Helaan napas dan decakan keluar dari mulut Masnatama, laki-laki itu hanya bisa menahan diri untuk tidak terhuyung ke depan karena penuhnya gerbong kereta yang ia tumpangi siang itu. Saat kereta mulai berhenti di stasiun kelegaan beberapa penumpang terdengar begitu jelas di telinga Masnatama. Beberapa orang mulai pergi satu-persatu meninggalkan gerbong tersebut, termasuk Masnatama. Laki-laki itu kembali menaruh tali tasnya yang melorot di pundak.Saat ia mulai menginjakkan kaki di stasiun, panas matahari siang yang bercampur dengan aroma khas besi berkarat dari rel kereta api menyambutnya seketika. Matahari siang ini cukup menyengat, tetapi karena angin yang cukup kencang berhembus di siang itu menjadikan suasana hangat menyambut kembali kedatangannya di Kota ini. Masnatama tersenyum saat ia akan keluar dari stasiun, hangatnya Kota ini, ternyata masih sama hangatnya seperti ia terakhir kali datang kemari.
Masnatama kembali melangkahkan kakinya dan berjalan dengan kamera di tangannya. Atmosfer siang itu cukup bagus, Masnatama mengarahkan kamera miliknya lalu memotret sekeliling sembari kembali melanjutkan langkahnya untuk menaiki salah satu angkutan umum.
Bandung, ia kembali mendatangi Kota ini bukan untuk sekedar mengelilingi berbagai sudut tempatnya. Tetapi kini tujuannya datang kemari adalah untuk bekerja di salah satu Coffee Shop. Dan perjalanannya bukan hanya sampai di situ saja, ia akan mencari pengalaman di sini sebagai barista, dan suatu saat nanti impiannya untuk membangun Coffee Shop akan terwujud. Laki-laki itu kembali tersenyum, menjalankan profesi yang bagian dari hobinya adalah suatu hal yang paling menyenangkan dan patut ia syukuri.
"Depan kiri, Mang!" Masnatama bersuara membuat beberapa orang di dalam meliriknya.
Masnatama mengabaikan lirik-lirikan beberapa orang tersebut, dirinya berancang-ancang untuk turun dari angkutan umum itu. Mobil tua dengan besi yang sudah mengelupas dibeberapa bagian serta sebuah salon yang dimodif agar tetap hidup di belakang sana—berhenti tepat di tempat yang ia maksud. Masnatama mulai menunduk dan kakinya baru saja hendak menginjak pijakan tetapi di pijakan itu bukan hanya ada kakinya melainkan ada satu kaki lagi dari luar sehingga membuatnya bertubrukan langsung dengan pemilik kaki tersebut.
Masnatama kembali mundur, suara sang kernet angkutan umum terdengar melihat penumpangnya yang tidak sabaran. "Sabar atuh, Neng! Satu-satu, biarin si 'Aa-nya dulu keluar." Kernet dengan posisi topi terbalik itu mempersilahkan Masnatama untuk keluar terlebih dahulu.
Setelah turun dari angkutan umum, Masnatama menoleh ke belakang dan menemukan seorang gadis berambut sebahu yang tadi sempat bertubrukan dengannya. Masnatama menaikkan bahunya seolah acuh dan tidak mempedulikan gadis yang kini sudah hilang dibawa angkutan umum, ia beralih menghembuskan napasnya lega
Masnatama mendongak, matahari yang tadi sedikit menyengat, kini tertutupi oleh awan putih, membuat sekitar menjadi teduh. Esok adalah hari pertamanya bekerja, dan hari esok juga adalah hari pertamanya untuk menjalani hari-hari di Kota orang, jauh dari keluarga dan teman mungkin akan membuat Masnatama kesepian, tetapi Masnatama yakin bahwa ia bisa melewati hari-hari kesepiannya itu.
>>><<<
Hallo-hallo, Bandung!
Sebelumnya, terima kasih banyak buat kalian yang sudah mampir ke cerita aku iniii...
Mari kita saksikan, kisah-kasih Masnatama di Kota ini, Kota Bandung.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Diaforetikós | Na Jaemin
FanfictionAwalnya, tujuan Masnatama pergi ke Kota Bandung adalah untuk bekerja disalah satu Coffee Shop. Masnatama pikir, tinggal di sana bukakanlah suatu hal yang sulit untuk ia lakukan, dan memang benar, tidak sulit, tetapi setelah hari-hari berlalu Masnat...