Sesampainya di taman, Adam segera menurunkan sepeda Seno dari mobilnya.
Seno mulai menaiki sepedanya dengan di bantu ayahnya yang memegangi belakang sepeda Seno
Seno sedikit demi sedikit sudah bisa menjalankan sepedanya. Adam yang mengira Seno sudah mulai bisa untuk di lepaskan mulai melepas Seno tanpa di sadari Seno sendiri.
"Ayah, Seno udah bisa bawa sepeda yah." Seru Seno dengan gembira.
"Hati-hati Seno." Ucap Adam sambil melihat Seno yang sudah sedikit jauh dari posisinya.
Namun, baru saja Adam mengatakan seperti itu sepeda yang Seno kendarai mulai kehilangan keseimbangan dan hampir saja menabrak pohon yang berada di taman.
Untungnya Adam menyadari bahwa Seno akan terjatuh dan kemungkinan menabrak pohon. Lalu, Adam langsung berlari dengan tergesa-gesa untuk menangkap Seno dan sepedanya agar tidak terjatuh.
"Seno gaada yang luka kan?." Tanya Adam dengan raut khawatir.
"Seno gapapa ayah, kan ada ayah yang tolongin Seno. Terimakasih ayah, i love you." Jawab Seno sambil tersenyum manis.
"Love you too, Seno masih mau belajar lagi?." Tanya Adam.
"MAU MAUU, Seno harus bisa ayah." Jawaban Seno membuat Adam merasa senang. Ternyata semudah itu membahagiakan Seno ya.
"oke oke, Seno ayah lepas yaa, Kamu belajarnya bolak-balik di sini aja yang sepi no, nanti ayah liat Senonya dari situ. Jangan ke jalan raya juga ya." Ucap ayah'Seno.
"Siap ayah, do'ain Seno bisa yaa." Ujar Seno.
"Pasti nak." Tutur sang ayah.
Melihat Seno yang sudah lancar membawa sepedanya, Adam mencoba membka hp untuk menghilangkan kebosanannya.
Namun, baru beberapa menit dia tidak melihat Seno di sekitarnya. Adam yang panik mulai mencari Seno ke segala arah.
Saat melewati jalan raya, Adam tidak sengaja melihat banyaknya orang yang berkerumun. Lalu dia mendekati kerumunan tersebut dan menanyakan kepada salah seorang remaja yang berada di tempat itu.
"Itu apa ya kenapa rame-rame begitu?." Tanya Adam
"Oh itu mas, jadi tadi ada anak kecil yang lagi main sepeda terus tiba-tiba nyebrang jalan tanpa tau kalau ada mobil, jadi ya gitu ketabrak." Jawab remaja tersebut.
Ketika mendengar jawaban dari pemuda itu yang ada di pikirannya adalah Seno.
Adam langsung menerobos masuk ke dalam kerumunan tersebut. Yang dia lihat pertama kali adalah tubuh anaknya, Seno.
Darah berceceran dimana-mana. Bahkan wajah anaknya hampir tertutupi oleh lumuran darah. Yang Adam harapkan Seno masih bisa di selamatkan.
Adam terduduk di depan tubuh anaknya. Dia mencoba mengecek denyut nadi anaknya.
Tidak berdetak. Seno, pergi.
"Seno udah bisa naik sepeda sekarang yaa? Maafin ayah ya no baru bisa ngajarin Seno naik sepeda. Ayah sayang Seno, Terimakasih udah mau jadi anak ayah yang nurut dan pintar. Ayah sayang Seno melebihi apapun. Tenang di sana yaa." Ucap Adam dengan air mata yang membasahi pipinya.
Setiap orang pasti akan pergi, meninggalkan luka yang mungkin sulit untuk di obati.
Terimakasih sudah bertahan selama ini Suseno. Lihatlah bagaimana ayahmu mencintaimu dengan tulus.
Kehilangan seseorang bukan hal yang mudah untuk orang yang di tinggalkan. Jadi, jangan tinggalkan seseorang sebelum tuhanmu memanggil.
***
Jenazah Suseno di makamkan di samping ibundanya. Banyak sekali yang merasa kehilangan dengan kepergian Seno.
Bahkan teman-teman sekolahnya banyak yang datang bersama orang tuanya. Terutama Farel dan Oji, mereka menangis dengan kencang.
Adam berjongkok di depan makam sang anak. Menggunakan kacamata hitam bukan untuk bergaya di pemakaman umum tetapi untuk menutupi matanya yang bengkak setelah menangis.
Mengusap nisan anaknya. Adam tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikhlaskan. Takdir tuhan tidak bisa di tentang.
Berdiri, meninggalkan anaknya Seno bersama sang istri. Sekarang, Adam hanya sendiri.
***
Dalam perjalanan menuju rumahnya Adam mendapatkan telfon dari kepolisian dan Adam di panggil ke kantor polisi untuk mengurus kasus kecelakaan anaknya.
Sesampainya di kantor polisi Adam di persilahkan untuk duduk di ruang interogasi. Di hadapannya sekarang ada seorang bapak-bapak yang sedikit berkeriput dan sepertinya sudah berkepala 4.
"Pak Adam, jadi ini pengendara mobil yang kemarin menabrak anak bapak di sekitar taman kota. Namanya pak Joko. Setelah saya dan rekan-rekan saya interogasi dan saya cek ternyata rem mobil tersebut remnya blong. Ketika melihat anak anda bapak ini sudah berusaha untuk mencoba memberhentikan mobilnya tetapi gagal " ucap polisi yang bernama Santo.
"Maafin saya pak Adam, jujur saya tidak ada niatan mencelakai anak anda. Saya minta maaf kepada anda dan anak anda. Saya siap bertanggung jawab atas kesalahan saya." Ucap pak Joko.
"Saya serahkan semuanya kepada pak Santo. Bagaimana hukuman yang semestinya di berikan hanya anda yang tau. Kalau begitu saya permisi."
Adam pergi meninggalkan kantor polisi dan pulang kerumahnya.
Dia merasakan kehilangan yang sangat amat mendalam. Menyesal lebih mementingkan pekerjaannya di bandingkan dengan anaknya sendiri. Dia sekarang tau bagaimana rasanya menjadi Seno yang setiap hari sendirian. Sepi.