1. Drunk in the meow meow

2.7K 219 14
                                    

Larut malam bahkan hampir pagi. Langkah kaki yang tak karuan dan dunia yang berputar. Botol alkohol ditangannya masih berisi, meski sudah hampir tumbang Lagi-lagi dia meneguknya.

Sampai dia berada disatu titik dia tak lagi bisa menahan mabuknya dan terkapar dipinggir jalan.

o0o


Mentari terlalu terik. Pukul berapa ini? Dia meraba-raba kesamping mencari ponselnya yang selalu dia simpan diatas nakas. Sialnya dia tidak menemukannya disini.

"Hngg," mau tak mau dia membuka matanya, ruangan yang cukup familiar.

"Enak banget ya molor seharian."

Dia mengalihkan pandangannya pada seseorang disampingnya "jam berapa ini Lis?"

"Jam 3 sore buset. Lo tidur apa mati sih"

Dia menerima segelas air dari sahabatnya itu "lo semalem tidur di depan toko Kak Chu, untung aja dia langsung telfon gue."

Rosé hanya bergumam. "Sampe kapan sih lo mau kayak gini?"

"Kamu nanyea?"

"Serius koplak"

Roséanne, dia memijat pelipisnya "sampe gue mati mungkin."

"Mulut bau tai lo, seenaknya ngomong kayak masuk syurga aja."

"Anak Gereja gue tuh. Pintu syurga kebuka dikit pasti."

"Halah, mending lo stop deh kayak gini. Ditinggal nikah doang sefrustasi ini."

"Gue gak bisa Lis, gue terlalu cinta sama dia."

"Makan tuh cinta. Udah gue bilang lo gak usah pacarin dia lo nya ngeyel."

"Namanya juga orang jatuh cinta" dia menyandarkan punggungnya pada sofa. "Mending kalo gue ditinggal nikah karna dijodohin atau ortu nya gak restuin gue. Lah ini karna hamidun sama temen sendiri... TEMEN SENDIRI!"

"I feel you." Lisa mengusap pundaknya.

"Yaudahlah gue pulang dulu." Rosé menepuk pundak sahabatnya "tiati lo mabok lagi gue jual ya ke tante-tante."

"Anjay takut. Tapi boleh sih, ngeue doang kan dapat cuan."

"Udah gak ketolong."

Sosok dipojokan sana mengangguk faham lalu pergi mengikuti Roseanne.

Malam hari Roseanne baru sampai rumah, dari tadi ngapain aja? PPKM kak, Plenga plongo kek meong, kek orang linglung tiap ketemu orang pasti manggil nama sang mantan.

"Meow!"

Rosé terlonjak kala bola bulu disamping kakinya mengusapkan kepala di kakinya yang bahkan belum semenit masuk rumah.

"Hah! Kucing siapa ini!"

"Kucing gue," sang adik datang lalu menggendong anak kucing berbulu putih  itu.

"Heh, sejak kapan Eomma bolehin lo bawa kucing ke rumah?"

"Sejak tadi."

"Ahh boong"

"Serius."

"Yang bener?"

"Kalo gak percaya tanyain aja ke Pak Haji Udin." gadis bernama Ryujin itu berbalik dan membawa kucing itu ke kamarnya.

"Sé?"

"Eomma..." Rosé memeluk manja wanita paruh baya yang dia sebut Eomma itu.

"Kemana aja? Jam segini baru pulang ha?" telinga Roseanne dijewer oleh sang ibu membuatnya mengaduh.

"Ahhh aw sakit eomma aw iya iya Rosie abis dari rumah Lilis tadi"

Jeweran terlepas. "Yang bener?"

"Iya Eomma ku sayang."

Kini sang Eomma melanjutkan acara memasaknya "kamu udah gak mabok kan?"

Rosé terkejut "kok tau?" Eomma berbalik "kamu mau nanya itu kan? Haha kamu bau."

Rosé mencium ketiaknya, ya... Dia memang bau.

Beranjak pergi menuju kamarnya untuk mandi karena bau nya sudah menyengat. 20 menit dia habiskan untuk hanya sekedar mandi dan keramas hingga bau Naga yang tadi tercium pun hilang.

Dia keluar kamar mandi dengan piyama beruang, tersenyum bangga karena merasa jadi orang paling bersih dan wangi sedunia. Dia mengangkat ketiaknya "hmm wang-

"Kok masih bau asem!" dia mencium ketiaknya lagi untuk memastikan. Tapi tidak, bukan dari badannya. Hidungnya mengendus-endus bau itu hingga menemukan...

"RYUJIN PARK! SINI!" teriaknya.

Sang adik tergesa masuk kamar si kakak "kenapa kak kenapa?"

"Kamu nanya aku kenapa?" Rosé menunjuk sudut kamarnya "tuh liat!"

"Huh tai? Ih jorok lo berak sembarangan, gue bilangan eomma ya."

"Kurang ajar lo. Tuh meong lo beol di kamar gue!" tunjuknya pada anak kucing berjenis Persia medium itu.

"Masa?"

"Liat aja pantatnya, masih ada sisa sisa kenangannya"

"Oh iya Im Nayeon gue beol." Ryujin cengengesan.

"Siapa Im Nayeon?"

"Kucing gue."

"Yang bener aja lo mau ngasih nama."

"Serius, tadinya mau gue kasih nama Khidir Karawita."

"Dari mana sih lo dapetin nama itu?"

"Kalungnya. Tuh" Ryujin menunjuk kalung dileher kucing kecil itu. Rosé mengangkatnya.

"Itu inisial I sama N kan, karna gue suka Gfriend jadi gue kasih nama Im Nayeon." kata Ryujin yang mulai bersihin kotoran anabulnya.

"Im Nayeon mata lo. Ini kebalik." Rosé memutar liontin pada kalung kucing itu. "N sama I yang bener."

"Yaudah sih perkara itu doang."

"Jangan jangan dia ada yang punya." Rosé mengembalikan kucing itu kebawah. "Ini ada kalungnya."

"Meow."

"Tuh kucingnya nyaut"

Seketika wajah adiknya itu berubah "yahh pengen punya kucing."

"Tapi dia bukan milikmu." Rosé menggoncang adiknya.

"I know! Tapi kasihan tau dia meow meow an di jalan dan gada yang peduli. Kayak gaada yang liat dia gitu. Kalo dia mati gimana?"

Anak kucing itu mengeluskan kepalanya pada kaki Rosé "ah yaudah terserah. Asal kalo yang punya nyariin balikin."

"Iya iya." Ryujin memasukkan kotoran kucing itu kedalam kresek untuk dibuangnya nanti. "Oh ya satu lagi."

"Apa?"

"Namanya bukan Im Nayeon ya."

"Terus siapa?"

Rosé memperhatikan kucing menggemaskan dengan mata bulat itu "Nini."

"Meoww!" kucing itu menyahut dengan semangat.

"Tuh kan? Lo ngasih nama aja gak becus lo."

"Banyak omong lo direktur lo!" setelah itu Ryujin berlari sebelum kena timpuk sendal akupuntur nya Rosé.

Rosé mendengkus lalu mengalihkan pandangan pada kucing yang masih anteng elus-elus kepalanya ke kaki Rosé. "Ngapain masih sini lo? Hus hus, ikut tuan lo tuh sana."

Seolah mengerti kucing itu berlari mengejar Ryujin. Rosé menghela nafasnya lalu merebahkan dirinya diatas kasur "hah... Kadang hidup sungguh nestapa."



Slow ajalah up nya:v

Gw mau sok sibuk soalnya.

Fix MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang