7. BUKAN DILAN

0 1 0
                                    

                    Happy Reading guys ❤️

"DILANNNN!!!!!!!!!"

"Allahuakbar, apalagi ini" Abizar mengelus dadanya sabar. Suara pak botak sangatlah cempreng seperti toak masjid yang rusak. Murid-murid pun sampai kaget mendengar suara pak botak.

Abi mendengus kesal "bisa gak sih manggil nama asli gue, dilan-dilan Mulu kesel banget dah sumpah" gerutunya seraya berjalan ke arah pak botak berdiri.

"Abizar pak bukan dilan, Emak saya betul-betul ngasih nama yang bagus sama bapak main ganti aja"

"Terserah saya dong kenapa kamu sibuk" Abi memutar bola matanya malas. Percuma saja debat dengan pak botak tidak ada hasilnya lebih baik mengalah daripada makin panjang, "terserah bapak aja lah, kenapa bapak manggil saya?"

"Oh itu tolong kamu antar Lia ke perpustakaan sekalian bawa buku yang harus di rapihkan juga, bisa kan dilan?"

"Ck, kan masih banyak orang sih pak kenapa harus Abi sih?" Abi berdecak kesal kenapa guru satu ini sepertinya senang sekali merepotkan orang lain.

"Tidak usah membantah laksanakan saja, gitu aja repot"

"Iya pak iya sebagai anak yang teladan plus baik saya mau" akhirnya Abi hanya bisa pasrah saja, walaupun tidak niat mau bagaimana lagi.

"Nah bagus" ucap pak botak seraya memukul pundak Abizar. Abizar hampir limbung karena pundaknya yang di tepuk sangat keras.

'anjir ni guru kagak kira-kira kalo mukul' batin nya kesal.

"Yaa gak usah mukul juga dong pak" ucap nya menyindir.

"Yaudah-yaudah saya pamit dulu, ingat jangan mampir kemana mana antar buku itu ke perpustakaan" peringat pak botak.

"Iya-iya pak" jawab Abi dengan malas.

Abizar berjalan menghampiri Lia yang sepertinya kesusahan membawa buku di lengan nya, bahkan wajahnya tidak terlihat karena tumpukan buku yang menjulang tinggi itu.

"Biar gue bantu" ucap nya seraya mengambil beberapa tumpukan buku yang tadi menutupi wajah Lia. Lia terkejut dengan apa yang Abizar lakukan.

"Makasih" ucap nya pelan.

Akhirnya mereka berjalan beriringan menuju perpustakaan, hening tak ada yang membuka pembicaraan selama perjalanan menuju perpustakaan. Ada kecanggungan di antara mereka berdua. Sampai akhirnya mereka telah sampai di perpustakaan.

"Biar gue aja yang beresin, makasih udah bantuin bawa tadi" ucap nya seraya menyusun buku di rak. "Gue juga di suruh bantuin beresin jadi, mending kita beresin sama-sama kan cepet selesai nya" ujarnya tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

"Hm, yaudah terserah aja"

Setelah beberapa saat mereka sibuk dengan kegiatannya yang menyusun buku di rak.

"Huh, tinggal satu buku ini doang, ya ampun tinggi banget sih tempat nya. Tangga nya dimana ya" Lia celingak-celinguk mencari tangga untuk membantu nya menaruh buku di rak paling atas. "Nah ini dia ketemu"

Abizar yang ada tak jauh dari tempat Lia hanya diam memperhatikan apa yang di lakukan nya tanpa niat membantu. Memang laki yang tidak peka!.

Selesai juga, saat ingin turun dari tangga tiba-tiba kakinya tidak pas menginjak anak tangga hingga.

"Aaaaa" Lia menutup mata, tapi ada yang aneh harusnya kan dia jatuh dan pasti punggungnya membentur lantai, tapi ini tidak terasa apapun malah dia merasa seperti melayang.

Perlahan dia membuka mata dan alangkah terkejutnya melihat apa yang terjadi, ternyata Abizar menangkap nya.

Sejenak Abizar terhanyut melihat betapa teduh nya pandangan Lia.

"E-eh sorry" ketika ingin bangkit Abizar menahan lengannya, Lia panik karena Abizar perlahan mendekat kan wajahnya

"cantik" ucap nya.

Lia yang mendengar perkataan abi menjadi salah tingkah sendiri. Buru-buru dia bangkit, berusaha mengontrol detak jantung yang tak biasa ini.

"Ekhem, makasih udah nolongin gue" ucap nya.

"Hm sama-sama"

Keadaan tiba-tiba saja menjadi canggung diantara mereka mencerna kejadian yang barusan terjadi, hening cukup lama di antara mereka.

"Eh, gue duluan ya ini udah selesai semuanya" Lia membuka suara setelah lama hening di antara mereka. Abi hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo sebenernya siapa Lia" gumamnya.

~~~~~~~~

Saat ini Abi dkk sedang berada di kantin, mengisi cacing yang sudah memberontak di dalam perut mereka. Beberapa saat hanya keheningan di antara mereka sebelum..

"Gue pengen deh jadi anak pendiem" celetuk Jamal tiba-tiba. Sambil terus memakan bakso pesanan nya.

"Pfft, Lo mau jadi anak pendiem?" Tanya Zayn berusaha untuk menahan tawanya, yang di balas anggukkan oleh Jamal.

"Setan kayak elo mana bisa jadi anak pendiem yang ada bakalan Keliatan aneh anjir" sahut bagas. Mendengus kesal, melihat respon dari para sahabatnya kalau di pikir-pikir kan jadi pendiem nggak ada salahnya, sudah bagus punya pemikiran seperti itu malah di patahin sama sahabat nya sendiri.

"Ya emang apa salahnya sih kan itu isi pikiran gue saat ini, lu pada bukan nya dukung malah begitu" ucap nya cemberut memajukan bibirnya kedepan.

"Kagak usah cemberut begitu jijik gue liatnya mal!" Ucap abi yang sedari tadi hanya diam.

"Udah-udah kuy ke kelas"

"Gas lah udah siap ini makan nya juga"

Mereka semua berjalan beriringan menuju ke kelas, saat tengah berada di koridor mata abi tak sengaja menatap lia yang sedang berjalan dengan seorang lelaki yang di yakini bukan anak sekolah ini, karena seragam yang di gunakan nya berbeda.

Abi menghentikan jalan nya, membuat para sahabatnya menaikkan alis nya bingung, termasuk Bagas yang berjalan di belakang Abi karena tak menyadari orang di depan berhenti dan akhirnya membuat nya menubruk punggung abi.

Duk

"Anjir jidat ganteng gue" pekik nya sambil mengelus jidat yang membentur punggung abi.

Mendengus kesal "Lo Napa berhenti tiba-tiba sih setan, kasih aba-aba dulu kek sakit ini jidat gue"

Abi mengabaikan gerutuan Bagas, fokusnya saat ini hanya pada orang di depan sana. Bagas melihat ke arah pandangan abi, tersenyum jahil.

"Ciee, ada yang panas nih liat gebetan nya sama yang lain kiw" ujarnya dengan tatapan menggoda ke arah abi. Abi yang mendengar itu pun menatap tajam Bagas.

"Apaan sih setan! Kagak jelas lo" dengus nya kesal, dan berjalan mendahului Bagas.

Bagas yang melihat sahabatnya kesal pun hanya tertawa kecil "eh, tungguin gue abianjing"

Saat sudah sampai di kelas perasaan nya sama tak tenang 'apa sih bi lo kenapa sih gak jelas amat buang perasaan lo jauh-jauh' batin nya, Abi menggeleng kepalanya membuang pikiran tak jelas nya itu.

Jamal yang melihat abizar menggelengkan kepala nya pun menyeringit bingung, "zar sakit kepala?" Tanya Jamal.

"Kagak" jawab nya singkat. Jamal mengedikan bahu, bodoamat lah sahabatnya emang aneh.

"Bego!" Gumam seseorang.

***

Hayooo jangan lupa vote komen nya, kasih masukan juga nih kalau tulisan papih banyak yang typo❤️🔥

_tbc_

BUKAN DILAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang