1. Awal dari segalanya

6 4 0
                                    


"Kamu pilih siapa dek?"

Tak pernah terfikirkan oleh gheisha,pertanyaan yang selalu ia takutkan kini terucap dari bibir wanita yang amat ia sayangi.

"Ma?"lirih gheisha,matanya berkaca kaca.

"Kamu ikut mama atau papa nak?,abangmu memilih ikut mama"sahut papa yang sebenarnya tidak tega melihat gheisha yang sedari tadi menunduk. Bahkan gadis itu baru saja pulang sekolah dengan tas yang masih tersampir dibahu kanannya.

"Maafin mama sayang,maaf gak bisa mempertahankan rumah tangga mama sama papa"mama mendekat kearah gheisha tetapi gadis itu menggeser tubuhnya kesamping menghindari tangan mamanya yang hendak menyentuh rambutnya.

"Keputusan ada ditangan kamu,mau ikut tinggal dengan siapa. Kita harus segera keluar dari rumah ini nak,rumah kita disita"gheisha mendongak menghalau air matanya yang terus terusan mendesak untuk keluar.

"Gak bisa ya,aku berharap ada satu kesempatan lagi untuk mama sama papa bersatu lagi"ucap gheisha bergetar.

"Gak bisa dek,kita udah ngerasa gak cocok satu sama lain. Jangan buang buang waktu gheisha,cepat pilih mama atau papa?"diakhir kalimat raina,mama gheisha menegaskan ucapannya.

"Ma,mobilnya udah siap"lelaki dengan balutan kaos hitam polos yang dilapisi kemeja kotak kotak diluarnya itu datang.

"Abang"lirih gheisha,galang menghela nafasnya.

"Udahlah dek,mau ditangisin gimanapun caranya. Gak akan merubah keputusan mereka untuk bercerai. Waktu kita gak banyak,pihak bank akan menyita tempat ini satu jam lagi"

"Aku ikut papa"ucapan itu meluncur halus dari bibir gheisha,gheisha menghapus air matanya kasar.

"Gheisha mau ikut papa"

"Okey"tanpa pamitan mama berbalik keluar dari rumah,disusul galang dibelakangnya.

"Abang"panggil gheisha,ia sedikit berlari memeluk tubuh abangnya itu dari belakang.

"Aku masih bisa hubungin abang?"tanyanya lirih,raina sempat berbalik sebelum kembali berjalan dengan sesekali menghapus air matanya. Hatinya berat untuk meninggalkan gheisha tapi keputusan ada ditangan anak bungsunya itu,gheisha memilih ikut papanya jadi ia harus mengalah dan kembali berjalan sesuai arah yang hendak ia tuju.

Galang membalikkan badannya,membalas pelukan gheisha. "of course,lo bisa hubungin gue kapan aja. Belajar yang rajin,suatu saat nanti kalo kita kembali bertemu abang ingin lihat adek abang ini udah jadi sarjana"

Gheisha mengangguk,air matanya tidak bisa ia tahan. Tama,papa gheisha yang melihat dari ambang pintu itu juga tidak bisa menahan air matanya. Ia menghela nafasnya,waktunya tidak lama lagi. Tama menghapus air matanya.

"Beresin barang kamu gheisha"

Galang melepaskan pelukannya,ia menangkup wajah gheisha. Menghapus air mata adeknya itu lalu mengecup keningnya lama. Saat ia mengecup kening gheisha,air matanya ikut terjatuh.

"Selamat tinggal adek abang,jaga diri baik baik. Abang pergi dulu,udah ditungguin mama"galang berjalan menjauh memasuki mobil lalu melaju meninggalkan gheisha yang menutup mulutnya,ia terjatuh menangis meraung raung.

"Udah dek,cepet beresin barang kamu. Kita sudah kehabisan waktu"

*****

"Kenapa kamu milih ikut papa?"tanya tama menoleh kesamping,keduanya sekarang berjalan dengan menyeret dua koper,satu koper milik tama dan satunya lagi milik gheisha.

"Kalo aku ngikut mama sama kaya abang,terus papa gimana?,aku gak mau papa kesepian"gheisha tersenyum tipis.

"Tapi kamu harus jalan kaki begini tanpa tau tujuan kita seperti ini nak"

"Aku ngikut aja mau tinggal dimana pa"tama menghela nafasnya,hari sudah semakin malam mereka berdua menyempatkan mengisi perut di lanjut istirahat di sebuah mushola. Setelah melaksanakan kewajibannya,gheisha menyenderkan tubuhnya ditembok. Seketika rasa kantuk menyerangnya hingga ia tertidur.

Tama sedang sibuk dengan ponsel disampingnya,menelpon saudara yang mau menampung mereka. Setidaknya mau menampung gheisha,untuk dirinya sendiri tama tidak terlalu memikirkannya.

"Maafin papa,gheisha"sekitar setengah jam gheisha tidur,kini ia terbangun tanpa ada papa tama disampingnya. Ia menoleh kekanan dan kiri,rasanya ia mau menangis saja. Mushola saat ini sepi karena sudah lewat dari adzan isya,papa juga tidak terlihat dimata gheisha. Gheisha takut ia ditinggalkan,jadi ia berdiri sembari memanggil papanya.

"Pa,papa dimana?"harapannya pupus saat tidak menemukan papanya dilingkungan mushola,ia terduduk menangis,sampai seseorang menepuknya dari belakang.

"Dek,kenapa nangis?"gheisha menoleh kebelakang seketika ia berhambur kedalam pelukan papanya.

"Gheisha takut ditinggal papa"

"Papa tadi keluar sebentar cari minum"tama mengajak gheisha kembali berjalan menghentikan salah satu taksi untuk mereka tumpangi. Sampai mobil taksi itu berhenti didepan rumah minimalis berlantai dua. Gheisha tau itu rumah reni,tante dari pihak ayahnya. Reni,adik tama.

"Pa,kita tinggal dirumah tante reni?"tanya gheisha.

"Sayang,dengerin papa. Sementara kamu disini dulu ya,sama tante reni. Papa kerja dulu,kalo papa udah bisa beli rumah papa janji bakal jemput kamu"tama menangkup wajah gheisha.

"Tapi pa-"

"Papa janji,nanti papa jemput. Pliss nak ngertiin kondisi papa sekarang"gheisha menghela nafasnya,perempuan dengan rambut yang diurai sebahu itu datang menyambut mereka.

"Sini ghe,sama tante. Papamu cuma pergi sebentar kok"ucap reni,gheisha menatap tantenya itu. Ia kurang suka dengan dia,tatapan tantenya itu seakan menolak kehadirannya.

"Gheisha pliss,bantu papa nak. Sama tante reni dulu ya,papa gak bakalan lupa jemput kamu nanti. Janji,papa janji nak"gheisha menerjang tubuh papanya dengan pelukan.

"Papa gak boleh ingkarin janji ya?,papa harus jemput gheisha lagi"tama mengusap kepala gheisha.

"Enggak sayang,papa bakalan jemput gheisha. Papa gak akan bohong"tama melepas pelukannya.

"Papa jangan lama lama"dipertengahan bulan agustus gheisha melepas keluarganya menuju jalan yang mereka inginkan masing masing,setelah melepaskan mama dan juga abangnya. Kini gheisha harus rela di titipkan ketantenya dan ditinggal papanya yang entah kapan akan menjemputnya.

Dipetangnya malam dengan hujan yang mengguyurnya,gheisha terpaku menatap taksi yang mulai menjauh sampai hilang dalam belokan. Gheisha mendongak,membiarkan air hujan itu jatuh tepat diwajahnya. Ia memejamkan matanya,menangis pun rasanya percuma. Tetapi tidak ada cara lain gheisha untuk menyalurkan kesedihannya kecuali dengan cara menangis.
Gheisha kembali menangis,dengan memukul dadanya yang teramat sesak.

"Tuhan,lancarkanlah perjalanan papa. Dan kembali pertemukan aku dengan mereka,kalaupun kita sudah tidak dapat memulainya kembali seperti awal. Aku masih berharap ada sebuah keajaiban yang membuat kita bisa kembali bersama lagi dengan ikatan yang biasa disebut dengan keluarga".

Bumi Untuk Gheisha (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang