!"
Bugh bugh!
Aku menjadi tukang berkelahi di sekolah. Bukan tanpa alasan, teman – teman sekolahku selalu merundung aku. Yang paling sering mereka katakan adalah aku tidak memiliki orang tua lengkap. Sekalinya lengkap itu hanya pengganti alias ibu tiri.
Cih! Aku saja tidak sudi memanggilnya Ibu. Oh ya, si pengganti itu ingin di panggil Baba. Dan sampai sekarang aku memanggilnya dengan sebutan...
"Kau, sedang apa di sini?!"
"Jisung tunggu di luar ya, bersama Chenle dan Sungchan. Ba – paman akan bicara dengan gurumu dulu."
Terlihat jelas ia menahan kata itu. Aku bilang padanya jika aku benci pada sebutan itu, dan aku benci padanya.
"Harusnya kau bersyukur Babamu datang ke sini Jisung!" itu Chenlez sahabatku sejak kecil. Ia pemegang rahasia kuz dan bayarannya mahal. Sebulan sekali mentelatirnya makan goreng ayam buatan luar negeri itu.
Dan Chenle adalah penggemar nomor satu si pengganti. Katanya cantik dan baik hati, karena dia tidak pernah marah pada siapapun.
Termasuk aku yang telah terang – terangaan mendeklarasikan bahwa aku membencinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
famILY | NOREN + Jisung
FanfictionIni kisah mereka. Dengan sudut pandangan yang berbeda tapi berakhir bersama.