"Hai selamat sore, kamu Dyvian kan?"
Suara yang tak asing ditelinga Dyvian Asetya Kumara, sosok yang diharapkannya agar bisa berjumpa kembali kini ada didepannya.
"Wah ternyata kau pengingat yang handal ya, senang bertemu dengan mu lagi Awina" Meski terkejut dan sedikit tidak percaya, Dyvian bisa mengatasi kegugupannya pada Awina Adelia."Tentu saja, kita tidak sekedar bertemu karena banyak hal yang telah kita bahas di puncak waktu itu. Bahkan nyaris menjalin pertemanan disana hanya karena kau menghampiriku dan berhasil melemparkan afeksi serta berbincang cukup panjang."
"Itu karena aku melihatmu sedang tersenyum tapi matamu tergenang air mata. Baik kan aku ?" Oh bersyukurlah Dyvian karena kau terlahir bukan sebagai introvert yang kaku.
"Kamu juga pengingat yang baik huft.." Awina menggembungkan pipinya dan sungguh itu imut sekali. Tak tau saja kau Awina, kau telah memporandakan hati Dyvian !
"Kkkk~, tapi kenapa kau bisa mengenaliku ? kurasa itu sudah lama..."
"Heumm yah, kukira tadi itu bukan dirimu, habisnya kau terlihat, ekhem... lebih tua. Hahahaha."
"Uh jahatnya, aku sakit hati tau." Dimata Dyvian, Awina masih sama manisnya dengan waktu itu, hanya saja terlihat lebih anggun.
"Iya maaf hanya bercanda, habisnya kau terlihat rapi sekali. Rambut ciri khas kantoran sekali dengan celana panjang dan sepatu hitam. Omong - omong ku bawakan Chocolate Cake dan Hot Americano yang kau pesan." Awina lantas meletakkan pesananku dimeja selepas mendapatkan ijinku.
"Terimakasih ya, aku sangat suka kue disini berkat teracuni rekan sekantor dan bermaksud singgah sebentar ingin tau seperti apa toko yang berhasil membuat kue seenak ini."
Awina tersipu, "Iya, terimakasih juga karena telah berkunjung. Aku senang kau suka dengan kuenya. Setidaknya itu hal bagus untukku sebagai pemula dan saat ini aku masih mencoba untuk membuat rasa dan variasi yang lainnya."
Dyvian menjawab dengan pasti, "Berkunjung kesini adalah hal yang wajib dilakukan ku rasa. Selain mendapatkan kue yang enak ternyata aku juga bisa bertemu lagi dengan mu Awina. Tak kusangka cafe ini adalah milikmu."
Hari itu dilanjutkan dengan Awina yang telah duduk berseberangan dengan Dyvian dan berbincang untuk berbagi sedikit cerita. Kadang juga tertawa karena lelucon yang terlontar.
Awana Cafe itulah nama cafe yang telah Awina usahakan untuk berdiri. Memang tak terlalu luas, tetapi cafe itu memiliki nuansa yang nyaman dan manis dengan tiga meja kecil ditata didepan counter serta dua meja lagi ditata di halaman depan cafe. Disana juga yang menjadi tempat pertemuan kedua Dyvian dan Awina yang telah terlarut dengan pembicaraan mereka, lalu sebuah pelukan seorang kawan menjadi salam perpisahan disore itu. Masing - masing dari mereka berjanji untuk bertemu lagi dilain hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going to past
Teen FictionWaktu akan terus berlalu dan hal yang terjadi hari ini akan berubah menjadi lampau serta menjadi sebuah memori.