Typo bertebaran©©©
Gara membawa nampan menuju kamar yang Adara tempati, ia membuka pintu perlahan terpampang lah Adara yang masih terikat di kursi.
Gara menyimpan nampanya di nakas, berjalan menuju Adara, Adara sama sekali tidak peduli dengan kedatangan Gara ia hanya memandang kaca jendela yang kecil itu, memalingkan wajah agar tidak berkontak mata dengan Gara.
"Adara..." Gara berjongkok di depan Adara yang tidak peduli dengan Gara, Gara mengusap tangan Adara yang terikat, tanganya memerah karna ikatan yang terlalu kencang.
"Tangan lo merah, tapi gue ga bisa buka ikatan di tangan lo." Gara terkekeh karna Adara masih tidak peduli dengan kehadirannya.
"Ahss!" Ringisin Adara keluar, Gara mencengkeram pipinya begitu kuat.
"Tatap gue kalo gue lagi bicara Adara! Gue gak suka di abaikan!" Adara menangis kesakitan Gara tidak pandang bulu.
"S-sakit Gara," Adara menunduk mencoba berontak tapi cengkramanya semakin menguat.
"Sakit? Bahkan ini belum sebarapa Adara.."
Gara menghempaskan wajahnya dengan kasar, lalu menangkup tangan Adara di atas paha Adara.
"Makan ya?" Adara menatap Gara, Gara tidak memakai kostum badutnya lagi bahkan lelaki itu melepaskan topengnya, menggantinya dengan kaos hitam dan celana pendek hitam selutut dan memperlihatkan wajahnya.
Adara baru menyadarinya ia sempat terposana dengan Gara, lelaki itu cukup tampan di balik topeng badutnya, hidung mancung, bibir tebal menggoda dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang selalu membuat Adara takut.
Tak mau membuat Gara marah lagi Adara mengangguk patuh, Gara tersenyum dengan jawaban Adara.
"Lo harus makan yang sehat Adara, supaya lo ga gampang sakit." Gara menyendokan sop ayam dan telur mata sapi setangah matang ke Adara, menu yang simpel.
"Aaa." Adara membuka mulutnya, mengunyahnya perlahan, tidak buruk bahkan ini sangat enak, Adara bertanya tanya apa ini buatan si badut?
"Kalo lo nanya ini buatan gue, lo salah.." Seolah tau apa yang di pikiran Adara, "Gue beli." Lanjutnya.
Gara menyuapi Adara dengan sabar, Adara terlihat lahap, tentu saja lahap. Adara kelaparan dari semalam, karna aksi penculikan oleh Gara, Adara belum makan apapun, ingatkan sosinya, Adara masih ingat baunya yang enak itu.
Adara menghabiskan makanannya, "Minum." Adara berujar lirih, Gara mengambil air di gelas lalu menyodorkan nya ke Adara perlahan.
Gara menyimpan piring dan gelas di nampan di atas nakas, lalu kembali berjongkok di depan Adara, Adara menunduk ia takut.
"Mau mandi?" Gara mengecup tangan Adara, Adara tersentak refleks ia memundurkan tangannya.
"Baju gantinya?" Adara masih takut dengan Gara, lelaki ini gampang sekali berubah suasana hatinya.
"Gue lupa, nanti gue beli." Gara tersenyum hangat.
Gara mendekat menghirup aroma Adara, membelai rambut Adara perlahan, Adara ketakutan, "Lagi pula lo masih wangi, walaupun udah bermandikan keringat." Tanpa permisi Gara mencium pipi Adara.
Adara melotot kaget, ia menatap Gara dengan marah, Gara yang di tatap seperti itu terkekeh mengejek.
"Tidur ya, waktunya lo tidur siang."
"Enggak, gue mau pulang." Adara menatap Gara memohon.
"Adara." Gara memperingati, Adara menunduk ia takut di sakiti lagi oleh Gara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapping
RomanceDia menatapku sampai aku tak sadarkan diri terbangun masih sama dengan dia yang menatapku.