Saya Akan Menghindari Pemimpin Pria Dan Membuat Harem Saya

Jil. 2 Bab 4 - Wajah adalah Hal yang Menakutkan

Aku mengernyitkan mataku dengan lembut pada pertanyaan kurang ajar pria itu.

Itu adalah kehendaknya sendiri bahwa dia terluka seperti ini.

Dia bahkan tidak melakukan serangan balik, cukup untuk dicemooh, hanya ditusuk!

Dan juga, dengan sengaja!

'Bagaimana saya menyembuhkan tubuh ini?'

Itu sedikit menjengkelkan, tapi... sebenarnya, mendengarkan cerita Franz tentang dia, saya membuang kebencian saya.

"Kapan aku berjanji untuk merawatmu jika kamu terluka?"

"Lalu kenapa kamu datang?"

Mungkin karena rasa sakit yang luar biasa, mata dan suaranya mengantuk.

"Mengapa kamu datang?"

"Saya ... pikir akan lebih baik jika Anda mendapatkan perawatan."

Telingaku panas memikirkan bahwa kata-kataku dulu dan sekarang tidak cocok.

'Panas, panas'

Apakah itu karena suhu tubuh pria itu?

Menyadari bahwa aku terlalu dekat dengannya saat ini, aku cepat-cepat bersandar.

Pada saat yang sama, pria itu melepaskan rantai dan memindahkannya ke samping.

Saat saya tersentak mendengar suara berat besi yang bergerak, dia memastikan kepada saya bahwa dia dengan tangan kosong.

Seolah-olah dia mencoba mengatakan bahwa aku tidak dalam bahaya.

Setelah mendapatkan keberanian, saya membuka tutup botol jus poppy.

Phong , suara ringan bergema di antara dia dan aku.

Ketika saya membawa jus poppy kepadanya, yang melihat botol itu, dia menoleh dan berkata.

"Aku tidak mau meminumnya."

Apakah dia pikir itu ramuan yang aneh?

Ya, itu mungkin.

Saya mendengar dia bereksperimen selama 5 tahun.

"Ini adalah obat penghilang rasa sakit, jus poppy."

"......"

"Rasanya seperti ceri."

Namun, pria itu dengan keras kepala menutup bibirnya dan tidak bergerak.

"Ini tidak akan merugikanmu."

Aku menyesap ramuan itu terlebih dahulu.

Nah, aroma dan rasanya manis dan asam.

Saya memasukkan kembali botol itu, tetapi dia masih menolak untuk meminum obat penghilang rasa sakit.

Aku bisa memaksanya untuk minum seperti terakhir kali, tapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya.

"Apakah kamu menungguku?"

"......"

Itu adalah pertanyaan yang dengan berani saya tanyakan, tetapi kali ini lagi, pria itu tidak memberikan tanggapan apa pun.

Sebaliknya, lehernya bergemuruh keras.

Entah bagaimana aku merasa mendapat jawaban, jadi aku mengeluarkan batu ajaib itu tanpa mengganggunya lagi.

"Jika aku bertahan..."

Saya mencoba untuk mulai berdoa dengan mata tertutup, tetapi gema rendah terjadi di atas kepala saya.

"... apa untungnya bagimu?"

"Yah, bagaimana menurutmu?"

"Apakah menguntungkan bagimu jika aku menang? Atau lebih penting bagimu jika aku membuat pertandingan itu layak ditonton?"