Bab 4

15 2 5
                                    

Rumah yang tadinya sepi berubah menjadi ramai. Kucing yang aman tenteram terusik kenyamanannya. Suara mengeong menyedihkan tak dihiraukan orang lain. Semua sibuk masing-masing.

Ibu-ibu yang sedang memasak di dapur sedang bersenda gurau, anak-anak sibuk mencekik kucing, dan Thea serta Anna yang sibuk mencari perhatian. Hari ini mereka menggunakan baju dengan model dan warna yang sama hingga membuat keluarga besarnya bingung harus memilih yang mana. Pasalnya untuk membedakan mereka saja sudah sulit, apalagi dengan model dan baju warna yang sama.

"Endong," ucap si kecil Thea yang mulai meraih-raih hendak digapai.

Yang satunya pun tak kalah saing, tanpa berbicara sudah meraih tangan ayah dari Arka. "Iya, sayang. Mau gendong ya? Sini Anna yang gumush," timang Jendra tak memedulikan Arka lagi yang sibuk dengan mobil-mobilannya.

Thea kecil yang berusia lima tahun pun berlari tak peduli pada permintaannya untuk digendong orang lain dan mendekati Jendra meminta diangkat bersama kembarannya. "Thea mau gendong juga ya? Tunggu bentar ya, gantian sama Anna."

Tanpa sepatah kata pun, Thea langsung menangis. "Kenapa harus Anna duluan?" batin Thea kecil mulai cemburu. Jendra pergi meninggalkannya sendiri, dengan harapan Anna tidak ikut menangis karenanya. Namun, hal itu justru membuat Thea semakin kesal dan menangis lebih keras.

Entah sejak kapan pastinya, tapi setiap si kembar diberikan barang yang sama, Thea selalu menolaknya. Bahkan tak jarang ia melempar barang itu sebagai ekspresi ketidak sukaannya.

"Loh kenapa, Thea kok baju barunya dibuang?" tanya Mawar dengan lembut untuk mengetahui alasan salah satu anak kembarnya itu.

"Thea enggak suka, Ma," jujur Thea melihat kembarannya yang sangat senang diuji coba memakai baju baru dengan papanya.

Dengan senyum mengembang, Mawar berusaha untuk mengerti keinginan anak bungsunya. "Terus yang Thea suka apa?"

"Thea mau baju ini kalau warnanya beda sama Anna, Ma," ucapnya mengedarkan pandangan terus menatap kembarannya tak suka.

Dengan terpaksa Mawar menuruti keinginan Thea, tetapi barang selanjutnya tetap dibelikan dengan model dan warna yang sama. Namun, lagi-lagi itu membuat Thea makin kesal dan minta menggantinya.

"Thea sama Anna ke sini bentar bisa?" tanya Mawar hendak menyatukan dua kembaran ini seperti semula. Seperti dulu yang bisa ia atur sesukanya. Terutama tidak ada Thea yang melawan. "Sini, saling berjabat tangan. Saling minta maaf," minta Mawar menarik tangan kanan keduanya untuk berjabat.

Thea dengan tatapan tak sukanya dan Anna dengan tatapan tulus mencintai membuat perbedaan itu terlihat jelas. Senyum mengembang dari bibir Anna, terlihat tidak ada rasa benci yang seharusnya juga tertanam dalam dirinya. Ia kadang dibedakan. Namun, Anna masih terlihat baik-baik saja atau setidaknya begitu saat itu.

Kini beralih pada acara ulang tahun sekolah pukul delapan pagi. Sepasang merpati akan dilepas dari sarangnya. Entah untuk pertanda apa itu, tapi yang pasti melihat mereka terbang bebas ke langit adalah suatu kebahagiaan. Seakan beban yang kita rasa juga ingin melakukan hal yang sama, pergi melayang. Yah walaupun itu tidak mungkin juga.

"Na, lihat deh," ucap Keisha—teman sebangku Anna menunjuk satu lelaki yang menaiki pundak temannya.

"Apa?" tanya Anna perlahan menatap arah yang ditunjuk Keisha. Tanpa sadar ia tertawa puas. "Ya Allah segitunya nge-video merpati."

"Iya kaan," lanjut Keisha ikut tertawa. Pasalnya sosok lelaki itu dengan pede menjadikannya lebih tinggi dari yang lain hanya untuk membuat video amatir. Pertanyaannya, di mana rasa malu lelaki tersebut?

Setelah tawa Keisha mereda, ia pun bertanya, "Eh itu tadi bukannya kenalanmu dari kecil ya? Siapa namanya? Dah lama kamu enggak cerita tentang dia. Aku lupa jadinya."

"Iya, Sandya namanya. Ya habis gimana, orang kita beda kelas. Kan susah cerita tentang dia lagi," balas Anna tersenyum kikuk disambut warna pink merona di wajahnya.

"Minggir ish. Di tengah jalan banget," senggol Thea membuat badan Anna oleng akibat ulahnya. Tak ketinggalan sorot mata tak suka terpampang jelas di wajah cantik wanita berambut kepang ini.

"Hellow, masih banyak jalan ya di sini. Lo kira lo doang yang mau lihat momen sakral ini hah?" emosi Keisha memetikkan tangan kanan layaknya pemain antagonis di berbagai serial.

"Apa sih lo nyaut-nyaut enggak jelas. Caper yah?" timpal Fira sok tak merasa bersalah.

"Udah biarin aja, Ke. Yuk ke pojok sana aja daripada tambah emosi," lerai Anna menarik tangan Keisha hendak pergi dari kerumunan manusia di lapangan ini.

Dengan keras Keisha menepis tangan Anna tak sadar "Pantes aja kamu sering diinjek mereka, orang kamunya sering ngalah. Kalau kamu enggak berani, sini biar aku aja yang maju."

"Ish, makin di lawan makin berani dia, Ke. Kasihan ortu aku. Udah yuk biarin aja. Ngalah enggak bikin kita hilang harga diri kok."

Dengan terpaksa Keisha mengikuti perkataan Anna dan mencoba untuk duduk sesuai sunnah rasulullah. "Udah atuh. Dah biasa juga kayak gitu.

"Ish. Bisa enggak sih dia jadi kembaran normal-normal aja? Sifat kalian tuh beda drastis banget lho. Aku bingung. Kok bisa?" kesal Keisha yang memang belum mengerti masalah di keluarga Anna. Ya itu semua karena Anna sangat menjaga privasi keluarganya. Namun, tidak dengan perasaannya.

"Udahlah. Biar aku, Thea, dan Allah yang tahu. Doain aja masalah kita segera membaik. Aamiin ya rabbal alamiin."

"Aamiin. Cuma kok bisa sih kembaran beda banget sifatnya? Kek contohnya kamu dan Thea. Thea itu sifat orang yang serba terbuka. Rok always pendek, rambut selalu beragam, suka bolos kelas kecuali PKWU, dan sering dipanggil BK. Sedangkan kamu? Baju syar'i, enggak reko-reko, nilai rata-rata, dan jarang dipanggil BK. Kek ya Allah ...." jelas Keisha panjang lebar bingung harus mensikapi kedua kembaran ini bagaimana lagi. Masalahnya dua anak perempuan ini selalu jadi perhatian banyak orang. Wajah doang yang sama, tapi sifat 180 derajat jauh berbeda.

 
"Kita emang lahir dari rahim yang sama, tapi kita tetaplah dua orang yang berbeda. Dua orang yang memiliki otak, hati, dan pikirannya masing-masing. Jadi wajar aja bagiku untuk kembaran berbeda sifat begini. Jadi di mana masalahnya? Toh setiap orang juga punya kan masalahnya masing-masing." Anna menatap sekitar yang mulai bertambah ramai setelah terlepasnya burung merpati entah ke mana. "Kayak kamu sama Sandya. Aku tahu kalian enggak sama-sama kenal, tapi setiap kamu ketemu dia pasti berbalik arah. Takut buat aku cemburu katamu. Itu udah termasuk masalah lho karena menjauh dari orang yang seharusnya tidak kamu jauhi."

"Kok jadi meluber ke mana-mana sih jawabannya. Aku cuma butuh penerangan dari permasalahan kalian lho, bukan jawaban yang muter gini," ucap Keisha mengusap wajahnya kasar, frustrasi.

1026 kata

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembaranku Penghancur PribadikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang