Bagian 11

13 2 2
                                    

Raily tersentak dan langsung membuka mata dari tidurnya.

Apa itu tadi?

Mimpikah?

Raily melotot dan langsung bangkit begitu saja dari tidurnya. Ia duduk dengan pikiran yang kemana-mana. Tangannya meraba bibirnya sendiri saat merasakan mimpi tadi terasa begitu nyata. Bisa-bisanya ia memimpikan hal tidak senonoh seperti mencium pria itu?

Tidak. Tolong tenggelamkan dirinya sekarang juga.

Raily mendesah panjang. Benar-benar merasa malu pada dirinya sendiri. Ia tidak menyangka, Seorang pria berwajah dingin itu yang menjadi fantasi liarnya dalam mimpi.

Untung saja hanya mimpi. Jika hal itu benar terjadi, maka ia yakin akan lebih memilih mengubur dirinya saja karena terlalu malu.

Ketika ia melirik jam dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul 7. Ia bergegas mengambil handuk dan pergi mandi untuk bersiap-siap pergi bekerja hari ini.

"Huaa.. astaga kaget." Raily berjingkat kaget saat ia membuka pintu kosnya, Arini tepat berada di depan kamarnya sambil menatap dengan curiga.

"Arini. Bikin kaget aja. Ngapain sih tiba-tiba muncul nggak ada suaranya." Ucap Raily kesal. Mata Arini memicing dan menatap sahabatnya penuh curiga.

"Kenapa sih?!" Raily menatap Arini yang agak bertingkah aneh.

Gadis melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cowok cakep yang pulang nganterin kamu tadi malam, siapa?" Tanya Arini penasaran. Raily mengerutkan keningnya bingung.

"Cowok? Siapa?"

"Mana aku tau, Raily. Makanya nanya! Tampangnya sih cool gitu, tapi cakep banget." Ujarnya. Kening Raily berkerut tambah dalam.

"Kapan? Tadi malam?" Tanyanya memastikan.

Arini mengangguk. "Kamu nggak amesia cuma gara-gara di anterin cowok cakep kan, Ly?!"

Seketika adegan ciuman yang ia pikir hanya mimpi itu berputar kembali.

"Aaaakhh---" Raily menjerit sambil membekap mulut dengan kedua tangannya. Matanya melebar menatap Arini.

"Kenapa sih nih anak?" Arini menatap Raily aneh.

"Aku pikir cuma mimpi." Raily meringis, hampir menangis ketika mengingat dirinya lah yang ingin mencium pria itu tadi malam.

"Mimpi apa? Kami mimpi yang jorok tentang cowok itu ya?!" Selidik Arini.

Raily menggeleng cepat. "Nggak kaya gitu, Rin. Masalahnya tadi malam aku cium dia." Ungkapnya dengan lirih.

"WHAT?" Arini berteriak syok.

"Kamu.. apa tadi? Cium cowok itu?" Ulangnya tidak yakin. Namun anggukan dari Raily menjawab semuanya.

"Astaga, Raily. Aku nggak nyangka kamu berani cium dia."

"Aku juga masih nggak percaya kalau aku cium dia. Habis bibirnya keliatan sexy banget sih." Ucapnya pelan. Dan Arini langsung memukul kepalanya mendengar hal itu.

"Otak kamu kayanya udah geser deh."

Raily memajukan bibirnya cemberut.

"Jangan-jangan cowok itu juga yang gantiin baju kamu waktu itu ya?"

Dan lagi-lagi Raily mengangguk pasrah.

"Oh my god, Ly." Desah Arini tidak percaya.

"Aku malu banget, Rin. Kalau sampai ketemu dia lagi gimana?" Kedua bahu Raily terasa lemas memikirkan hal itu.

Trapped In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang