CH 03

443 98 9
                                    

"Aku ingin melihat perempuan yang kau cintai. Tidak perlu bertemu secara langsung. Aku akan puas hanya dengan melihat seperti apa orang itu meskipun dari kejauhan."

Seorang pegawai di kedai teh. Dia adalah teman sekolah Yunho saat SMP dulu. Keduanya bertemu lagi saat menghadiri reuni, bertukar nomor dan mulai berhubungan. Dia adalah perempuan biasa dari keluarga biasa, tidak melanjutkan pendidikan dan memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Di tanah yang makmur pun terdapat bagian kelam yang tersembunyi dibalik gemerlapnya modernitas.

Karena sang pangeran ingin tahu seperti apa perempuan yang berhasil mencuri hatinya, dengan enggan Yunho mengajak sang pangeran ketempat kerja perempuan tersebut. Ia hanya berharap kejujurannya akan dibayar hal baik oleh Pangeran.

"Aku sudah cukup melihat. Antarkan aku ke kediaman keluarga Kim. Aku akan tinggal disana untuk sementara."

Yunho melirik calon pasangannya, meskipun merasa aneh tetapi ia tetap munurutinya. Bagaimanapun dirinya masih belum menjadi bagian dari keluarga istana secara resmi sehingga urusan internal di istana bukan menjadi bagian tanggung jawabnya untuk ikut campur.

"Tunggu dulu!"

Yunho yang hendak menyalakan mesinnya, urung dan menatap sang pangeran. Jika bawahannya mengambil keputusan plin-plan seperti itu Yunho akan segera menghukum mereka tetapi ini adalah calon pasangan masa depannya, Yunho harus bersabar meskipun dalam hati ia cukup lelah menghadapi sikap pemuda menawan di sampingnya.

"Apakah kau punya kediaman lain selain rumah tua yang ditempati Marsekal?"

"Saya punya." Jawab Yunho. Meskipun hanya rumah dinas biasa sama seperti rumah dinas yang disediakan pihak militer lainnya. Tidak ada yang istimewa dari rumahnya tetapi itu tetaplah rumah.

"Bawa aku ke sana. Aku akan menginap di rumahmu. Kau tidak keberatan?"

"Yang Mulia...?" Yunho menatap pemuda di sampingnya, sedikit terkejut. Bukankah ini sangat cepat? Mereka baru saja bertemu.

"Yah, kita sedang diikuti. Apakah kau tidak sadar?"

"Bukankah mereka pengawal anda?"

Sang pangeran mendengus. "Pakailah logikamu! Untuk apa aku menggunakan pengawal jika aku sedang pergi jalan-jalan bersama seorang jenderal?" tanyanya, "Tentu saja mereka utusan Kaisar untuk memastikan aku tidak kabur."

"Oh... rumah saya berantakan."

"Aku sudah menebaknya. Dan kau bisa mulai belajar bicara informal kepadaku."

♥♥♥♥♥

"Mereka pergi ke rumah jenderal Yunho?"

Sang Kaisar mengetuk-ketukkan jemarinya di atas meja kerjanya yang dilapisi pernis mengkilap. Pemimpin galaksi kekaisaran Cassiopeia tersebut sedikit gusar. Putranya yang sangat diharapkannya sedang berusaha bermain dengan kesabarannya.

"Untuk apa pergi ke sana?"

"Yang Mulia..." sang kepala pelayan menuangkan teh untuk majikannya, "Pangeran ke-2 sangat berbeda dari pangeran ke-3, anda seharusnya tidak perlu khawatir."

Meskipun kaisar tahu bahwa kedua putranya sangat berbeda baik sikap maupun sifat mereka tetapi sebagai ayah dirinya tetap merasa khawatir karena harapannya diletakan di atas bahu putra yang diabaikannya.

Benar, selama ini Siwon memang mengabaikan putranya, Jaejoong. Bukan karena membenci atau tidak menyukai putra tersebut. Ia mencintai semua anak-anaknya tetapi khusus Jaejoong, Siwon memiliki perasaan bersalah. Jaejoong kehilangan ibu diusia muda dan Siwon terlalu sibuk dimabuk cinta pada saat itu dimana kekasihnya pun melahirkan putra nyaris bersamaan dengan waktu kelahiran Jaejoong.

✔️Cassiopeia Heir [YunJae Fanfiction] PDF READYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang