1. Menatap Tanpa Suara

3 0 0
                                    

"Sangat menenangkan menatap tanpa harus di ungkapkan betapa kuatnya diri ini."

Malam ini hujan turun dengan deras, udara malam yang dingin bertambah dengan air tetes demi tetes turun dari langit menambah suasana lebih dingin.

Seorang gadis remaja sedang menatap indah hujan dari jendela kamarnya sambil tersenyum manis, gadis ini sangat menyukai hujan. Baginya hujan itu sesuatu yang menenangkan, damai dan menentramkan, bukan seperti kata orang yang identik dengan ke galauan bahkan saat hujan bukan galau yang melanda tapi senyum indah terpancar di raut mukanya.

"Hujan tetaplah seperti ini, aku ingin terus menikmati suara air yang turun ini," gumamnya sambil mengeluarkan sebelah tangannya dari sela jendela untuk menikmati air yang turun ini.

Ceklek

Suara pintu di buka terdengar di telinganya, namun ia mengabaikan saja tangannya tetap pada posisinya tadi.

"Main hujan terus, apa sih istimewanya hujan?" tanya Kiara, adik kandungnya.

Rain menggeleng sambil tersenyum menatap Kiara yang sudah berada di sampingnya. Raina Anabella, sesuai dengan namanya penyuka hujan.

"Hujan itu damai, coba aja nikmati lebih fokus lagi, kamu bakal tahu istimewa dari hujan itu," jawabnya mengalihkan pandangan ke luar.

Kiara yang mendengar hanya tersenyum sambil terus menatap kakaknya yang sangat menikmati hujan malam ini.

"Kalau tidak dengan hujan aku tidak tahu lagi harus menatap keindahan dari mana," ucap Rain memecahkan suasana sunyi mereka.

"Banyak kak, liat muka aku aja kan udah termasuk indahnya ciptaan Tuhan," jawab Kiara dengan candaan recehnya ini spontan mendapat kekehan kecil dari Rain.

"Keluar aja deh kamu, ngapain ke sini gangguin aku aja," usir Rain, ia bukannya tidak mau di temani adiknya tapi malam ini ia ingin menikmati hujan tanpa ada gangguan.

"Ngusir terus kalo di samperin, aku mau minta chiki mangkanya ke sini." Setelahnya Kiara mengambil beberapa makanan ringan yang terletak di atas meja belajar Rain, Rain hanya menatap pasrah kepada adiknya lagi dan lagi makanannya harus tewas oleh adiknya tapi itu bukan masalah baginya, apapun yang ia punya juga milik adiknya.

🔸🔸🔸

Rain mengambil sebuah buku diary dan sebuah pena.

"Dear diary, malam ini hujan turun lagi dengan membawa ketenangan bagiku. Mungkin orang lain melihatku baik-baik saja tanpa ada masalah namun kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan diriku hancur seribu hancur, aku juga ingin bercerita bebas kepada orang lain tapi setiap ingin bercerita aku selalu berpikir 'ini tidak perlu aku katakan kepada orang' selalu itu yang ada di benakku.

Kepada diary ini aku bercerita, aku benci dengan hidupku, aku benci harus seperti ini terus, aku benci ketika mereka terus-menerus menyalahkan ku apa yang aku lakukan selalu saja salah di mata mereka.

Bukan bermaksud membenci tapi ini terlalu menyakitkan, aku punya keluarga lengkap tapi tidak membuat ku tenang. Terlalu banyak menuntut tanpa mendukung proses ku tanpa menanyakan apakah diriku baik-baik saja. Mereka ingin aku menjadi apa yang mereka mau tanpa tahu apakah aku mampu untuk seperti itu, sungguh ini sulit bagiku.

Sudahlah aku tidak ingin terlalu mengeluh, percuma aku mengeluh karna tidak akan merubah segalanya."

Rain menutup buku diary nya lalu kembali menatap hujan yang semakin malam semakin deras.

Lelah menghampirinya ia pun beranjak dari tempat duduknya menuju ranjang, menatap langit-langit kamar sebentar sebelum ia terlelap.

21 November 2022

Jangan lupa follow yaa
Ig: indiiii18_
Wp: ndiani18





I'm Not Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang