AUTHOR POV
"Jika kau berpikir aku adalah orang yang sama, maka kau salah besar, Mingyu." Dahyun membuat satu reka ulang kejadian dramatis yang terjadi di cafeteria.
"Berisik, Dubu!" Lisa memutar bola matanya.
"Omo! Kau jantan sekali, Lalice!" DK bertepuk tangan.
"Jangan mengejekku, Oppa! Bagaimana jika dia memukulku? Aku tidak bisa terus menerus bersikap seperti seorang pemberani." Lisa tampak cemberut.
"Bukankah ini yang kau inginkan? Kau sudah mengetahui apa akibatnya jika kau menjadi seorang lelaki bukan?" DK tertawa.
"Aishhh! Aku tidak mengharapkan sebuah perkelahian, dia memiliki tubuh yang cukup kekar. Aku bukanlah tandingannya, apa kalian menginginkanku terluka?" Lisa membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
"Tidak ada salahnya kau melanjutkan latihanmu di gymnastics. Aku bisa menemanimu berlatih." DK tersenyum.
"Dasar genit. Jangan berpikir aku tidak mengetahui niatmu, Oppa." Dahyun mencibir. "Kau hanya ingin menebar pesona pada pria jantan."
TING!
"Ajumma?" Dahyun melirik pesan di layar ponsel. "Kenapa kau masih mengabaikannya?"
"Biarkan saja." Lisa berbaring di sofa panjang yang menghadap ke jendela.
"Kemarin ada beberapa orang yang datang kemari, mereka datang untuk mencarimu."
"Jangan katakan apa pun, Dubu. Mereka adalah orang suruhan Maleficent."
"Sampai kapan kau akan menghindar darinya? Bagaimana pun dia adalah orang tuamu."
"Aku tidak peduli." Lisa tampak asyik dengan ponselnya.
"Apa yang kau lihat?" Dahyun ikut berbaring dan menjepit Lisa di sofa hingga muat untuk keduanya.
"Langkah pertama untuk mendapatkan kesuksesan." Lisa menyeringai.
- -
Lisa tengah berjalan melewati sebuah gang, setelah berjalan beberapa menit dia bertemu dengan jalan yang lebih besar. Gadis itu mengamati keadaan di dalam, beberapa orang tampak bersitegang dan terlihat siap menghancurkan toko ini.
Lisa membuka pintu mini market dan mengambil perhatian semua orang. Beberapa orang kembali fokus pada pria muda yang bertugas sebagai kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL LIAR [ JENLISA | GXG ] ✔
Fanfiction[ AREA 🔞 GXG ] Memberikan satu kebohongan hampir selalu membutuhkan kebohongan lain. Sebelum menyadarinya, dia akan terjebak dalam kebohongan itu sendiri.