(01) who's he?

171 27 4
                                    

Masih menjadi misteri mengapa matahari di Jum'at siang terasa lebih terik dibandingkan hari lain. Waktu menunjukkan pukul satu dan ruangan itu terasa berkali lipat lebih panas, empat pendingin ruangan seperti hanya pajangan saja.

"Jadi gimana menurut masing-masing perwakilan HIMA yang hadir?"

Satu pemuda mengangkat tangan.

"Baik, silahkan Jiandaru dari Teknik Sipil."

Jisung, pemuda berkemeja abu-abu yang kini berdiri dari kursi yang tadi ia duduki. Tampak percaya diri dan siap melontarkan pendapatnya di depan perwakilan himpunan mahasiswa yang ikut rapat bersama Badan Eksekutif Mahasiswa.

"Kalau dari saya sih setuju sama usulan BEM. Dari HIMA secara kolektif nyerahin uang donasi, habis itu penyalurannya ke panti asuhan yang udah jadi target."

"Saya mau usul dong."

Pemuda dengan hoodie hitam mengangkat tangan dan langsung dipersilahkan oleh moderator.

"Kenapa uang donasi gak dialokasikan ke warga di daerah yang kurang mampu? Di saat kayak gini donatur pasti berlomba-lomba buat menyalurkan uang donasi ke panti asuhan, jadi saya rasa kurang efisien aja gitu."

"Interupsi!" Jisung dengan cepat mengangkat tangannya lagi.

"Silahkan," tutur moderator dari pihak BEM yang tadinya masih membantu sekretaris untuk menyempurnakan notulensi.

"Gini loh, mas. BEM punya usulan mengenai target donasi pastinya udah survey dulu, lagian kalau mau donasi untuk warga juga bingung sasaran kita mau kemana? Masalah ekonomi saya rasa bingung juga ngadepinnya, kalau mau mikirin warga juga udah ada pemerintah yang secara merata ngurusin soal bantuan langsung tunai."

"Waduh... Kayaknya di daerah lo warganya menengah ke atas, gak paham soal dapet BLT gituan tapi bilang bantuan dari pemerintah udah didapetin warga secara merata. Kita kalau lingkup obrolannya masih di daerah Jakarta juga ibaratnya Jakarta tuh ga sesempit itu, mas. Lo kurang survey kali," sangkal pemuda tinggi ber-hoodie hitam tadi.

Bukan hanya karena matahari siang itu, tetapi suasana di dalam ruangan memanas kala dua kubu masih bersitegang dan raut sinis.

Jisung malas berdebat, jujur saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung malas berdebat, jujur saja. Ekor matanya melihat ke arah pemuda yang baru saja hendak duduk kembali di kursinya. Suara decihan terdengar dari Jisung yang duduknya lumayan jauh dari pemuda yang sejak tadi jadi lawan debatnya. Jisung dapat melihat tatapan pemuda itu dari jauh. Huh, angkuh sekali, begitu pikir Jisung.

Yunho, dengan badge yang terpasang di lengan kiri jas almamaternya menandakan ia merupakan pemegang jabatan. Mahasiswa Ilmu Politik yang menjabat posisi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa itu berdiri.

"Sebelumnya perkenankan saya untuk berbicara. Pertama-tama saya berterima kasih pada pihak-pihak yang telah hadir sebagai perwakilan HIMA dalam rapat kali ini. Beberapa usulan sudah kami catat dan kami tampung, notulensi akan dibagikan satu jam setelah rapat ini selesai."

FREAKING SPECIAL [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang