Bagi Hyeon Pria manis yang sudah bertunangan dengannya adalah semesta nya.
"jangan berharap lagi, karena dia tidak akan kembali."
Meskipun banyak sekali yang mengatakan jika semesta nya tidak akan kembali lagi ke dalam pelukannya. Namun Hyeon masih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dalam hidupnya, Hyeon adalah tipe Perempuan yang sangat sulit untuk jatuh cinta, apalagi sampai harus menaruh kepercayaan penuh kepada seseorang. Namun hal tersebut seketika musnah saat dirinya bertemu dengan Pria pemilik senyuman yang begitu manis di sebuah taman. Menghabiskan waktunya untuk duduk di sebuah bangku taman di setiap sore untuk melihat senja. Sebab Pria itu suka sekali dengan keadaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam, ketika piringan matahari secara keseluruhan telah lenyap dari cakrawala.
Di hari pertama mungkin Hyeon hanya diam saja dengan manik yang menatap kearah Pria manis yang tengah duduk di sebuah bangku taman dengan kepala yang mendongak keatas melihat langit di sore hari menjelang senja. Dihari kedua ia kembali datang, memastikan jika Pria itu kembali datang. Dan di hari ketiga saat ia datang kembali, ia dapat memastikan jika Pria manis itu memang suka menghabiskan waktunya untuk melihat senja. Akhirnya dengan rasa penasaran yang cukup besar pada Pria manis itu, Hyeon memberanikan dirinya untuk menghampirinya.
"Hai."
Masih teringat jelas di dalam otaknya satu kata itulah yang terucap saat ia pertama kali memberanikan diri untuk menghampiri Pria manis yang sejak awal sudah membuat dirinya merasa terpesona.
"Kau siapa?"
Itu adalah dua kata yang Pria manis itu ucapkan saat pertama kali Hyeon menghampirinya. Pria itu nampak tidak nyaman dengan kehadiran Hyeon, namun beberapa detik setelahnya Pria itu tersenyum manis kearahnya.
"Boleh aku duduk disini."
Masih teringat jelas dibenak Hyeon bagaimana saat pertama kalinya ia mencoba untuk mendekati Pria bermarga Park tersebut. Ia sadar jika dirinya adalah seorang gadis, tidak sepantasnya melakukan hal seperti itu. Tidak seharusnya ia mencoba untuk mendekati seorang Pria terlebih dahulu. Namun ia merasa jika Pria manis yang sering duduk di bangku taman tersebut adalah sosok yang berbeda, terlihat manis dan begitu lembut secara bersamaan.
"Duduk saja, aku merasa senang jika ada yang menemani."
Dan dari situlah keduanya mulai dekat. Setelah melihat senja bersama untuk pertama kalinya, Pria bernama lengkap Park Jimin tersebut memutuskan untuk bertukar nomor dengan gadis manis yang menghampiri dirinya untuk pertama kalinya.
Air mata Hyeon kembali menetes saat mengenang kembali pertemuan dirinya dan Park Jimin untuk pertama kalinya. Hingga pada akhirnya keduanya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Setelah menjalin hubungan selama dua tahun lamanya, akhirnya Park Jimin melamarnya dihadapan kedua orang tua dan keluarga besarnya. Pria itu mengatakan jika apapun yang terjadi sebisa mungkin Hyeon tidak akan meninggalkannya. Namun sekarang apa yang terjadi, justru Jimin lah yang meninggalkannya terlebih dahulu. Ia tidak tahu kapan tunangannya itu akan kembali padanya. Tapi ia masih tetap percaya bahwa semesta nya akan kembali meskipun banyak orang yang mengatakan jika Jimin tidak akan kembali padanya.
"Kau pasti kembali, kan? Katakan padaku jika kau pasti akan kembali padaku dan memelukku seperti biasanya." monolog Hyeon sembari menatap bingkai foto yang menempel pada dinding ruang kerjanya.
Hyeon hampir gila, atau mungkin memang dirinya memang sudah merasa gila karena orang yang dicintainya tak kunjung kembali. Meskipun telah banyak yang mengatakan padanya jika Jimin memang tidak akan kembali padanya, tapi ia masih meyakini jika Jimin akan kembali untuknya. Karena Jimin selalu berjanji untuk selalu bersama dengannya. Pria itu akan menua bersama dengannya. Mereka akan menikah ketika Jimin kembali. Saat ini Hyeon masih meyakini semua itu. Jika suatu saat nanti tunangannya akan kembali padanya.
🍁🍁🍁🍁
"Eonni, maaf aku sedikit telat."
Hyemi tersenyum, lalu menatap jam yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya, "Hanya terlambat lima menit." ucap Hyemi pada Perempuan cantik yang kini sudah duduk di depannya.
"Eonni, sungguh aku sangat sakit karena Hyeon harus membenciku." ucap Seo Ra dengan tatapan yang seketika berubah menjadi senduh.
Hyemi meraih tangan Seo Ra, lalu menggenggamnya. Ia sudah menganggap perempuan bermarga Hwang tersebut layaknya Adiknya sendiri.
"Dia hanya masih belum bisa menerima semuanya. Kau sudah mencoba meyakinkannya. Tapi dia merasa tidak terima." ucap Hyemi yang juga merasa begitu sedih dengan apa yang terjadi kepada Adiknya.
Seo Ra mengambil sebuah undangan di dalam tasnya. Undangan pernikahan dirinya dengan sang kekasih yang akan berlangsung tiga minggu lagi. Ia sudah menganggap Hyemi sebagai kakaknya, meskipun kini Hyeon membenci dirinya, namun ia masih berharap jika sahabatnya bisa datang ke acara pernikahannya dengan sang kekasih.
"Aku tahu, mungkin Hyeon masih butuh waktu." ucap Seo Ra sembari memberikan undangan pernikahan dirinya dengan sang kekasih pada Hyemi, "Aku akan menikah, Eonni. Aku harap kau dan Namjoon Oppa bisa datang." lanjutnya dengan tatapan penuh harap.
Hyemi mengangguk, lalu menerima undangan tersebut dengan sebuah senyuman, "Aku merasa bahagia kau akan segera menikah, memang tidak baik jika terlalu lama menunda pernikahan. Kalau memang sudah saling cinta, memang sudah sepantasnya kalian menikah."
"Aku ingin meminta maaf kepada, Hyeon. Sungguh aku berharap sekali dia hadir di acara pernikahanku. Tapi apa dia akan memberikan maaf untukku?" tanya Seo Ra.
Untuk saat ini Hyemi merasa tidak yakin dengan hal itu. Sebab untuk mendengar penjelasan darinya saja Hyeon masih belum bisa menerimanya. Gadis itu masih pada pendiriannya jika Jimin akan kembali padanya. Berulang kali pun Hyemi mencoba menjelaskan pada Adiknya jika Jimin tidak akan kembali padanya, namun Hyeon masih tetap pada keyakinannya jika tunangannya itu akan kembali. Hyeon bebal, dan karena sikap bebalnya itu semua orang yang menyayanginya merasa begitu sakit.
Mengabaikan penjelasan dari semua orang, sering mengamuk jika orang yang menyayanginya mengatakan jika Jimin memang tidak akan kembali. Pada akhirnya semua menyerah untuk menjelaskan, begitupula kedua orang tuanya yang sudah tidak mau lagi menjelaskan apapun. Mereka memilih diam dengan rasa sakit karena Puterinya yang masih belum bisa menerima apa yang telah terjadi.
"Dia akan memaafkan mu, hanya menunggu waktu saja."
"Eonni, aku hanya tidak ingin Hyeon larut dalam kesedihan yang membabi buta. Kau tahu kan aku juga sangat menyayanginya. Aku hanya berusaha menjelaskan semuanya. Menjelaskan padanya fakta yang sebenarnya telah terjadi, aku tidak ada niat untuk menyakiti sahabatku sendiri." ucap Seo Ra dengan air mata yang mulai menetes membasahi wajahnya.
Hyemi mengangguk, "Aku mengerti, dia hanya butuh waktu. Nanti aku akan mencoba untuk bicara padanya."
"Aku harap dia mau memaafkan ku. Hanya itu yang aku ingin darinya."
"Dia pasti akan memberikan maaf untukmu, aku akan mencoba untuk bicara padanya." ucap Hyemi.
Seo Ra mengangguk, sampai kapanpun ia akan menunggu maaf dari sahabatnya, sebab ia begitu menyayangi Hyeon.
"Mungkin dia masih butuh waktu untuk menerima."
Entah sampai kapan Hyeon akan seperti ini. Bahkan semua yang menyayanginya pun tidak tahu sampai kapan Hyeon akan bisa menerima apa yang telah terjadi.