Bab 5

8 1 0
                                    

Selepas sholat Sunnah. Zara diminta
untuk mengganti sarung yang ia kenakan untuk sholat dengan gaun tidur pendek tanpa lengan. Kini Zara masih mengurung diri di kamar mandi.

Sebetulnya pakaian seperti itu adalah
pakaian yang biasa Zara pakai untuk tidur. Akan tetapi kali ini kondisinya berbeda. Di luar sana ada suaminya yang telah menunggu dan ingin dilayani. Baju yang Zara kenakan adalah hadiah dari sepupu ustadz Farhan.

Zara menarik nafas panjang lalu
menghembusnya secara perlahan.
Mengipasi wajahnya yang terasa panas
menggunakan kedua tangannya.

Tok... Tok... Tok...

Zara berjangkit kaget akibat ketukan
di pintu kamar mandi.

Zara menyemangati dirinya.
Membuka pintu dan keluar dari bilik
kamar mandi. Ustadz Farhan menunggu
dengan kedua tangan menyilang di
dadanya yang telanjang. Baju koko yang
suaminya kenakan untuk sholat tadi telai raib.

Zara menelan ludah susah payah.
Dada bidang kuning langsat itu
mengganggu fokus Zara.

Ustadz Farhan menyadari kegugupan
yang Zara rasakan, karena ustadz Farhan  juga merasakan hal yang sama. Tapi bedanya ustadz Farhan masih bisa
mengontrolnya. Diraihnya pundak Zara
dan menuntunnya ke arah ranjang.

Ustadz Farhan lebih dulu mengambil
tempat duduk di sisi ranjang. Lalu menarik Zara agar duduk di atas pahanya. Zara hanya diam dan menurut. Istilahnya sami' na wa atho'na. Membiarkan apa saja yang akan ustadz Farhan lakukan kepada dirinya, tubuhnya. Dan akan menuruti kemauan suaminya ketika ustadz Farhan memintanya.

Tangan ustadz Farhan terulur meraih
tangan Zara. Dua tangan yang saling
menggenggam saat ini, sama dingin dan
gemetar. Ustadz Farhan yang tidak pernah bersentuhan dengan wanita manapun, dan Zara yang tak tahu harus bersikap seperti apa ketika dihadapkan dengan seorang ustadz.

"Rodlitu Billahi Rabba. " Gumam
ustadz Farhan lirih, suaranya ikut bergetar karena gugup. Tangan Zara begitu lentik dan lembut.Kelembutannya mampu menggetarkan hati ustadz Farhan.

Tangan Zara turun secara perlahan.
Ketika ustadz Farhan melepaskan
genggamannya. Tangan lunglai itu
akhirnya jatuh lunglai dikedua sisi
tubuhnya. Zara memejamkan kedua
matanya, menanti dengan cemas apa yang kiranya akan suaminya ini lakukan. Zara Tidak begitu mengerti apakah berbeda atau sama, pernikahan antara orang biasa dengan orang berilmu. Tapi yang sedang Zara alami saat ini sungguh berbeda dengan cerita-cerita romantis yang tertera dalam novel.

Ustadz Farhan melakukan setiap
sentuhan pada tubuhnya diiringi dengan
doa. Zara berpikir, apakah suaminya ini
menghafal terlebih dahulu atau memang
inilah sebenarnya kehidupan kamar
pengantin.

Ustadz Farhan menelan ludah dengan
susah payah. Sekalipun halal, ini adalah
bagian tersulit dalam ukuran sesuatu yang belum pernah ia lakukan. Ustadz Farhan mengurungkan tangannya yang hendak menyentuh dada Zara, ia sangat gugup dan takut melakukan kesalahan. Akhirnya tangan ustadz Farhan naik ke wajah Zara.Meraih dagu kecil nan lembut itu. Ustadz Farhan tersenyum simpul. Zara sangat kentara kalau sedang gugup, kedua matanya terpejam kuat dan keningnya berkerut dalam.

Zara membuka mata, merasakan
sentuhan di dagunya. Keduanya lantas
saling berpandangan.

"Kalau istri sangat takut seperti ini.
Abi jadi bimbang untuk melanjutkan. "
Seloroh ustadz Farhan.

Zara buru-buru menggeleng. Meraih
tangan ustadz Farhan. Tanpa disangka-sangka ternyata Zara meletakkan tangan kekar itu di dada
kanannya.

Deg.....

Jantung ustadz Farhan merasakan
keterkejutan yang luar biasa. Tangannya
terasa kaku dan susah bergerak di atas
permukaan yang sangat kenyal tersebut.

Zara menatap wajah suaminya yang
memerah. Terlihat sangat jelas jakun
ustadz Farhan yang naik turun dengan cepat.

"Za-zara hanya gugup. Zara milik Abi.
Sepenuhnya milik Abi. " Cicit Zara
terbata-bata.

Ustadz Farhan tersenyum kecil.
Membiarkan tangan kanannya tetap di
dada Zara. Merapalkan doa lalu membawa kepala Zara mendekat ke arahnya. Setelah jarak sudah dekat barulah ustadz Farhan meraih bibir ranum istrinya.Menghilangkan jarak hingga tak tersisa sedikitpun.

Mengikuti instingnya, Zara
mengalungkan kedua tangannya di leher
ustadz Farhan.

Keduanya sudah berada di balik
selimut. Tubuhnya terasa dingin namun
hangat disaat yang bersamaan. Dingin oleh
AC dan hangat oleh tindihan tubuh ustadz Farhan dan juga selimut yang membungkus keduanya.

Selama ustadz Farhan melakukan
sesuatu kepada dirinya, Zara hanya
mampu memejamkan mata. Sesekali
tubuhnya akan terlonjak kaget, oleh
gerakan tangan dan bibir ustadz Farhan dibeberapa bagian tubuhnya. Setiap
sentuhan ustadz Farhan di seluruh tubuhnya tidak ada yang luput dari bacaan doa, yang keluar dari bibir manis suaminya itu.

Mula-mula ustadz Farhan menyentuh
kedua dada Zara dengan tangannya,
memberi remasan pelan disertai dengan
doa, lalu mencium kening, telinga, pipi,
hidung, pundak, leher, kedua telapak
tangan, dan kembali ke area dada, lebih
tepatnya diantara kedua dadanya, disertai dengan doa pula. Terakhir ciuman lembut di kedua dadanya yang kemudian berlanjut ke tahap berikutnya.
.

.

.
TBC

FARHAN ADNAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang