0

0 0 0
                                    

Tiba-tiba menjadi anak dari pembisnis kaya bukankah itu suatu anugrah? Rasanya seperti memenangkan lotre!

Kehidupan mewah dan glamor, yang dibayang-bayangkan kini menjadi nyata. Rasa senang meluap-luap, wajah berseri-seri dan jantung yang berdetak kencang. Bukankah begitu?

Tidak! Bagi Chalissa, perasaan seperti itu tidak ada dalam dirinya. Sejak dulu mau pun sekarang.

Kisah ini bermulai saat Chalissa berumur sepuluh tahun. Saat itu Chalissa hanyalah anak jalanan, yang bertahan hidup dengan meminta-minta demi menghilangkan rasa laparnya. Tidur di sembarang tempat, tidak kenal hujan dan dinginnya malam.

Saat ia sedang tidur di depan sebuah ruko, seorang pria berkepala tiga puluhan mendekatinya. Pada waktu itu, hujan sangat lebat. Pria itu berjalan dengan membawa payung di tangannya.

Chalissa saat itu hanya menatap garang, ia takut jika ia di usir dari ruko ini karena tidur di sana. Pria itu tersenyum dan berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan anak itu.

Pria itu mengulurkan tangannya dan menawari gadis itu hal-hal yang menggiurkan. Gadis itu takut jika menerima ulurannya, ia akan di manfaatkan dan harus melakukan hal-hal aneh. Pikiran gadis itu saling berkecamuk. Tapi pria itu tersenyum sambil meyakinkan Chalissa, bahwa ia tidak akan melakukan hal-hal yang dikhawatirkan gadis itu.

Dengan ragu-ragu perempuan kecil itu menerima uluran tangan tersebut, ia takut jika pria di depannya ini berbohong. Chalissa juga takut jika suatu saat ia menyesal menerima uluran tangan ini.

Itu yang dipikirkan Chalissa saat kecil, dan kini ia benar-benar menyesalinya.
Seharusnya ia menolak tawaran itu, lebih baik ia menjadi gelandangan dan meminta-minta saja. Tidur di pinggir jalan pun tak apa, mati kelaparan pun malah lebih baik.

Andai waktu bisa di putar, ia akan menolak ajakan pria itu.

○○○

Chalissa kini sudah SMA tingkat tiga. Pria yang mengulurkan tangan saat ia masih kecil adalah ayahnya sekarang. Ia mempunyai dua kakak tiri. Kakak pertama kini sudah kuliah dan kakak keduanya tingkat tiga.

Apa yang kalian pikirkan? Saat seorang ayah membawa gadis kecil dari jalanan yang tidak diketahui asal usulnya, kini menjadi adik mereka?

Dua anak laki-laki itu terkejut dan marah, mereka tidak terima. Saat melihat Chalissa yang bau dan memakai baju urak-urakan saja sudah membuat jijik. Dan mereka harus menjadi kakak untuknya? Yang benar saja!

Apalagi tinggal serumah! Membuat mereka enggan.

Chalissa saat itu terguncang, seharusnya ia tidak menerimanya, seharusnya ia menolaknya! Atau seharusnya ia lari kabur.

Melihat reaksi dari kakak tirinya membuatnya sakit hati, sejak awal ia tidak mempunyai tempat disini. Sejak awal ia di tolak dari rumah ini. Tapi pria yang menjadi ayah angkatnya saat itu menggenggam tanggannya, berusaha menenangkan. Apa saat itu Chalissa tenang? Tidak!

Dua laki-laki itu terus berkata hal-hal yang menjelekkannya. Rasanya ingin menangis tapi ia tahan. Chalissa tersenyum di tengah-tengah keributan.

"Halo, namaku Chalissa, senang bertemu dengan kalian," ucapnya, tidak ada suara gemetar, tidak ada suara isakan yang pilu, dan tidak ada rasa takut di kalimatnya. Chalissa hanya tersenyum sambil memperkenalkan dirinya.

Kini, Chalissa sudah berumur delapan belas tahun. Apa pandangan orang lain ketika melihat dirinya? Yang tiba-tiba diangkat menjadi anak dari keluarga berada?

Mereka memandang Chalissa seperti sampah, walaupun ia menjadi anak orang kaya. Masa lalu tentang ia adalah anak jalanan tidak pernah hilang. Di bully, di jahili sampai main fisik. Chalissa sudah merasakannya dari dulu.

Reaksi kakak tirinya? Hanya tersenyum dan membiarkan dirinya. Bagi mereka berdua, Chalissa hanyalah lintah. Yang hanya mengambil kenikmatan dari kekayaan Ayah.

Mereka memandang Chalissa rendah dan hina, pandangan orang-orang pun juga sama. Kakak yang tak peduli dengannya, ayah yang sibuk dengan urusan kantor. Membuat Chalissa mengalami tekanan.

Orang-orang sebenarnya tidak berani dengan Chalissa tapi perilaku kedua kakaknya terhadap dirinya saja sudah termasuk tindakan bully, karena itu orang-orang juga ikut membullynya.

Mata Chalissa seakan-akan hampa. Begitu banyak ruang kosong di mata itu. Tidak ada emosi di dalam dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang