Putra mahkota

120 24 1
                                    

"Yang mulia, delegasi dari Echamore kingdom telah tiba."

Raja agung Segeric bergumam samar sebagai tanggapan, baju resmi yang ia pakai memang tampak berbeda daripada hari biasa. Meski mendengar kabar baik, tidak ada gurat kesenangan diantara alisnya yang berkerut ketat. Putra mahkota masih belum kembali sedangkan sisa waktu hanya sekitar satu minggu sebelum upacara penobatan.

"Apa ada perkembangan soal kelompok dagang Utara?"

Heinan menunduk hormat, beri rincian laporan dengan nada lugas namun pasti. "Duke Cniva telah bernegosiasi dengan kepala dagang utara dan mereka menyetujui kerja sama kita tentang biji meteorit juga senjata perang. Ada pembagian hasil yang mereka ajukan, sekitar 60:40. Itu pun hasil kerja keras Duke Cniva selepas mengadakan pertemuan ketiga di kota Dustrun."

Begitu.

Raja agung Segeric mengetuk-ngetuk pegangan kursi tahta menggunakan jari telunjuk.

Tak, tak.

"Bagaimana dengan Kuzor?"

Ah, perdana menteri Heinan kesulitan menjawab jujur.

Menundukkan kepala gusar, Heinan membuka mulutnya guna menjawab lamat-lamat diselingi gentar takut. "Yang mulia, ketua menara Kuzor, saya rasa dia masih mencari putra mahkota."

Crack

Dinding istana retak menimbulkan cekungan parah efek dari tekanan sihir kuat. Heinan menggigil ngeri, dia buru-buru melanjutkan ucapan yang belum selesai dan memohon pengampunan penuh hormat.

"Mohon beri kesabaranmu Yang mulia agung, tapi tuan Kuzor baru saja menghubungi saya jika dia menemukan aura sihir putra mahkota belum lama ini. S-saya kira tuan Kuzor akan membawa pulang putra mahkota 1 atau 2 hari kemudian."

Memang, beberapa jam yang lalu ketua bizzare tower, Kuzor, telah menghubungi Heinan perihal pergerakan Jeongguk. Dia berkata bahwa kota Dustrun adalah persembunyian putra mahkota yang sudah menghilang kurang dari seminggu lalu.

Benar-benar licin menyerupai belut, Heinan sungguh ketakutan acap kali memikirkan kemana putra mahkota kabur. Permaisuri Teressa tidak se-marah raja Segeric, Heinan tidak tahu alasan ratu Vrathia Kingdom begitu santai akan kepergian putra mahkota sebelum penobatan berlangsung.

"Bagus, bawa dia secepat mungkin."

"Baik, Yang mulia."

.

.

.

Penginapan kelas bawah harus rela Taehyung datangi mengingat ia tidak pernah memegang uang banyak alias miskin. Bertanya pada Jeongguk hanya berakhir cuma-cuma, lelaki tersebut langsung mengangkat bahu acuh tak acuh dan berkata kelewat santai.

"Aku juga miskin."

Dengan merogoh kepingan koin receh, Taehyung berhasil memesan satu kamar dan berjalan meninggalkan Jeongguk yang membuntuti patuh sedari awal. Dia tidak bertanya apapun lagi entah mengapa, Taehyung hanya diam membisu malas bercengkrama bersama malaikat maut sendiri.

Toh, pada akhirnya Taehyung akan mati di tangan Jeongguk, tidak perlu sampai mengakrabkan diri segala. Hanya, bagaimana cara dia membuat Jeongguk marah lalu membunuh secepat mungkin?

Sial, Taehyung hampir mengira dia masokis karena ingin dibunuh.

"Kamu buta? Kakimu kenapa?"

Cerewet sekali.

Menulikan gendang telinga, Taehyung berjalan tertatih seraya meringis ngilu. Dapat merasakan sensasi kesemutan juga otot kaku merembet disepanjang tungkai kaki. Dia meraba-raba dinding atau meja terdekat untuk mencari arah kamar penginapan berada, lagi-lagi hampir terjatuh bilamana Jeongguk tidak bereaksi sigap dan menahan pinggang Taehyung seketika. Menekuk alisnya samar, Jeongguk bertanya heran selagi membungkukkan badan dengan gestur menitah. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Swan | KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang