02 Nuan

128 23 12
                                    

🐟Happy Reading🐟

''Kakak!'' mempercepat langkahnya, pemuda usia 16 tahun tersebut menghampiri kakaknya yang berdiri di samping gerbang sekolahnya.

''Kau benar-benar menepati janji.'' ujarnya setelah sampai di hadapan sang kakak, selanjutnya ia memejamkan mata saat merasakan rambutnya di acak-acak.

''Kapan aku pernah mengingkari janji?''

''Sering, jangan pura-pura lupa.'' menjawab dengan nada ketus, pemuda dengan surai serupa seperti sang kakak tersebut lalu tersenyum.

''Ada apa, Nuan? Jangan senyum-senyum seperti itu, membuatku curiga kau tahu?'' Reane menarik tangannya dari pucuk kepala sang adik, lalu melipat tangannya di dada.

''Aku hanya senang, akhirnya setelah sekian lama kita bisa main berdua.'' jawab pemuda yang di sebut Nuan tersebut, sambil mengendikkan bahunya.

''Kakakmu ini sibuk dasar anak bodoh!'' memukul kepala sang adik dengan pipi bersemu, Reane kemudian kembali mengacak rambut merah tersebut dengan senyum mengembang.

''Hei Nuan! Apa dia kakakmu?'' tanya seseorang dari tiga orang yang menghampiri mereka. Mengalihkan fokus kakak beradik tersebut.

''Oh hm, dia kakak ku. Reane.'' ujar Nuan memperkenalkan.

''Halo, salam kenal.'' mengulurkan tangannya dan berjabat satu persatu dengan tiga pemuda tersebut, Reane memasang senyum formalitas.

'Ekhem, mereka imut-imut..'

''Halo kakaknya Nuan, aku Yugo sahabat baru Nuan.'' ucap pemuda dengan surai lumayan panjang yang di ikat setengahnya.

''Salam kenal Yugo, nama saya Reane.'' membalas dengan formal, membuat Yugo dan dua lainnya tercengang, bahkan sang adik pun ikut terdiam.

''Tumben.'' cibirnya kemudian.

''Benar-benar mirip, sama-sama datar seperti Nuan.'' gumam Yugo tanpa sadar, yang langsung mendapatkan pukulan kasih sayang dari Nuan.

''Sudah, kami mau pergi.'' ucap Nuan sambil mengkibas-kibaskan tangannya di hadapan ketiga temannya, berlagak mengusir.

''Ck, iya-iya kami pergi!''

''Oh iya Kak, jangan lupa namaku ya! Siapa tahu kita jodoh.'' goda Yugo sambil berlalu, meninggalkan Reane yang terkekeh dan Nuan yang memandang jijik.

''Sayang sekali aku sudah muak, Kak, jangan menikah lagi. Ku mohon.''

''Tentu, kau pikir aku seserakah itu?'' mencubit lengan adiknya, Reane lalu berbalik badan dan berjalan menuju mobilnya.

''Ayo, aku sudah semakin risih dengan tatapan orang-orang.'' ucap Reane lalu membuka pintu mobil, dan segera masuk disusul Nuan.

''Kita akan kemana?'' tanya Nuan sambil memasang sabuk pengaman.

''Ke gunung.''

''Oh hm, eh? EHH?! Gu-gu-gunung?!''

''Aku bercanda, lagipula apa-apaan rekasi mu itu?'' memandang sang adik dengan heran, Reane lalu menggelengkan kepala dan kembali fokus pada jalanan.

''Terserah mu mau kemana, aku ikut saja.'' tambah Reane.

''Kalau begitu toko roti terkenal yang ada di distrik 11.'' ujar Nuan sambil menyalakan musik di audio mobil.

''Oh aku tahu itu.''

'Kebetulan Niel sempat bilang ingin mencoba nya, akan ku belikan sekalian.'

Melanjutkannya dalam hati, Reane tak ingin merusak suasana dengan membawa-bawa orang lain. Apalagi suaminya, karena ia tahu sekali kalau adiknya itu hanya ingin menghabiskan waktu bersamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Future ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang