01:00

5.3K 620 155
                                    

⚠️Don't forget play musik di atas ya!Happy Reading🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





⚠️Don't forget play musik di atas ya!
Happy Reading🤍



"Buset, tumben Wa. Mana motor lo? Kok nebeng Laksewara?" Tanya Raka, lelaki yang tengah mengapit putung rokoknya di antara jari telunjuk dan jari tengah.

Sadewa baru saja turun dari atas motor, berjalan ke arah kumpulan temannya yang berada di pinggir sirkuit balap motor. Diikuti oleh Laksewara yang baru saja mematikan mesin motornya.

"Rusak," jawabnya singkat.

"Kok bisa?"

"Sadewa kecelakaan malam kemarin," jawab Laksewara yang memang sudah diceritakan oleh Sadewa lebih dulu.

Malam tadi Laksewara yang membantu Sadewa untuk membawa motornya. Karena jarak rumah antara Sadewa dan tempat kejadian lumayan jauh, alhasil mereka memutuskan untuk menaruh motor itu di rumah Laksewara dulu. Karena kebetulan rumah Laksewara tidak jauh dari sana.

Sadewa merasa sangat berterima kasih karena Laksewara membantunya. Ia juga bersyukur karena lelaki itu mau repot-repot mengantarnya ke rumah Karin setelah itu. Syukurnya hujan sudah reda, jadi mereka aman sampai ke tujuan.

"Hah? Serius? Kok lo baik-baik aja?" Bara tidak bercanda saat bertanya barusan, wajah lelaki itu tampak serius sembari melihat Sadewa dari atas ke bawah.

Kemudian ia meringis karena Lingga memukul kepalanya. "Pertanyaan lo sat."

"Loh? Salah gue apa?"

"Kecelakaan gimana?" tanya Raka lagi, tak memedulikan Bara.

"Gue diserempet Ibu-ibu kemarin malam. Mana jalanannya licin gara-gara hujan deras."

Terdengar suara tawa Bara setelah mendengar penuturan Sadewa. "Kocak lo anjir. Lagian lo juga pake bawa motor pas hujan-hujan. Pengen banget berpulang ya lo? Dosa lo noh, masih segunung."

"Eh bentar. Ibu-ibu lo bilang? Kok ada Ibu-ibu bawa motor hujan-hujan? Bukannya kemarin hujannya pas tengah malam banget ya?"

Sadewa mengangkat kedua bahunya tak acuh. Kemudian menatap ke arah arena balap sembari mengeluarkan kotak rokok dari saku celana jeans-nya.

Terdapat seorang pemain yang baru saja muncul melewati garis start, beriringan dengan suara riuh sorakan penonton karena menandakan orang itu memenangkan lomba. Tak lama muncul pemain lain dari arah yang sama. Orang itu langsung tereliminasi, tidak bisa lanjut ke babak berikutnya.

Before the AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang