Bagian 34

2.9K 129 9
                                    

Gracia membuka matanya perlahan dan langsung berjengit kaget dengan tempat dirinya berada sekarang. Gracia langsung berdiri dan mengamati tempat itu yang mirip seperti penjara. Gracia mulai panik dan ketakutan.

Gracia berdiri dan menggedor jeruji besi itu dengan keras. "TOLONG SIAPAPUN, LEPASKAN AKU DARI SINI! AXELLE, TOLONG AKU!"

Gracia terus melakukan itu sampai dirinya kelelahan. Gracia lemas dan terduduk di tanah. Gracia tak hentinya menangis. Seumur hidupnya, dia belum pernah melihat tempat yang menurutnya mengerikkan ini. Gadis itu memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangannya.

Terdengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat ke arahnya. Gracia mengangkat wajahnya sedikit dan terkejut dengan kehadiran seseorang yang ternyata sudah berada tepat di depannya. Dia tidak mendengar suara pintu penjara dan gembok terbuka, dan tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk.

Seseorang itu berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan Gracia. Di bantu cahaya lilin yang remang-remang, Gracia masih mampu melihat wujud seseorang itu yang memiliki kulit sangat pucat dan jangan lupakan mata merah yang tidak normal dimiliki oleh manusia kecuali seseorang tersebut memakai lensa mata.

Gracia semakin bergidik ngeri melihat orang itu menampilkan seringainya yang jelas menunjukkan taring. Gracia mencoba menghindar namun sayang tidak bisa lantaran dirinya terhalang tembok di belakangnya dan juga kedua tangan orang itu berada di kedua sisi tubuhnya membuatnya tidak bisa bergeser ke mana-mana.

"Ow, mangsa ini terlihat sangat ketakutan. Betapa lucunya dia."

Mata Gracia membulat mendengar satu kata MANGSA yang di ucapkan orang itu. Gracia mencoba mendorong orang itu dengan tangannya yang gemetaran hebat. Keringat dan air nata bercampur menjadi satu di wajahnya.

"K-kamu siapa? Kenapa aku ada di sini?"

"Masih berani bertanya dengan situasimu yang seperti ini? Ha ha, sangat bodoh!"

Gracia menundukkan kepalanya sedalam-dalamnya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tangisannya lah yang memenuhi penjara hening itu, lalu terdengar hembusan nafas kasar dari seseorang di depannya yang memecah keheningan itu.

Seseorang itu merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah pisau kecil yang terlihat tajam dan mengkilap. Seseorang itu mengangkat dagu Gracia hingga kedua mata keduanya saling bertemu.

Orang itu memainkan pisau di depan mata Gracia. Gracia menahan nafasnya dan matanya melotot lebar menatap pisau itu horor. Seseorang itu lalu tertawa keras.

"Aku penasaran, bagaimana hasil lukisanku selain di kertas. Boleh aku mencobanya di kulitmu? Jawabanmu hanya dua, boleh dan Iya."

Gracia membungkam mulutnya rapat-rapat. Tubuhnya semakin gemetaran. Seseorang itu mendekatkan ujung pisaunya ke dagu Gracia. "Baiklah, aku tahu jawabanmu."

Tubuh Gracia membatu. Dia tidak bisa memberontak sama sekali. Ia berpikir, kalau dirinya semakin memberontak maka sesuatu yang lebih buruk pasti akan ia dapatkan dari orang yang menyandranya ini. Jadi, Gracia hanya mampu menutup matanya dan menunggu sesuatu yang akan terjadi pada dirinya.

Orang itu melirik tengkuk Gracia, lalu terbesit suatu ide di kepalanya. Dia mulai mendekatkan pisaunya ke tengkuk gadis yang meringkuk ketakutan itu. Di karenakan keheningan di tempat itu, gesekan pisau dan kulit menimbulkan bunyi.

Tubuh Gracia terlonjak. Ringisan kesakitan terdengar di bibir gadis itu. Darah segar mengalir membasahi baju bagian belakang Gracia. Gracia menangis dalam diam. Orang itu masih sibuk dengan kegiatannya dan sesekali melihat ekspresi kesakitan Gracia yang semakin membuatnya bersemangat.

"GIOVANNI. Nama yang indah dan cocok di tengkukmu. Kau suka?"

Benar, seseorang itu adalah Giovanni. Giovanni tersenyum puas dengan hasil karyanya. Dia tidak sembarangan dengan mengukir namanya di kulit Gracia, karena dia punya rencananya sendiri.

AMBER and the vampire prince (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang