"Sayang, apa kau yakin kita melakukannya di sini?" Seorang remaja perempuan memeluk lengan kekasihnya erat, matanya bergerak ke sana ke mari mengamati sekitarnya dengan takut. Sementara si remaja laki-laki acuh tak acuh menuntun si remaja perempuan mendekati salah satu pohon beringin. Mereka berhenti di tengah-tengah antara dua pohon beringin yang berdampingan.
"Tentu saja aku yakin. Di sini tidak akan ada yang mengganggu kita." remaja laki-laki itu menggelar beberapa kardus di tanah lapang di antara kedua pohon beringin yang seperti kembar itu. Pasalnya mulai dari bentuk pohon, rantingnya, jumlah cabangnya bahkan tingginya terlihat sama persis.
Sembari menunggu kekasihnya menggelar alas duduk mereka, si remaja perempuan celingak-celinguk memperhatikan sekeliling dengan takut. Jelas saja ia takut, bagaimanapun tempatnya sekarang berada adalah tempat pemakaman umum yang terkenal angker.
Ada rumor yang beredar, sering terdengan jeritan, tangisan bahkan suara tertawa yang berasal dari makam ini. Padahal jelas pada malam hari, tidak ada satu pun orang yang berani memasuki makam ini. Bahkan gerbang masuknya pun di kunci. Ia dan kekasihnya bisa berada di sini pun gara-gara mereka nekat memanjat pagar besi makam ini.
Rumor lain mengatakan bahwa tempat ini adalah tempat di mana gerbang penghubung antara dunianya dan dunia lain. Sehingga tidak jarang banyak makhluk tak kasat mata yang akan memperlihatkan diri. Bahkan, makhluk neraka pun tidak jarang terlihat di sini.
Suasana sangat sunyi, tidak ada suara sedikitpun bahkan dari serangga malam. Kesunyian ini terasa begitu ganjil bagi si remaja perempuan. instingnya memerintahkannya untuk segera meninggalkan tempatnya. Tapi kekasihnya, tanpa merasa takut sedikitpin malah menariknya duduk di atas kardus dan mulai mencumbunya.
"S-Sayang, lebih baik kita pindah tempat saja ... Aku takut di sini." Si remaja perempuan berujar takut-takut, walau begitu, ia tidak menghentikan si remaja laki-laki membuka pakaian bagian atasnya sampai ke dalam-dalam.
"Sudah, jangan percaya pada rumor tidak masuk akal itu, tidak ada yang namanya setan di dunia ini." ujar si remaja laki-laki sebelum membenamkan wajahnya di dada kekasihnya itu.
Si remaja perempuan mengerang keenakan, ketika si remaja laki-laki mulai mencumbu lehernya, secara otomatis ia mendongak untuk memberi akses pada kekasihnya itu agar lebih leluasa. Hari ini adalah hari ulang tahun kekasihnya, karena itu ia memberikan 'first time'nya pada kekasihnya itu sebagai hadiah ulang tahun. Karena itu pulalah, ia tidak bisa menolak semua sentuhan kekasihnya itu karena ia sudah berjanji.
Di sela erangan, matanya yang tadinya terpejam perlahan terbuka. Saat itu jugalah pandangannya tertuju pada satu titik di atas pohon beringin. Sepasang mata merah menyala menatap mereka berdua dari atas pohon beringin itu. Mata bercahaya itu terlihat begitu dingin dan menyeramkan. Menunjukkan bahwa si pemilik mata bukanlah makhluk yang berasal dari dunia manusia.
"S-Sayang, h-hentikan! Kita harus kabur! A-ada hantu!" si remaja perempuan memukul-mukul punggung si remaja lelaki yang sibuk memaju-mundurkan pinggulnya.
Si remaja lelaki jelas tidak mendengarkan, ia lebih tertarik untuk menyelesaikan pekerjaannya menggagahi kekasihnya itu. Sampai akhirnya, ia terpental ke belakang karena kekasihnya itu mendorongnya sekuat tenaga. Ketika ia menatap kembali kekasihnya itu, dia telah berlari pergi tanpa mengenakan kembali pakaiannya.
"Sayang, tunggu! Kau mau ke mana?! Kau sudah berjanji akan menyenangkanku malam ini!" Si remaja lelaki mengejar kekasihnya itu.
Tidak butuh lama, si remaja lelaki berhasil menangkap kekasihnya itu. Di bantingnya si remaja perempuan ke tanah, tidak mempedulikan teriakan ketakutan kekasihnya itu, si remaja lelaki kembali menyetubuhi si remaja perempuan.
Bagai kesetanan, si remaja laki-laki terus menyetubuhi kekasihnya itu sembari tertawa mengerikan. Pupil matanya perlahan naik ke atas, membuat matanya kini hanya berwarna putih. Sementara si remaja perempuan kini sudah lemas, tidak mampu melawan, ketakutan akan kondisi kekasihnya membuatnya menangis histeris. Hingga akhirnya tangis itu mereda dan kedua matanya perlahan tertutup. Mahkotanya hilang beserta nyawanya.
Si remaja laki-laki terus saja menyetubuhi kekasihnya yang sudah tidak bernyawa membabi buta. Dari sekujur tubuhnya mengguar aura hitam, perlahan kulitnya mengeriput dan tubuhnya menyusut. Seakan dagingnya menguap menjadi aura hitam itu, menyisakan kulit dan tulang saja.
Udara di sekitarnya berubah menjadi sangat dingin, sekumpulan aura itu berkumpul di atas kepala si remaja lelaki, semakin lama semakin membesar. Namun, sebelum sekumpulan aura hitam itu semakin membesar, sebuah cahaya berbentuk cincin yang terbentuk dari sekumpulan huruf rune menahan aura itu menyerap semakin banyak energi kehidupan si remaja laki-laki.
Seorang pemuda mendarat tepat di belakang si remaja lelaki, dengan senyumnya yang melebar, diayunkannya sekop itu untuk memutuskan jalinan aura hitam dengan tubuh si remaja lelaki. Tubuh kurus kering itu seketika ambruk. Dan si pemuda yang membawa sekop itu memasukkan sekumpulan aura hitam itu pada sesuatu yang mirip toples kaca.
Merapalkan beberapa mantra, seketika itu pula aura hitam itu menjadi tenang di dalam toples. Senyum lebar semakin terkembang di bibir merah muda si pemuda.
"Seke, aku berhasil menangkapnya! Babeh pasti akan senang, 'kan?" Dengan sumringah, pemuda itu mengangkat tinggi-tinggi toples di tangan.
Pemuda lain yang sedari tadi duduk bertumpang kaki di atas nisan mendengkus melihat sifat kekanakan rekannya itu kambuh.
"Kita kembali sekarang dan memberikan laporan. Lalu besok pagi kau harus kembali kemari untuk mengawasi." Si pemuda yang di panggil Seke itu berdiri dari duduknya.Jubah yang dipakainya berkibar terkena angin. Namun, tudung yang senantiasa menutupi kepalanya itu sama sekali tidak tersingkap sama sekali. Sepasang mata dingin dari balik topeng menatap rekannya itu datar.
"Arwah pendendamnya masih banyakkah?" tanya pemuda yang membawa sekop itu sembari memainkan toples di tangannya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kita harus membiarkan arwah pendendam ini memakan energi kehidupan dua manusia ini dulu dan baru menangkapnya?" tanyanya lagi tanpa menunggu jawaban dari pertanyaan sebelumnya."Tentu saja untuk dijadikan makanan babehmu itu. Kau pikir untuk apa lagi? Berhenti bertanya-tanya dan segera ikut aku kembali ke markas." Seperti biasanya, pemuda bernama Seke itu menggerutu. Lalu ia berbalik memunggungi rekannya itu dan mulai mempersiapkan pembukaan portal.
"Hei, bolehkah kau saja yang kembali? Aku biar di sini saja melanjutkan pemantauan sekitar. Aku akan be—"
Belum sempat ucapannya selesai, Seke menarik kerah bajunya,
"Sudah kubilang kau dilarang berurusan langsung dengan arwah pendendam sendirian. Jangan berbuat yang merepotkan hanya untuk melihat adegan tidak senonoh secara live," gerutu lagi pemuda bertudung itu sembari menyeret rekannya memasuki portal teleportasi meninggalkan dua jasad yang sudah terbujur kaku.-TBC-
Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravediggers
HorrorSetiap orang, pasti memiliki sisi gelap dalam dirinya. Tinggal bagaimana orang itu menghadapinya. Apakah orang itu akan terus melawan sisi gelapnya sekuat yg ia bisa sampai memenangkan atas dirinya, sehingga menjadi lebih baik. Atau, menyerah begitu...