01 Awal dari Akhir

213 25 13
                                    

★Happy Reading★

''..benar-benar habis..tidak bersisa.''

''Ini semua karena kesalahanmu sendiri, kau terlalu serakah.''

''Benar, aku memang serakah. Tetapi, mengapa bukan aku saja yang pergi?''

''Dengan begini, kau akan merasakan rasa sakit yang amat luar biasa. Hingga rasanya lebih baik mati.''

''Kau benar, bahkan disini, didalam dada ini..sudah mati rasa. Selamat, kau berhasil.''

''Semua sudah tuntas, kalau begitu.. Selamat Reane.''

''Kau benar-benar menghancurkan ku, ***.''

~•••~

''Huah!'' ia terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin mengalir di pelipisnya, mimpi yang terasa begitu nyata, mengerikan.

'Apa itu tadi? Masa depan? Masa lalu?'

Mengingat dimana dirinya melihat dua orang yang salah satunya tak lain adalah dirinya sendiri, wanita bersurai merah itu menggenggam selimut dengan erat.

Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana dirinya hancur, kesedihan dan kepedihan terlihat jelas dari matanya, mata hijau itu terlihat redup, seakan tengah tak bernyawa.

'Jika memang itu masa depan, artinya aku akan hancur.'

Pupil matanya bergetar, mengingat bagaimana dirinya hancur dan siapa yang mampu membuat wanita itu menjadi mayat hidup.

Keserakahan, hal yang ia ingat sepenuhnya dari mimpi mengerikan itu.

'Serakah..'

Didalam hidupnya, hal yang berhubungan dengan itu hanyalah.. Keluarga.

Menoleh ke kanan, matanya menemukan sesosok lelaki berambut hitam yang tengah tertidur dengan lelap. Pria itu tampak lelah, tentu saja. Karena mereka habis beraktivitas semalaman.

''Aku takut..'' tangannya berganti posisi, dari yang awalnya meremas selimut, kini menjadi memeluk dirinya sendiri.

Wanita itu gemetar, jika memang benar apa yang diimpikannya adalah masa depan.. Maka ia akan kehilangan pria disampingnya.

Roni Yedyson.

Setelah lumayan tenang, tangannya beralih mengelus rambut hitam legam pria itu.

Namun gerakan itu berhenti kala tangan kekar menggenggam lengannya secara tiba-tiba. ''Mau main lagi..''

''..Reane?''

Menarik kembali tangannya dari genggaman pria disampingnya, wanita itu–Reane–membaringkan badan secara menyamping dan memandang Roni dengan datar.

''Kau ingin membuatku sakit pinggang, hah?'' tanya Reane dengan tak santai, mencoba bersikap biasa, agar Roni yang merupakan suaminya tak khawatir pada keadaannya.

''Aku bercanda, sejujurnya aku juga pegal.'' balas Roni dengan senyum jahil, mampu membuat Reane menyunggingkan senyum.

''Kau juga bisa pegal ternyata.'' balas Reane sambil mencubit hidung sang suami.

Future ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang