Lahir di keluarga kaya bukan berarti selalu di puncak kejayaan. Ada kalanya berada di titik kegagalan, titik terendah.
Sama halnya dengan Jaemin. Waktu diberi tanggung jawab untuk mengurus salah satu restoran papanya, dia pernah gagal dua kali. Kegagalan pertama dia tidak bisa mengelola keuangan resto hingga pendapatan menurun drastis, kerugian yang tak pernah papanya lalui. Kegagalan kedua dia ditipu oleh partner bisnisnya. Karena kesalahannya yang satu ini restoran benar-benar bangkrut, bahkan hampir ditutup. Namun, dari semua kegagalan inilah Jaemin belajar. Belajar lebih baik, belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dan juga kesalahan-kesalahan lainnya.
Hingga Jaemin bisa membangun kembali restoran itu setelah dua kali ia melakukan kesalahan. Dari satu restoran yang ia kelola kini sudah beranak menjadi 8 resto di Seoul.
Yang kini menjadi penafkah bagi istri dan anaknya.Setiap hari Winter dibuat galau karena bosan hanya duduk di rumah dan menonton tv. Tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan ketika di rumah sendirian. Semua pekerjaan sudah dilakukan oleh mesin-mesin canggih yang dibeli Jaemin. Bukan dia tidak bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri, tapi suaminya trauma dengan kejadian satu tahun lalu. Waktu Winter hamil 8 bulan, dia mengalami pendarahan karena disebabkan kelelahan. Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa itu berlebihan dimana Winter sekarang sedang tidak hamil. Tapi, hal ini berbeda bagi Jaemin.
"Gue bosen di rumah sendirian. Kapan pulangnya, Na? Kenzo pasti belum tidur siang ya kan?" Pada akhirnya Winter memutuskan untuk menelfon Jaemin. Suara sang suami terdengar jauh di sana.
"Bentar lagi pulang kok bby. Ini gue sama Kenzo lagi di supermarket lo mau titip apa? Stroberi mau??"
"Iya deh stroberi aja. Cepet pulang ya, tapi hati-hati."
"Siap bby, muahh....." Panggilan terputus
Beberapa menit kemudian tibalah meraka di rumah yang sudah ditunggu Winter. Setelah wanita itu membukakan pintu,
"Mamaa...."
"Bby... kita pulang." Dari depan pintu dilihatnya dua sosok kehidupannya. Karena usianya yang masih satu tahun, Kenzo saat ini hanya bisa mengucapkan kata Mama dan Papa saja.
"Sayang, sini-sini atu-tuu... anak Mama," ucapnya sembari mengangkat tubuh Kenzo ke bahunya.
"Na, jangan lama-lama dong kalau keluar. Gue bosen apa-apa udah dilakuin tu robot. Terus gue gak ada kerjaan kayak pengangguran tau gak—"
"Shuuutt!" Jaemin mengunci mulut istrinya dengan jari telunjuknya. Dengan begitu Winter baru berhenti bicara.
"Gue kan kerja bby. Mau lihat gue pengangguran?"
Winter reflek melepas tangan Jaemin yang menempel pada bibirnya.
"Eeh! Ya nggak gitu. Maksudnya gue pingin itu robot diilangin. Biar gue aja yang ngerjain pekerjaan rumah."
Kenzo yang digendong Winter makin menempel seperti anak yang berhari-hari tidak bertemu Mamanya.
Jaemin adalah manusia anti banget sama yang namanya stroberi, namun sebaliknya Winter malah wanita pemuja stroberi. Orang bilang jodoh itu mirip dengan kita, sebelas dua belas katanya. Tapi kenyataannya jodoh adalah kebalikan dari diri kita.
***
Tok... tok...
Suara pintu kamar di ketuk. Walau penghangat ruangan menyala tetap dingin yang menyeruak karena matahari juga belum terbit.
"Sayang, bukain dong. Janji gak lagi. Gue kedinginan nih." Haechan meringkuk kedinginan di depan pintu kamar.
"Enggak mau, rasain kedinginan," balas Ghiselle dari dalam kamar tidur di tengah-tengah ranjang seolah-olah tempat itu memang diciptakan hanya untuk dirinya.
Walupun kedengaran tidak peduli, dia juga menghawatirkan Haechan. Pada akhirnya Ghiselle juga bersedia membukakan pintu.
Ceklek..
Pintu terbuka bersamaan dilihat suaminya yang kembali meringkuk di atas sofa dengan sebuah selimut di atas tubuhnya.
"Chan, masuk deh!" ucapnya singkat.
"Ga jadi, disini aja."
"Dingin bodoh! Gue nggak mau lo sakit."
"Tadi katanya rasain kedinginan? Ya udah nurut gue."
"Kalau nurut itu masuk!"
"OGAH!!"
"Ya udah, kalau gitu gue tidur di luar juga." Ghiselle tak mau kalah.
"Iya udah deh iya, masuk ih. Mana bisa lihat istri gue tidur di luar begini. Gak-gak!" Laki-laki itu beranjak dari sofa dan menggendong istrinya ke dalam kamar.
"Woiii woii!! apaan dah lepasin Chan!" Giselle memukul-mukul dada suaminya meronta meminta untuk diturunkan. Namun laki-laki itu tak menggubris dan malah menutup pintu dengan kakinya.
***
Wanita berpiama itu mondar-mandir di depan kamar mandi. Berusaha memikirkan cara untuk menggagalkan pernikahan yang tidak ia dambakan. Mengatakan yang sejujurnya saja kini sudah tidak ada gunanya.
"Winter! Iya winter, gue kudu ngomong sama dia." Ning-ning bergegas mengambil ponselnya dan segera menelpon sahabatnya.
"Hallo?"
"Kacau win kacau. Ini pasti mama lo kan yang nyomblangin gue sama Kak Chenle? Ngaku lo!"
"Bukan urusan gue, itu urusan orang tua. Terima aja napa sih?"
"Terima? Kak Chenle bukan tipe gue win, gue juga bukan tipenya Kak Chenle. Gue test pack aja biar semua pada percaya kalo gue gak lagi hamil."
"Dengan lo buktiin lo gak hamil. Om Zhong bakal merasa dipermainkan tau gak? Bisa-bisa nama keluarga lo yang rusak."
"Bukannya kalo kayak gini malah nama keluarga dia juga yang jelek?"
"Ya tapi seenggaknya keluarga mereka mau tanggung jawab."
"Win plis gue gak hamil beneran. Ini cuma karena rencana bodohnya kak Chenle. Gue males berhubungan sama orang-orang berkuasa modelan mereka."
Tutt..
Ning-ning memutuskan panggilannya. Rasa yang ada pada dirinya sekarang hanyalah kemarahan yang seharusnya ia limpahkan pada sang pemilik rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Couple | NCT Dream × Aespa [ON GOING]
FanfictionJika Daun yang berguguran jatuh karena kehendak-nya, maka takdir yang terjadi dalam diriku pun adalah ketentuan-nya. ~Ningning ﹏ ﹏ ﹏ ﹏ ﹏ ༺♡༻ ﹏ ﹏ ﹏ ﹏ ﹏ Tanpa blurb langsung baca Wajib follow sebelum baca |Update sesuai mood| Mulai 29 Januari...