Aku terus melangkah sampai Aku melewati Argantara, tak berselang bebarapa detik Aku mendengar suara seseorang yang memanggilku yang membuat langkah kakiku terhenti seketika.
"Hey tunggu."
Aku langsung menoleh ke sumber suara tersebut, dan hal yang membuatku kaget adalah sumber suara tersebut ternyata berasal dari Argantara. Apa aku sedang bermimpi?, oh tentu saja tidak, karena sekarang Argantara sudah berdiri dihadapanku, yatuhan apakah Aku akan mati karena serangan jantung, ritme jantung ku terus bedegup kencang.
"Hmm hi," ucap Argantara
"Eh, hmm.. hai," ujar Mala sambil terbata - bata
"Hmm, Kamu mau pulang?," tanya Argantara
"eh..i-ii-iya," ujar Mala sambil terbata-bata
"hmm bagaimana kalau kita pulang bareng, kebetulan aku mau ke arah yang sama dengan mu," Ujar Argantara, yang malah membuat ritme jantung ku semakin cepat.
"eh, tidak usah, Aku akan dijemput oleh Ibu."
"hmm baiklah kalau begitu, Aku duluan ya," ucap Argantara dengan wajah yang murung
Tentu saja aku bohong dengan mengatakan akan di jemput oleh Ibu, Aku hanya saja tidak mau harus pulang dengan nya, kita bahkan tidak terlalu saling mengenal, yah mungkin dia yang tidak terlalu mengenalku, tentu saja Aku sangat mengenalnya
Dia langsung menyalakan motornya dan pergi begitu saja, Aku langsung lega setelah di pergi. Tapi tunggu dia bilang tadi mau ke arah yang sama denganku tapi kenapa dia malah pergi ke arah sebaliknya?, sudahlah bukan urusanku juga, kenapa Aku harus memikirkan hal itu. Nah sekarang Aku harus memikirkan bagaimana caranya Aku pulang kerumah. Sialnya sekarang sudah larut malam dan halte bis sedikit jauh dari sini, yang artinya Aku harus berjalan sampai ke halte bis. Saat Aku sampai di halte bis, tak lama kemudian bis datang, Aku langsung masuk kedalam bis, dan ternyata bisnya hanya ada satu penumpang saja, yaitu seorang lelaki yang jika ku liat dari perawakannya sepertinya dia seumuran dengan Argantara, dan yatuhan dia sangat tampan, dan tentu saja Argantara lebih tampan. Aku langsung duduk di salah satu kursi tepat tepat didepan laki-laki tersebut.
Aku langsung mengeluarkan headseat dari dalam tas dan mencoloknya ke hanphoneku dan langsung memutar lagu Usik dari Feby Putri, Aku sangat menyukai lagu ini, apalagi pada bagian "Tiada yang meminta seperti ini". Liriknya sangat menyentuh.
Tak lama berselang 8 menit tiba-tiba si cowo itu keluar dari bus, dan ternyata rumahnya cukup dekat denganku. Aku langsung mencabut headset yang terpasang di telingku karna tak lama lagi aku akan turun, tak lama berselang bus berhenti di halte, Aku langsung turun karna rumahku cukup dekat dari sini. Aku berjalan sampai ke rumah, saat Aku mengetuk pintu rumah ternyata Mama belum pulang, langsung saja Aku mengambil kunci rumah dari dalam tas dan membuka pintu, Aku langsung masuk rumah dan menuju ke kamar dan menjatuhkan badanku di atas kasur empuk yang sudah ku rindukan seharian ini.
Tanpa kusadari ternyata Aku malah tertidur, dan baru bangun ketika Ibu membangunkanku, saat aku bangun, langsung kulihat jam dan ternyata ini sudah pukul 23.45, ternyata sudah sangat larut. Aku langsung turun dari kasur dan menuju dapur karena Aku sudah sangat kelaparan, saat sampai di dapur, Aku melihat Ibu makan sendirian di meja makan, Dia selalu saja makan sendirian tidak pernah mengajakku makan bersama sejak Ayah meninggalkan kami saat aku masih duduk di bangku SMP tepatnya saat Aku kelas 8 sejak saat itu Ibu selalu makan sendirian dimeja makan.
Aku langsung mengambil makanan yang sudah Ibu masak dan duduk di hadapan, kami makan dalam diam, tak berselang lama Ibu sudah selesai dengan makanannya dan langsung pergi meninggalkan ku sendirian di meja makan, Aku tahu dia sangat lelah bekerja belum lagi dia harus mengerusku, terkadang aku berpikir untuk mati saja mungkin itu bisa mengurangi beban Ibuku tapi itu tidaklah mudah, mungkin bukan mengurangi beban pikirannya itu malah mungkin menambah bebannya.
Aku sudah selesai dengan makananku, Aku langsung naik ke atas menuju kamar dan tentu saja Aku harus mandi Aku sudah bau badan, mungkin itu alasan kenapa Ibu pergi meninggalkanku saat makan, ahh sudahlah Aku harus mandi. Langsung saja aku menuju kamar mandi dan mulai ritual mandiku, tak berselang lama Aku keluar dari kamar mandi, ahh rasanya segar sekali walaupun ini sudah larut malam, orang gila mana yang mau mandi jam segini, tentu saja orang gila itu adalah aku.
Selesai mandi dan berpakaian langsung kubaringkan tubuhku di atas kasur, saat kunyalakan handphone ku banyak pesan yang masuk dari aplikasi Whatsapp, tentu saja itu dari grub kelas yang membahas tugas yang di berikan Ibu Astrid tadi, dan kulihat ternyata Tamara juga mengirim pesan padaku, dia bertanya perihal tadi saat di perpustakaan saat di meninggalkanku berduaan dengan Argantara, ku ceritakan kejadian tadi sore saat Argantara mengajakku pulang, kurasa dia sangat histeris saat kuceritakan perihal itu padanya, awalnya dia mengira aku berbohong sampai akhirnya dia yakin.
Saat aku melihat jam di nakas sebelah kasur, sialan jarum jam sudah menunjukan pukul 01.35. Aku bisa terlambat berangkat sekolah besok, langsung ku letakan handphoneku di samping meja tempat tidurku dan kumatikan lampu, Ku tarik selimut untuk menutupi tubuh indahku haha, dan saatnya tidur..
"Pangeran kita harus pergi dari sini, kerajaan sudah tidak aman, kita telah diserang, ayo pengeran," ucap sang pelayan kepada sang pangeran sambil terus menarik sang pangeran yang terus melihat jasad Ibundanya.
Tak lama kemudian terdengar suara ledakan dari luar, seketika sang pangeran tersedar dari lamunannya dan kembali memandang jasad sang Ibunda, si pelayan terus mencoba menarik sang pangeran agar pergi dari sana sampai pada akhirnya sang Jendral datang dan langsung menarik sang pangeran yang terus meronta - ronta dan berteriak memanggil nama Ibundanya, saat sampai di gerbang belakang istana mereka di hadang oleh beberapa pengikut sang pemberontak, si Pelayan dan Jendral berhasil mengatasi orang-orang tersebut. Mereka terus berlari sampai pada akhirnya sang Pemberontak berhasil menemukan mereka di dalam hutan
"Kalian pikir kalian bisa lari dariku," ucap sang pemberontak
Sang Jendral mencoba menahan sang Pemberontak selagi Pangeran dan si Pelayan kabur, saat mereka sudah hampir sampai di tempat tujuan, tiba-tiba sihir hitam yang begitu pekat berhasil membuat mereka terpental, Si Pelayan langsung bangun dan berlari menuju sang Pangeran yang sudah pingsan, salah seorang Perempuan pengikut setia sang Pemberontak berhasil mengejar mereka.
"Hei Pelayan bodoh, menyingkir dari hadapanku dan jangan halangi Aku, jika kau masih ingin hidup," ucap sang perempuan kepada Si pelayan yang berdiri di depannya mencoba melindungi pangeran
"Anda akan membayar atas perbuatan Anda kepada keluarga kerajaan," ucap si Pelayan
"Lancang sekali ucapanmu itu, Kau harus mengetahui dimana tempatmu Pelayan sialan", Ucap si Perempuan kepada Si Pelayan dengan penuh amarah dan sambil merpalkan mantra, sedetik kemudia sihir hitam pekat menuju ke arah Si Pelayan dan........
KRINGGGGG!!!!
KRINGGGGG!!!!
KRINGGGGG!!!!
Nirmala berhasil terbangun berkat suara alarm dengan keringat di dahinya akibat mimpi semalam, Dia langsung duduk di pinggir kasur dan kembali memikirkan perihal mimpi tersebut, kenapa terus datang hampir setiap malam.
Saat dia melihat jam di samping meja tempat tidurnya ternyata dia masih punya waktu 30 menit sampai mata pelaran pertama di mulai.
"Aku masih punya waktu 30 menit", Nirmala sedikit berguman...
End of Part "With Stranger"
Hai everyone, aku penulis baru disini, kalau ada kesalahan dalam penulisan cerita dan lain lain mohon di sampaikan yah, Thankyuu so mucheee udah baca
Tadi aku dapat pesan dari Argantara, katanya kalau ada yg mau nitip pesan kedia, nitip di komen aja
~~Vote & Comment~~
+×+ HidakaKenzo +×+
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala & Argantara : The First of Tragedy
Ficção AdolescenteNirmala adalah sebuah kesalahan bagi Argantara begitu juga sebaliknya. Nirmala adalah luka bagi Argantara, tetapi Nirmala juga yang memberikan harapan untuk Argantara! Kesalahan yang mereka buat menuntun mereka pada sebuah pilihan yang sulit, tapi a...