Second Day

2.9K 230 22
                                    

Second day~

"Ndie, pulang sekolah gue nanti lo ke kamar gue ya." Ucap Iqbaal berdiri di pembatas pagar rumah.

"Mau ngapain ?" Tanya Indie.

"Intinya lo jangan kemana-mana." Iqbaal mempertegas ucapannya.

"Hmm..." Indie hanya berdehem.

"Kamu sama Iqbaal udah kayak Teh Ody sama Iqbaal." Ucap Om Benni.

"Maksudnya Om ?" Tanya Indie tak mengerti.

"Kamu tuh udah kayak Teh Ody, kalo sama Iqbaal suka banget cek cok. Udah kayak kucing sama tikus." Jelas Om Benni.

"Cek cok itu buat seru-seruan aja Om. Kan gak enak kalo baikan terus, kurang mainstream." Ucap Indie terkekeh.

"Gak ada sensasinya ya ?" Tanya Om Benni.

"Nahhh... 1000 buat Om." Kekeh Indie.

"Yahh, masa cuma 1000 sih ? Buat apa duit seribu ?" Tanya Om Benni, sebelah alisnya terangkat.

"Beli permen dapet enam, beli air putih gelas dapet dua, beli jajanan yang gopean dapet dua. Beli ciki dapet satu. Beli tissue yang kecil dapet satu. Yok dipilih-dipilih. Dengan uang seribu dapat beraneka ragam." Ucap Indie panjang lebar.

"Cem kang waroeng kamu! Tapi uang seribu, gak bisa buat nikahin kamu kan ?" Gurau Om Benni.

"Yaa, kalo itu sih gak bakal bisa Om" ucap Indie terkekeh. "Om, aja ada-ada"

"Ada-ada aja Ndie!" Ucap Om Benni.

"Nah iya maksud aku itu, om." Ucap Indie nyengir.

"Kamu ini." Om Benni menggelengkan kepalanya.

"Ayok Om berangkat udah siang." Iqbaal melangkahkan kakinya duluan masuk ke dalam mobil.

"Jaga rumah ya Ndie. Kalau ada apa-apa telepon Om aja, oke ?" Ucap Om Benni.

"Okay Om!" Ucap Indie, mengacungkan jempol kanannya.

Ketika mobil Iqbaal sudah hilang ditikungan, Indie masuk ke dalam rumah. Ia lebih memilih untuk dirumah. Mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang ia dapat kerjakan. Merasa tak enak hati tinggal di rumah Iqbaal tanpa melakukan apapun. Indie mencoba untuk membantu sedikit untuk membalas kebaikan yang telah diberikan oleh keluarga Iqbaal.

Meskipun ada asisten rumah tangga dirumah Iqbaal, bukan berarti Indie dapat berleha-leha seenaknya dirumah Iqbaal. Ia pun punya rasa tahu diri. Indie mulai mengerjakan beberapa pekerjaan seperti menyapu, mengepel, mencuci baju, dan membereskan beberapa benda yang berantakan. Sebelumnya ia telah meminta izin kepada asisten rumah tangga Iqbaal, Bi Inah. Untuk mengerjakan pekerjaannya dan menyuruh Bi Inah beristirahat selagi Indie bekerja.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat sampai adzan dzuhur berkumandang mengakhiri aktivitas pekerjaan Indie. Indie merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Hh.. lumayan capek juga hari ini." Ucap Indie menyekat air keringat di dahinya. "Udah jam setengah dua Iqbaal belom balik ?" Gumam Indie melihat jarum jam yang terpasang di dinding kamar.

'Tok...Tok..Tok..'

"INDIE! LO DI DALEM KAMAR ? GUE UDAH BALIK NIH... CEPET KELUAR!!"

Seperti tertimpa batu besar yang berat. Baru saja Indie ingin memejamkan matanya, suara bising dari luar memaksakan matanya untuk terbuka kembali. Sungguh menjengkelkan.

"Sh*t! Baru juga gue mau tidur. Bukannya daritadi kek." Gumam Indie kesal. "Iyaa sebentar..." Indie melangkahkan kakinya berat.

"Baru juga gue mau tidur.." Keluh Indie, diambang pintu kamar.

FansZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang