Entah sudah berapa kali aku sakit hati karnanya, dari aku masih kecil yg belum tau apapun dan sebenarnya masih sangat perlu bimbingan, bukan cacian atau justru diminta untuk tidak lahir.
Entah berapa lama aku harus memendam menahannya, yg saat hanya sekedar menaikkan volume bicara saja sudah dinilai salahku dan jadi durhaka.Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dimana satu kaki melalangbuana diluar sana yg tidak jelas eksistensi perannta. Yg aku butuhkan bukan sekedar uang mereka, ada saatnya verulangkali aku menahan lapar aku masih baik walau perut memang sakit tapi aku masih hidup sampai sekarang. Aku kesepian, aku kebingungan, tidak punya arah, aku butuh pelukan, aku tidak punya yg dikatakan cinta pertama , aku kehilangan mimpiku sudah sejak kecil dan ambisi untuk hidup. Aku sadar ini salah tapi sangat susah menghilangkan ini. Bukan, bukan rasa ingin cepat mati namanya, namun aku menyebutnya rasa bersalah karna aku hidup.
Kaki satunya lagi, yg aku tidak tahu harus menilainya bagaimana. Aku berterimakasih karna km sendirian memilih ada, walau terasa sama saja. Apa, apakah aku seharusnya tidak perlu lahir sedari awal, apakah aku memang tidak berguna tidak membanggakan tidak punya nilai samasekali, apa benar. Aku berterimakasih km sidah bekerja keras dalam pekerjaanmu, tapi bagaimana denganku, apa memang harusnya aku tidak hidup selama ini jadi km bisa lebih fokus tidak diganggu tidak ditambah rasa pusing lagi. Aku kira akan berhenti, yg ternyata masih saja km terus lakukan sampai sekarang, dan aku masih tetap tidak baik2 saja.
Bisa hidup sampai sekarang, aku tidak tahu apa bisa menyebutnya bertahan. Aku tidak benar2 punya alasan untuk bertahan, maafkan aku agamaku, tapi benar tidak karena apapun. Bahkan yg kata orang untuk alasan kecil sekalipun aku tidak punya. Jikasaja tidak ada aturan yg melarang hal itu.
Jadi kapan aku sudah boleh menyerah