PROLOG

60 1 0
                                    

"Bentala dan bumantara tak akan pernah menjadi asmaraloka, mereka aksa dan akan selamanya menjadi enigma."

🚩🚩🚩

Happy reading
.
.
.
.

Pagi hari yang sangat cerah, bertepatan hari ini juga berkumpulnya sebuah keluarga yang dimana terkenal akan kepempimpinan dalam suatu perusahaan dan memiliki banyak cabang yang beredar.

"Nei, kita besok pulang ke Indonesia." ucap wanita paruh baya.

"WHAT?" pekik putrinya.

"Nei, gausah respon kamu gitu." tegur sang Ayah.

"Grandpa, i don't want to go with them." ucapnya dengan muka sedih.

"It's okay, you just go with them. Grandpa promised later when you come back here Grandpa will give you something." sambil melihat ke arah cucunya.

"Fine."

Seorang kakek yang sangat sayang dengan cucu satu-satunya perempuan, dia tidak membeda-bedakan cucu yang lainnya tapi karena dia cuma mempunyai satu cucu perempuan jadi dia lebih menjaga seperti berlian.

Bahkan para cucu laki-laki tidak merasa iri sama sekali. Bahkan mereka ikut menjaga adik perempuan nyaa itu, tidak ada yang boleh kasar dengan adik nya itu bahkan jika di dalam keluarga nya ada yang bersikap kasar para kakak nya tidak akan diam.

****

Di tempat lain tepatnya di Indonesia seorang pemuda yang di marahi oleh Ayahnya sendiri

"Papi nggak izin kamu ikut geng itu."

"Kenapa pi?" tanya putranya.

"MAU JADI APA KAMU IKUT GENG BEGITUAN?" bentak sang Ayah.

"Coba ngerti aku sekali aja."

Sedangkan sang Ibu hanya bisa menangis melihat sang suami dan anak bertengkar.

"Sudah sayang nggak u-sha de-ngerin papi." lirih Ibu nya.

"PAPI NGGAK MAU TAU, KALO KAMU MASIH KEKEH, PAPI HARAP KAMU KELUAR DARI RUMAH INI." kemudian pergi dari sana.

"PAPI." teriak Ibunya.

Sang putra pun berlari ke atas sampai depan kamar dia langsung masuk kemudian menuju walk in closet, dia memasukkan semua pakaian nya ke dalam koper nya.

Selesai memasukkan pakaian di menuju ke lemari mengambil sesuatu barang berharga dan buku nya. Sebelum meninggalkan kamarnya di melihat sekeliling kamar dan naas air matanya jatuh.

Tuk...tuk..tukk

Dia menuruni anak tangga satu persatu sambil menyeret koper nya.

"Sayang plis jangan tinggalin Mami." kata Ibunya sambil menangis.

"Dengerin aku, aku nggak bakalan ninggalin Mami, aku pergi supaya di rumah ini nggak lagi ada yang namanya keributan." jelas putranya.

"Jangan kamu pikirin perkataan Papi."

"Ststt..." sambil mengelap air mata sang Ibu. "Nggak apa-apa aku pergi biar bisa mandiri juga, biar nggak manja terus sama Mami heheh." dia ingin sekali rasanya menangis tapi dia tahan agar ibunya tidak menghawatirkan dia.

Di balik tangisan mereka berdua terdapat seorang pria paruh baya yang melihat kejadian itu, dia sudah sekuat tenaga untuk menahan tangisnya tapi naas nya malah jatuh dia pun segera berlari menuju ruang kerjanya.

"Maaf." batin seseorang.

Dia AtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang