Typo bertebaran
©©©
Malam itu seorang gadis sedang menikmati pameran di taman dekat rumahnya, tubuh mungil yang di balut dress putih gading, kaki yang mulus menggunakan sandal rumahannya dan rambut yang di biarkan tergerai seadanya. Sangat cantik.
Dia datang seorang diri, menyegarkan pikiranya dengan bersenang-senang di pameran, menaiki biang lala, kora kora dan yang tidak boleh terlupakan kuda kudaan.
Gadis itu terdiam sesaat melihat lihat ramainya pameran di malam minggu ini, ia lelah dan ingin mengisi perutnya dengan berbagai jenis makanan yang di jual stand pameran.
Ia melihat Stand penjual sosis bakar, sepertinya itu akan enak
"Abang aku mau sosis bakarnya dua ya, Pedes jangan pake mayo." Jari tangannya membentuk angka dua.
"Di tunggu ya neng." Gadis itu mengangguk, selagi menunggu Abangnya membakar sosia, ia terus melirik lirikan matanya melihat biang lala, ia ingin menaikinya sekali lagi.
Ia mengalihkan tatapannya ke penjual sosis bakar, tanpa tau sedari tadi badut yang sedang menghibur sekumpulan anak memperhatikannya, menatapnya dalam.
"Dua Puluh Ribu neng."
"Oh iya makasih Bang."
Gadis itu pergi dari Stand Sosis bakar ia mencari tempat duduk untuk memakan Sosisnya, ia menemukan bangku taman, mencium aroma sosis bakar yang menggugah selera.
Baru saja ia ingin menggigit Sosis bakarnya sebuah suara menghentikannya.
"Hai?"
Gadis itu mendongak ke atas, karna seseorang itu tinggi lalu menaruh sosis bakarnya ketempat semula.
"Ya?" Dahinya sedikit berkerut bingung.
"Gue cuman mau kenalan aja, gue Gara." Tangan yang masih terbalut sarung tangan itu terululur.
"O-oh? Adara." Kikuknya membalas uluran tangan Gara.
"Tadi gue ngeliat lo liatin biang lala segitunya," Ucapnya masih dengan memakai topeng badutnya lengkap.
Adara risih jujur saja kenapa tidak dibuka topengnya? Ia juga tidak mengenali badut ini, Adara takut.
"Oh itu, ya tadinya mau naik lagi tapi gajadi." Balasnya sekenanya, Adara ingin pulang!
"Mau gue temenin? Kebetulan gue juga udah selesai sama pekerjaan gue,"
"Ah? Eh gausah lo pasti capek, lagian gue juga mau pulang udah malem." Adara sebisa mungkin mengeluarkan celah untuk lepas dari percakapannya dengan Gara.
Adara tersenyum canggung, mengambil kotak box sosisnya ia harus segera pulang, belum dua langkah Adara berjalan si badut mencekal lengan Adara.
Adara panik ia melirik tangannya yang di cekal. "Ya?"
"Lo takut sama gue?" Tanyanya dengan cengkraman tangan yang Gara berikan.
"Gue takut banget!!" Ingin rasanya Adara mengeluarkan kata kata itu.
"Gue ga taku, dan please lepasin tangan gue, kalo gak gue teriak." Adara harus berani menggertak Gara.
"Oh sorry." Lepasnya melepaskan tangan Adara yang memerah.
"Gue ga bermaksud, lo pasti risih sama gue." Jawabannya santai.
Aldara tidak terlalu memusingkan ucapan lelaki badut itu, Adara berbalik ingin segera pergi dari tempat ini.
Tapi belum ada Adara melangkahkan kaki dua langkah sebuah sapu tangan menyumpal mulutnya hingga kesadarannya terenggut.
Gara melepaskan topengnya, mata tajamnya terpancar jelas, hidung mancung dan bibir yang sexy terlihat sempurna tanpa topeng.
"Selamat tidur Adara~" Gara tersenyum melihat Adara tak sadarkan diri, orang orang berlalu lalang tapi mereka tidak peduli karna mereka pikir si badut itu adalah kekasih gadis yang tertidur.
©©©
Adara mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya, Tempat ini tidak terlalu sempit namun hanya terdapat satu jendela kecil yang sinarnya menusuk mata Adara.
Ini sebuah kamar, tapi ini bukan kamarnya, kamarnya luas dan rapih disini sangat berantakan pakaian dan barang-barang yang tergeletak dimana mana.
Adara baru tersadar atas kejadian semalam yang menimpanya, Adara melihat dirinya di ikat dengan tangan yang di ikat kebelakang kursi dan kaki yang di ikat kuat di kaki kursi, sangat mengenaskan.
Adara ingin berucapa namun suaranya seperti menghilang sangan sulit, Adara ingin minum ia haus tenggorokannya kering.
Adara melirik lirikan matanya keseluruh ruangan hingga matanya menangkap si badut jelek itu sedang duduk di sofa menghadap kearahnya, masih lengkap dengan kostum badutnya bahkan topengnya tidak di lepas.
"Adara." Ucapnya berjalan mendekati Adara, ia sudah cukup puas melihat Adara sedaritadi saat tertidur.
Adara menangis ketakutan tanpa suara.
"Shht jangan nangis," Gara menghapus air mata Adara dengan pelan, tapi malah membuat tangis Adara semakin keras.
"Don't cry Adara."
"M-mau pulang." Adara berujar ketakutan.
"This your home Adara." Adara menggeleng tangan itu masih setia bertengger manis di pipi Adara mengusap air matanya.
"Lo cantik Adara." Tangan Gara berjalan perlahan menelusuri lekuk wajah Adara.
"Lepasin! Gue mau pulang!" Adara memberontak.
"Diem Adara jangan bikin gue berbuat kasar."
"Gue mau pulang!!"
"LEPASIN GUE!!"
Plak!
"DIEM!"
"Gara gue mau pulang, mama pasti khawatir banget sama gue." Adara menangis sesenggukan tamparan yang di berikan Gara sangat bertenaga, pipinya memerah.
"G-gue gatau salah gue apa Gara, kita ga kenal, gue mau pulang." Adara memohon.
Gara mencengkeram wajah Adara mendekatkan wajahnya ke Ardara dan berbisik.
"Salah lo bikin gue tertarik." Gara menghempaskan wajah Adara, Adara menangis nasibnya sial sekali ia tidak membawa hape saat pergi ke pameran Adara sangat menyesalinya, andai Adara membawa hape, andai Adara tidak pergi ke pameran karna rasa suntuknya mungkin ia tidak akan terjebak di situasi seperti ini.
Bahkan Adara belum memakan sosis bakarnya.
©©©
Baca aja, sedikit menyimpang emang..
Cerita ini terinspirasi dari film terrifier.
Kalo di tanya kenapa buat cerita dark bertema badut? Jawabanya..
Cuman pengen aja bikin cerita dark romance bertema Badut 🤡
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapping
Lãng mạnDia menatapku sampai aku tak sadarkan diri terbangun masih sama dengan dia yang menatapku.