aftermath 🔞⚠

2.6K 155 19
                                    

Sanji terduduk beberapa saat sambil menatap hampa ketembok putih dihadapnnya.

Sungguh saat ini dia merasa tak karuan. Badan yang sakit dan jiwa yang hancur membuat pikirannya kosong dan berkabut.

Tadi malam adalah persetubuhan pertama dalam hidupnya. Sejujurnya ia tak menyangka jika malam pertamanya akan di renggut secara paksa oleh pria tak dikenal.

Ingin sekali ia memaki dan membunuh pria lumut sialan itu, namun mendengar ancaman yang pria itu ucapkan tadi membuat nyalinya menciut.

Ring ring

Sebuah dering Handphone menyadarkannya dan membuat pandangannya beralih ke benda pipih yang tergeletak di atas meja nakas.

Ia sedikit meringis saat merasakan nyeri di bagian tulang ekornya. Namun karena dering handphone yang tak kunjung berhenti, membuatnya mau tak mau menyeret bokongnya untuk mengambil benda tersebut dan menjawab panggilannya.

"Hallo" Ujarnya dengan tak bersemangat.

"Sanji?! Kau dimana?! Kau kan tau ini akhir pekan, seharusnya kau sudah ada disini membantu kami. Pelanggan sangat banyak" Teriak orang yang di seberang sana.

Terdengar suara kuali dan spatula beradu. Juga orang-orang yang berteriak menerima pesanan, membuat Sanji tersadar akan kewajibannya.

"Ahh aku ketiduran " Dalihnya " Aku akan segera kesana"

Setelah mematikan sambungan tersebut, Sanji segera bangkit dan menuju ke kamar mandi. Dihiraukannya semua rasa sakit dan ngilu di tubuhnya, dia harus bergegas untuk bekerja

-------------
Restoran Baratie

"Pesanan nomor 67, sup kepiting, sirloin steak dan jus melon. Apakah sudah selesai? " Teriak seorang pelayan dari jendela penghubung antara dapur dan ruang kasir.

"Se-sebentar" Ujar Sanji yang terburu-buru menyelesaikan masakannya.

Walaupun sudah mandi dan meminum vitamin, ternyata tubuhnya masih sedikit sakit dan nyeri di beberapa bagian. Dan juga efek obat yang disuntikkan kepadanya mengakibatkan tangannya sering bergetar. Sehingga ia kesulitan dalam menggerakkan spatula yang ia pegang.

"Sial" Umpatnya pelan saat mengingat dan memikirkan kejadian tadi malam.

Sungguh ia membenci kejadian itu, namun di satu sisi dia juga menikmatinya. Dirinya tak bisa mengenyahkan kejadian semalam dari otaknya.

Wajah, deru nafas, dan suara berat dari si Pria lumut itu tak bisa keluar dari pikirannya.

Lagi-lagi ia memikirkannya.

"Aghh" Sengatan dari hawa panas kuali yang terbakar berhasil membuat dirinya kembali ke dunia nyata.

"Hey Sanji, kau tak apa? Kau terlihat tidak fokus"

Patty, teman sejawatnya sesama koki menegurnya saat diperhatikannya Sanji yang terlihat sering melamun.

Pria berambut plontos dan berbadan besar itu memang memasak di kompor yang berada di samping Sanji, dan dirinya sudah memperhatikan tingkah Sanji yang tak biasa sedari tadi.

"Ahh aku tak apa" Sanji menjawab sambil berlari sedikit ke wastafel untuk mencuci tangannya yang sedikit melepuh.

"Kalau kau kurang enak badan sebaiknya pulang saja." Carne menyeletuk sambil tangannya terus menggoyangkan kuali yang ia pegang.

Sanji tak menjawab dan langsung kembali untuk menyelesaikan masakannya.

Ia menepuk pipinya keras dan berucap kalau dia harus fokus. Ia tak ingin pria tampan dan kejadian semalam malah merusak pekerjaan. Dirinya tak mau para pelanggan yang kelaparan menjadi korban atas pikirannya yang kacau.

Witness (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang