BAB 1: PEMUJAAN

387 0 0
                                    


November 2021

Malam sangat tidak bersahabat, rasanya hari ini Arlin merasa dingin, karena udara tidak bersahabat, hujan terlalu deras tadi. Katanya, akan ada pelanggan baru yang datang. Beberapa pelanggannya sudah tak sanggup membayar, ada juga yang kena marah istrinya. Sebagai seorang pelacur, Arlin bangga, karena dirinya dibayar mahal untuk bercinta. Arlin mendapat kabar kalau yang akan memakai jasanya adalah anak kelas tiga SMA. Arlin tidak terkejut.

"Anak zaman sekarang lebih gila ya, padahal beberapa tahun lalu pas gue masuk SMA, masih ada wajar walaupun nakal. Ini malah nyewa gue. Nggak ada harapan hidup kali itu orang ya, nyewa pelacur kayak gue." Arlin berkata sambil menghisap rokok di tangannya.

Arlin boleh merasa bangga karena dirinya adalah seorang primadona, bagi Rumah Setan, sekte yang mendukungnya. Germonya juga sangat bangga dengannya, Madam Hagen tidak segan-segan memberikan uang untuk berdadan rapi, menarik perhatian laki-laki. Arlin merasa diriawat di sana, dianggap, dimanusiakan. Ia jadi teringat beberapa tahun lalu, ketika ia sedang masa-masa SMA, sedang cantik-cantiknya, sang ayah malah menggodanya. Di satu sisi ia sakit di satu sisi ia senang. Ia sakit karena ayahnya malah mencumbuinya, menurutnya, itu menjijikan, sementara ia senang karena mendapat ilmu pelet langsung dari sang ayah.

Ayah Arlin seorang paranormal terkenal, ia menawarkan Arlin sebuah kekuatan. memang dari dulu Arlin ingin meminta ilmu ayahnya namun sang ayajh tidak memberinya. entah mengapa, hingga suatu ketika ia diajak ke ruang ritual dan terjadilah percumbuan itu. Arlin mengikuti perintah ayahnya, rupanya Arlin merasakan kenikmatan ketika ilmu pelet masuk ke dalam tubuhnya.

Malangnya, ketika sedang melakukan percumbuan tersebut, ibunda Arlin datang membuka ruang praktik suaminya dan di sana ia melihat anak dan suaminya tidak memakai sehelai benang pun, ibunya Arlin sangat marah dan memaki-maki mereka berdua.Arlin yang malu langsung mengambil pisau lalu memukul wajah ibunya. Tidak sampai di sana, ia juga menusuk tubuh ibunya menggunakan sebilah pisau tajam yang ada di tangannnya.

Arlin ketika itu tersenyum puas, ia katakan kepada ayahnya, tidak ada yang mengganggu mereka. Mereka pun bercumbu kembali. Semakin lama mereka bercumbu, ilmu ayahnya masuk ke dalam dirinya, hingga ilmunya habis terserap. Arlin mengambil pisau kembali lalu menggorok leher ayahnya. Ayahnya terbatuk-batuk karena tusukan pisau yang sangat tajam telah menusuk ke lehernya. Darah mengalir deras dan tidak berhenti.

Arlin kembali dari dalam lamunan, seorang remaja datang memakai jaket, rambutnya terpotong rapi. tampaknya ia adalah anak yang gaul. Arlin tersenyum meremehkan. "Siapa nama lo?" tanya Arlin.

"Nama gue Angkasa," jawab remaja itu.

"Ooh, gitu ya, ngapain ke sini. Lo bocah kan?"

"Hahaha! Gue emang bocah tetapi gue kuat, tenaga gue kuda!"

"Sotoy banget lo! udah masuk dulu."

Arlin mengedipkan mata kepada Angkasa, merema masuk ke dalam sebuah ruangan. Angkasa melihat di ruangan itu banyak sekali benda-benda antik dan beberap apatung yang terlihat sangat menyeramkan batgi orang awam. Ada patung kambing yangh diletakkan di sudut. kamar. "Angkasa gue minta lo buka semua pakaian lo dan peluk patung itu sekeras mungkin." Arlin menunjuk kepada patung kambing yang bertanduk.

Angkasa bingung namun menurutinya, ia membuka seluruh pakaiannya lalu memeluk patung kambing. Arlin tampak senang menjahili pelanggannya. "Terus gue harus ngapain sama patung kambing ini?"

"Bilang Sayang."

"Sayang, sayang"

"Nah, bagus."

"Terus?"

"Udah-udah, gue kasihan sama lo. Lo malam ini mau nyewa gue kan? Nggak mungkin gue tega jahil sama lo. Aduh kasihan. Lo pasti anak mami ya?"

"Nggak. Gue bukan anak mami."

"Arlin mendekati Angkasa. Ia memeluk Angkasa. ia nikmati otot-otot yang keras. "Kamu keras juga ya." Arlin berbisik lalu mendesis di telinga Angkasa. Arlin lalu mendorong Angkasa ke tempat tidur. Arlin melepas pakaiannya, lalu ia dan Angkasa menyatukan diri mereka. Di bawah sinar lampu, dilihat patung kambing, keduanya berkeringat. "Sembah setan Sayang, jadilah pemujaku." Arlin memberi perintah kepada Angkasa.

Angkasa menyebut nama Arlin lalu membiarkan energi setan masuk ke dalam dirinya, sementara si pemberi perintah menikmati percumbuan mereka. Rasa nikmat keduanya terasa sangat panjang, sebuah sensasi mereka rasakan. Arlin merasa tenaga Angkasa benar-benar tenaga yang belum ada tandingannya dari laki-laki yang telah menyewanya di manapun mereka berada.

Ada sebuah gelas lalu ia minumkan gelas itu kepada Angkasa yang sudah mabuk kepayang menikmati percumbuan ia dengan Arlin. Isi gelas itu adalah cairan telur yang mengandung pasak bumi. Pasak bumi adalah sebuah ramuan yang membangkitkan gairah agar semakin kuat. Selesai mereka bercumbu, Angkasa mulai tersadar. "Enak banget Lin?"

""Kasih gue nilai. Berapa?"

"Sepuluh Lin."

"Lin, mau ya, jadi pacar gue?"

"Hahahaha! Gimana ya? Heem. Gue kira lo bukan anak yang culun, permainan lo bagus Gue terima. Gue mau jadi pacar lo."

Angkasa tersenyum, ia memeluk Arlin. Arlin tersenyum sangat licik di balik pelukan Angkasa. Beberapa menit kemudian Angkasa pamit pulang. Arlin mengantarnya sampai puntu. "Huuuh dasar bocil." Arlin mengeluh ketika Angkasa sudah pergi. "Mana ada, pacar gue yang abadi. Semua cowok yang sama gue itu gue pacari barengan. Dia nggak tahu pacar gue banyak.

***

Sementara itu di rumahnya, Angkasa tidak bisa fokus belajar, ia terbayang-bayang dengan Arlin. Arlin benar-benar memesonanya. Angkasa sedikit galau, kalau sampai Rini tahu bagaimana dirinya berpacaran dengan Arlin, pasti Rini marah. Rini, kekasihnya itu cemburuan kalau ia sedang dekat perempuan lain. Rini memang gadis feminim namun ia bisa ngambek dan tidak suka kalau Angkasa dekat-dekat dengan perempuan lain.

"Rini, maaf aku selingkuh dari kamu. Aku cinta sama kamu, tapi bagaimana, aku butuh pacar yang lain. Aku sudah bosan denganmu.

Ketika mengingat Rini, Angkasa merinding, kepalanya kesakitan, ia malah mengingat Arlin kembali. "Ingat aku Sayang," sebuah suara terdengar di telinganya. Ia terbayang wajah Arlin yang cantik. Desisan di telinganya membuat ia makin lama makin mengingat Arlin terlus. "Aku tidak bisa tidur kalau aku kebayang kamu terus." ucapnya sendiri.

Angkasa pun tidur, seakan semesta tidak membiarkan dirinya melupakan Arlin. Ia membayangkan guling yang ada di dalam pelukannya adalah Arlin. Ketika sedang memeluk guling, tiba-tiba guling tersebut mendesis lalu berubah menjadi ular yang menari-nari. Angkasa melihat mata ular itu. Di mata Angkasa yang ia lihat bukan ular namun Arlin. Angkasa menciumi Arlin yang tertawa-tawa. Arlin tampak memakai lingerie yang terbuat dari kulit ular. Arlin tampak sangat memesona, Angkasa langsung tidur di atas tubuh Arlin. Angkasa memegang kedua payudara Arlin yang tertutupi lingerie berkulit ular sementara kedua tangan Arlin meliuk-liuk seperti ular. Bila orang awam yang melihat adegan itu, ia melihat Angkasa sedang memeluk guling, namun di mata Angkasa tidak seperti itu. Ia sedang memeluk Arlin yang sedang meliuk-liuk. Arlin sesekali mendesis senang.

***

"Mampus, gue gangguin terus lo." Arlin berkata diiringi dengan tawa. Ia sedang melakukan ritual ilusi. Ia mengirimkan pecahan sebuah energi untuk mencumbu Angkasa. Angkasa ternyata benar-benar terpikat dengan dirinya. Entah mengapa ada rasa yang berbeda ketika ia mempermainkan Angkasa. Bermain-bermain dengan ilmu gaibnya. Ia bisa melihat kesungguhan Angkasa untuk membahafiakan dirinya. Ia rela mencumbui sebuah ilusi dirinya. Biasanya laki-laki lain takut melihat ular, namun tidak dengan Angkasa, ia malah mencumbui Arlin yang berbentuk ilusi.

"Lo emang cocok jadi pacar gue. Gue bakal narik lo ke dalam sekte ini."

Arlin mulai melakukan sihir ilusi lagi, ia membaca beberapa mantra. Sebuah suara terdengar, itu adalah suara Mysterious God atau wujud yang memberikan Arlin kekuatan untuk berubah menjadui ular. Mysterious God berdiri di hadapannya. Jubah hitamnya terlihat sangat kelam. Arlin sujud kepada sosok itu, menyembah dirinya dan patuh kepadanya. "Bagus anakku kamu sudah melakukan sesuatu yang dahsyat! ajak semua pelangganku untuk menyembahku!" 

Pelet SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang