Sirius

178 21 2
                                    

Hari ini tanggal 1 Oktober 2020. Di bulan bahasa ini, setiap murid diwajibkan untuk membawa 1 buku bacaan. Waktu untuk membacanya ialah 20 menit sebelum jam pelajaran pertama. Setelahnya, mereka harus menuliskan apa yang dibaca dalam 10 menit berikutnya. Jesper dan Sirius sudah berjanji untuk saling meminjamkan buku demi memperbanyak variasi bacaan.

Di tanggal yang sama, sekolah mereka kedatangan guru olahraga baru bernama Pak Marcell. Beliau menggantikan Pak Wildan yang baru saja pensiun. Untuk kesan pertama, banyak murid yang menyukai Pak Marcell karena beliau masih muda, tampan, dan murah senyum.

Jadwal mata pelajaran olahraga Sirius di kelas 9 adalah setiap hari Selasa. Jadi, tanggal 6 Oktober adalah kali perdana Pak Marcell masuk ke kelas Sirius, 9A. Waktu baca dan menuliskan apa yang dibaca sudah habis, jadi Pak Marcell menginstruksikan semua murid 9A untuk mengumpulkan buku laporan mereka. Buku-buku itu dibaca sekilas lalu diberi paraf. Untuk kebanyakan laporan, Pak Marcell hanya melakukan skimming alias membaca cepat. Tetapi, sebuah buku laporan berhasil menarik perhatiannya.

Date: 6 Oktober 2020

Judul buku: Polaris
Penulis: Yildun
Halaman yang dibaca: 20-26

Isi buku: menceritakan seorang traveller yang sedang travelling lalu bertemu dengan stranger aneh di tengah perjalanan.

Marcell menilik nama pemilik buku yang dibacanya, Jesper Kurniawan.

***

Bel pertanda kegiatan belajar mengajar hari itu berakhir telah berbunyi. Saat murid-murid lain berdesakan di pintu, Sirius justru menghampiri meja sahabatnya.

"Jesper, kamu udah selesai baca bukunya?"

Jesper yang tengah berkemas mengalihkan perhatiannya pada sang sahabat. "Polaris ya?"

"Iya. Kalo udah, aku mau pinjem," pintanya sembari terkekeh.

"Oh, boleh-boleh. Aku udah selesai baca, kok. Besok aku bawa deh ke sekolah. Kamu bisa baca marathon tuh, soalnya besok, 'kan, malam minggu."

"Thank you. See you tomorrow, Jesper."

"Urwell. See you tomorrow, too, Riri."

Jesper menepati janjinya. Dia benar-benar membawakan novel Polaris untuk dibaca Sirius. Anak itu tak dapat menahan rasa penasarannya lebih lama, jadi novel itu langsung dibacanya segera setelah menghabiskan santap siang. Empat jam dihabiskannya untuk berkutat dengan novel setebal kurang lebih 400 halaman. Kisah tentang Polaris sukses membuat perasaannya bergejolak. Untuk menetralkannya, Sirius menghubungi sang Papa.

"Halo, Pa?"

"Halo, Sirius. Gimana hari kamu, sayang?" Terdengar balasan dari seberang panggilan. Sirius tersenyum, suara lembut penuh kasih sayang dari sang papa tak pernah gagal membuat hatinya hangat.

"Biasa aja sih, Pa. Tapi ya gitu deh, agak sedih soalnya habis marathon novel. Soalnya walaupun open ending, menurutku endingnya tuh lebih ke sad end gitu."

"Emangnya kamu baca apa? Siapa tau papa pernah baca."

"Polaris, Pa. Pernah baca, nggak? Yang ceritanya tentang traveller ketemu orang aneh itu, lho."

"Oh itu, papa pernah baca. Kamu kok bisa baca novelnya? Beli atau pinjem?"

"Pinjem punya Jesper, Pa. Begitu dia selesai baca, aku langsung pinjem." Sirius terkekeh kecil usai berucap.

Polaris [MARKHYUCK ft ZCL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang