Tokoh utama kita bernama Alfred, atau sebagaimana teman-temannya memanggilnya: Kampret. Di antara pertemanan sesama cowok, memang ada kecenderungan membuat nama keren yang susah-susah dikasih oleh orang tua menjadi lebih culun. Di SD dia dipanggil Alfred, di-SMP, dia dipanggil Kepret, baru di SMA dia dipanggil Kampret. Nama ini terbawa terus sampai sekarang, saat dia sudah kerja di sebuah perusahaan telekomunikasi di Jakarta.
Anehnya, ketika temannya berkunjung ke rumah dan bertemu orang tuanya, temannya bilang, ‘Kampret ada, Om?’ Bapaknya Alfred malah menjawab, ‘Oh ada tuh di dalam.’ Seolah mengamini bahwa anaknya sejenis kelelawar pemakan buah.
Alfred adalah orang yang biasa saja. Berbaur dengan keramaian. Menyatu dengan oksigen.
Tidak ada yang tahu bahwa dia punya bekas luka di tangan kanannya, hasil dari bermain di comberan ketika kelas enam SD. Tidak ada yang tahu dia suka baca novel detektif. Alfred adalah tipikal orang yang tiap kali dia potong rambut, tidak ada satupun orang yang sadar, sampai rambutnya panjang lagi.
Saat ini Alfred sedang berbicara dengan pacar teman masa kecilnya, Adit, adalah seorang pria yang dewasa tidak melarang pacarnya untuk memiliki sahabat laki-laki.
Adit memang beda, Mungkin ini karena pacarnya itu juga pernah bilang ke Adit, ‘Percaya sama aku, Alfred cuma teman. Selamanya akan cuma teman.’ Adit bilang, ‘Aku gak curiga kok. Kalau pacaran masih ada kecurigaan, mungkin kita pacaran dengan orang yang salah.’
Saat ini Adit sedang bertemu dengan Alfred untuk berbicara sesuatu, yaitu tentang dirinya yang akan melamar pacarnya, Anggun.
Adit memang sering bertanya kepada Alfred tentang makanan kesukaan, genre film kesukaan, tempat favorit, bahkan aroma kesukaan dari Anggun.
Hal tersebut terjadi sejak awal pdkt-nya kepada Anggun, Alfred selalu membantu Adit dalam menemukan hal hal yang disukai Anggun.
***
Hari ini terasa terlalu ramai untuk hari Sabtu. Di dalam mobil, Alfred menyetir dengan wajah lurus ke depan. Dia memakai baju The Simpsons, orang dewasa lain mungkin terlihat aneh memakai baju kartun seperti ini, tapi entah kenapa di Alfred terlihat cocok.
‘Makasih udah mau nemenin aku,’ kata Anggun. ‘Sorry ngerepotin.’
‘Kapan sih kamu gak ngerepotin aku?’ tanya Alfred, bercanda.
‘aku pulang naik grab kok, janji cuma nganterin doang, aku juga tahu kamu ada urusan lain.’ Aku mengepalkan tangan, kesal. ‘Bener-bener ya tinggal tiga hari lagi nikah ada aja dramanya.’
Ini drama yang aku maksud: Catering makanan yang sudah aku sewa untuk resepsi hilang tanpa kabar. Untungnya, ada catering lain yang menyanggupi membuat makanan untuk 400 orang dengan deadline semepet ini. Jadi, hari ini kami buru-buru food testing, memastikan minimal makanannya bisa ditelan. Kekacauan seperti ini bikin kesal, tapi aku yakin setahun kemudian pasti jadi sesuatu yang seru untuk diceritakan.
Alfred aku ajak karena selain aku dan Adit sedang dipingit, Adit kebetulan juga lagi di luar kota. Alfred menoleh ke arahku, lalu bertanya, ‘Hari ini ada siapa aja?’
'kamu, aku, sama calon mertua'
Alfred mengangguk, lalu melanjutkan perjalanan
Saat itu terasa ramai bagi Anggun, calon Mertua Anggun, dan Alfred dalam mengurusi catering yang disewa untuk pernikahan Adit dan Anggun.
Disela-sela istirahat Anggun didalam mobil Alfred, setelah kesibukan itu, Alfred mendatanginya dengan wajah yang sedikit berbeda dari biasanya.
Calon ibu mertua Anggun telah terlebih dahulu pulang dengan meminta Alfred untuk menghantarkan pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bingung
NouvellesBerkisah tentang Alfred seorang nerd yang memiliki perasaan terhadap seorang wanita cantik yang dikenalnya dari masa kecilnya. Temannya itu sangat cantik, namun bukan hanya cantik tapi dia juga terkenal baik terhadap siapapun disekitarnya bahkan se...