Bab 3

11 1 0
                                    

Pasangan pengantin baru itu sudah
kembali ke kamarnya.

Ustadz Farhan berbalik, menatap
punggung istrinya yang tengah menutup
pintu. Dihampirinya sang istri. Dipeluknya dari arah belakang. Jihan yang menerima serangan tiba-tiba tentu saja terkejut bukan main. Namun Zara berusaha mengultimatum dirinya untuk tetap tenang.

"Pintunya jangan lupa dikunci, sayang.
" Bisik ustadz Farhan tepat ditelinga Jihan.Ustadz tampan 27 tahun itu sengaja menggoda istrinya. la lalu tersenyum tipis melihat tangan yang sedang gemetar tersebut.

Setelah memastikan pintu sudah
terkunci rapat. Ustadz Farhan melepaskan pelukannya, menggandeng tangan Zara dan membawanya duduk di tepi ranjang.

Zara menundukkan kepalanya,
merasa tidak sanggup menatap pria
tampan yang menjadi suaminya itu. Ustadz Farhan memiliki wajah yang tampan dan putih berseri, tatapannya tajam sekaligus meneduhkan. Mengirimkan perasaan luar biasa yang mengalir di seluruh peredaran darahnya dan menyebar ke seluruh tubuh. Membuat Jihan merasakan.....

Kruuukkk.. Kryuukk....

Lapar.

"Mama, Zara malu. " Pekik Jihan
kemudian. Tubuhnya reflek memeluk
ustadz Farhan dan menyembunyikan di dada suaminya. Setelah sadar Zara hendak melepaskan pelukannya, akan tetapi ustadz Farhan menahannya.

Zara yakin pasti kini wajahnya sudah
seperti tomat busuk. Rasanya Jihan ingin
menghilang dari muka bumi ini

"Kenapa tidak bilang kalau lapar.
Gumam ustadz Farhan. Mengusap kepala
Zara yang masih terbalut hijab.

"Dari tadi Zara tidak merasakan lapar
sama sekali. Sepertinya cacing di perut
Zara marah karena tidak diberi makan."
Sahut Zara pelan.

"Sejak kapan? "

"Tadi siang."

"Ya Allah, pantas saja cacingnya marah. Ya sudah tunggu di sini dulu, abi
ambilkan makanan ke dapur. " Ujar ustadz Farhan penuh perhatian. Ia sengaja menyebut dirinya abi, agar nanti Zara tidak bingung akan menyebutnya apa.

Dalam sebuah keluarga sudah
seharusnya menggunakan panggilan yang mesra. Jangan sampai menyebut namanya langsung. Seperti yang rasul kita ajarkan, beliau menyebut sayyidah Aisyah dengan sebutan Khumaira.

"Tapi, bi. Kata mama, Zara jangan
sampai menyuruh Abi ini itu hingga
sepuluh hari ke depan. Biar Zara ambil
sendiri saja. " Cegabh Zara ketika ustadz
Farhan sudah melepas pelukannya.

Sang mama banyak memberinya
nasehat-nasehat pernikahan, untuk
pengantin baru khususnya. Diantaranya
tentang uang mahar. Kata mama nya yang diberi tahu oleh ayahnya, uang mahar harus disimpan dengan baik, jangan digunakan jika tidak ada keperluan yang sangat mendesak.

"Memang benar, tapi yang sekarang ini
kemauan abi sendiri. "

"Zara ikut Abi saja kalau begitu. "

"Pengantin baru, maunya nempel
terus. " Goda ustadz Farhan seraya
menggelitik di bawah dagu Zara.

"Abi, geli. " Cicit Jibhan dengan wajah
memerah. Ustadz Farhan hanya terkekeh. Lalu menggandeng tangan Zara untuk keluar dari kamarnya.

Di dapur ternyata masih ada ustadzah
Dita dan santri yang lain, membersihkan
dapur.

"Ra, tolong ambilkan nasi sepiring saja.
" Ucap Ustadz Farhan kepada salah satu
santri di sana. Mengabaikan ustadzah Dita yang mencuri-curi pandang ke arahnya.

"Mau lauk apa, sayang. " Tanya ustadz
Farhan ke arah Zara.

Ustadzah Dita yang hatinya sudah
terluka merasa semakin perih. Kalimat
panggilan ustadz Farhan untuk istrinya
adalah air garam yang mengguyur ustadzah Dita tepat dihatinya yang terluka.

"Yang ada saja, bi. " Sahut Zara
dengan suaranya yang lembut.

"Nasi nya tambah lagi Ra." Titah
ustadz Farhan saat melihat nasi yang Naura ambilkan hanya cukup untuk satu orang.

"Itu sudah cukup, bi. Memangnya Abi
mau makan juga?"

"Tentu, "

Setelah nasi dan lauk diambilkan.
Keduanya duduk di meja makan yang
terletak tak jauh dari arah dapur. Keduanya makan dengan khidmat, satu piring berdua. Ustadz Farhan menyuapi Zara menggunakan tangannya. Pemandangan itu tentulah menjadi pemandangan yang lebih menyakitkan lagi untuk ustadzah Dita.

Ustadzah cantik itu pun buru-buru
pergi dari dapur. Membiarkan para
muridnya yang melanjutkan pekerjaan
membereskan dapur.
.

.

.
TBC

FARHAN ADNAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang