[END] Ingatlah 『NPH』

Bab 21-30

€ 21: Corridor Flirting

—Sudah berakhir, Anda telah menemukan rahasia terbesar saya

—apa yang harus saya lakukan?Ketika

Wen Tian melihat dua pesan ini, dia tertawa terbahak-bahak, dan perutnya bergetar.

Pria ini sangat lucu!

Dia menyeka air mata karena tertawa, dan menundukkan kepalanya kembali ke pesannya.

— Jangan panik, Anda masih memiliki sedikit rahasia. Saya tidak akan mengorek rahasia kecil Anda

—tidak, Anda harus. Saya punya banyak rahasia kecil, dan tidak apa-apa memberi tahu Anda satu atau dua [pemalu]

Wen Tian merasa dia akan pingsan.

Siapa yang bisa menolak pria tampan dengan ekspresi malu?

Tidak ingin mem-bully dia?

Tidak ingin tahu rahasianya?

Woo hoo.

Wen Tian menatap layar dengan mata berkaca-kaca, dan setelah beberapa detik, mengetik beberapa kata.

- Kalau begitu katakan padaku ...

Ye Sikong melirik Xiaotian yang masih bermain pasir, dan mengetik: Aku akan memberitahumu nanti

- Xiaotian lapar, aku akan membawanya kembali untuk makan malam dulu

Wen Tian: ...

aku benar-benar ingin mencekiknya sampai mati.

Setelah memastikan bahwa Ye Sikong tidak akan membalas pesan lagi, Wen Tian meletakkan teleponnya dengan depresi.

mengganggu.

Menjadi tampan dapat membangkitkan selera orang?

Wen Tian menggertakkan giginya, dan memutuskan bahwa lain kali Ye Sikong mengirim pesan lagi, dia akan membiarkannya menunggu sebelum membalas.

Merasa lega, Wen Tian bersandar di sofa untuk menonton TV.

Tidak lama kemudian, Duxi mengeluarkan makanan yang sudah disiapkan.

Wen Tian mencium aromanya dan tidak bisa duduk diam.

Sebelum dia hamil, dia memiliki nafsu makan yang besar, dan setelah dia hamil, itu menjadi lebih serius.

Juga mudah lapar, dan Anda ingin segera makan setelah kenyang.

Wen Tian berjalan mengitari meja makan, dan Du Xi membawakannya sepasang sumpit: "Masih ada hidangan yang belum digoreng, kamu harus makan sesuatu untuk mengisi perutmu dulu."

“Terima kasih, suamiku.” Wen Tian mengambil sumpit, makan dua potong iga babi sambil berdiri, memasukkan satu ke dalam mulutnya, memegang satu potong di sumpit, dan berjalan ke dapur.

Duxi mengenakan celemek, melihat dia masuk, dan berkata dengan cepat: "Jangan berdiri terlalu dekat, hati-hati minyaknya melompat ke arahmu."

Wen Tian masih takut terciprat minyak, jadi dia berhenti dengan cepat, memegang tangan sumpit ke arah Duxi Melewati sana: "Suamiku, kamu juga bisa makan."

Du Xi meliriknya, merasa sangat manis di hatinya.

Setiap kali dia sibuk di dapur, istri kecilnya akan membawakan sayur untuk dia makan.

Duxi membungkuk dan mengambil tulang rusuk ke mulutnya: "Pergi dan duduk, aku akan segera baik-baik saja."

Wen Tian mengangguk dengan patuh, dan tidak lama setelah keluar untuk duduk, Duxi membawakannya semangkuk sup.