BAB 3: RACUN

130 0 0
                                    



Suara tawa terdengar jelas di bibir Angkasa. Ia sudah mendapat benda yang ia inginkan. Serbuk itu benar-benar memanjakannya.

Serbuk itu adalah sumber kenikmatan yang tidak pernah ia bayangkan. Akhirnya ia dapatkan lagi. Angkasa memang sudah mengincar barang jenis itu. Mungkin dirinya tidak bisa membeli barang itu bila ia miskin.

Untung dirinya kaya, namun ia kadang merasa bingung mengapa kakaknya mau menjadi simpanan oom-oom padahal dirinya sudah diwariskan juga kekayaan. Sungguh Angkasa bingung dengan cara berpikir Brittany.

Ketika Angkasa sedang berpesta-pora sendirian, mendadak ada suara ketukan pintu di rumahnya, seseorang yang mengejutkannya datang. Itu adalah Rini.

Ia bukakan pintu, malam-malam begini mengapa Rini datang. "Sayang, aku kangeen!" ucap Rini.

Rini tampak seperti bahagia, ia melihat Rini seperti bocah. Seakan-akan ingin menaklukan dirinya yang bad boy. Angkasa sedang tidak berminat dipeluk Rin, yang ia inginkan adalah Arlin di sisinya.

"Kamu lagi apa? Kok bajunya agak kebuka gitu? Kamu bau apa sih?!" tanya Rini.

"Nggak kok, lagi nggak ngapa-ngapain."

"Ih, kamu pakai obat ya? Kok bau-bau begini?" tanya Rini lagi.

"Aduh Rini, kamu tuh kebanyakan nanya, kenapa sih? Malam-malam bertamu terus kamu pakai nuduh-nuduh aku segala seperti ini."

Angkasa mengambil sepountung rokok dari bungkus lalu ia nyalakan rokok, ia hembuskan rokok ke wajah Rini.

"Ah, Angkasa, aku nggak suka kamu ngerokok!" Rini mulai ngambek.

Wajah Rini membuat Angkasa muak, ia memukul wajah Rini. Angkasa meninju wajah Rini hingga Rini terjatuh. "Eh goblok! Gue mau ngerokok kek! Mau narkoba kek! Itu urusannya gue sendiri! Lo jangan sekali-kali ikut campur urusan gue! Ngerti lo! Anjing juga lo!" teriak Angkasa.

Rini berteriak, wajahnya lebam, luka-luka. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh laki-laki namun ia yakin Angkasa bisa berubah. Angkasa tidak sungguh-sungguh, ia hanya kecewa dengan dirinya yang kebanyakan nanya.

"Lo tahu nggak, masih untung ada orang yang mau jadiin lo pacar! Gue itu jadiin lo tuh pacar karena biar lo keren! Lo nggak norak! Lepas kacamata lo! Lepas!" perintah Angkasa.

Perintah Angkasa sungguh mengejutkan Rini. Perlakuan Angkasa belum sampai di titik ini. Angkasa mencium lalu melumati bibir Rini. "Ini biar lo keren!"

"Angkasa! Nggak baik begitu! Aku nggak mau ciuman! Aku nggak mau!"

"Kamu harus mau! Kamu milik aku!" bentak Angkasa keras.

***

Di rumah, Arlin sedang menyelesaikan ritualnya, baru saja ia selesai menerawang kegaduhan di rumah Angkasa. Arlin tersenyum. Beberapa hari lalu ia sempat menyamar menjadi Rini, sekali-kali. Arlin adalah perempuan yang beruntung karena menari bersama Angkasa di kelasa tanpa sepengetahuan seisi kelas. Melihat Angkasa yang memukuli Rini yang asli membuat ia tambah gembira, ia akan memberikan kejutan agar ia tambah senang dan Angkasa terkejut nantinya.

***

Martin sedang melamun, ia membayangkan Brittany yang sangat cantik, ketika sedang belajar di ruang tamu, ia tidak konsentrasi karena membayangkan kakak temannya itu. Mendadak sebuah suara datang. Ketukan yang sangat keras. Martin bingung, orangtuanya sedang ke acara pernikahan. Martin lalu membuka pintu. Wajahnya tampak malu-malu, Brittany ada di rumahnya, bertamu malam-malam.

"Eh Kakak, ada apa ke sini?"

"Mau ketemu kamu, Sayang. Dengar-dengar kamu mau ketemu aku ya?" tanya Brittany dengan senyuman sensual.

Pelet SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang