"Bagaimana cara bunda ngasih tau?"

26 3 0
                                    

"Adimas kan udah sembuh, sekarang adimas mau apa? Nanti bunda kasih" ucap sang bunda Adimas pada putranya yang masih berbaring di atas ranjang.

Dia masih harus istirahat total, sebelum minggu depan diperbolehkan pulang.

"Adim pengen liat Rani, bun. Boleh ya? Udah seminggu sejak operasi aku belum ga boleh kemana mana" pinta Adimas dengan nada memelas. Tak dapat dipungkiri kalau dia merindukan sosok Rani, dia merindukan senyum manis gadis itu. Pasti Rani senang melihat dirinya sudah sembuh seperti manusia normal.

"Adim, jangan dulu ya?" Balas bunda membuat senyum Adimas pudar.

"Kenapa bunda? Adim udah sehat" tanya Adim kecewa.

"Nanti dulu, tunggu sebentar lagi ya nak? Nanti kamu bisa melihat Rani kok" bunda mengelus surai Adimas, membuat laki laki itu hanya dapat mendengus pasrah.

"Iya deh, apa kata bunda aja" bunda pun tersenyum, namun di balik senyum itu tersimpan sebuah kesedihan. Mengingat putranya tak akan lagi dapat melihat sosok gadis pujaannya lagi untuk selamanya.

"Rani sudah di pangkuan tuhan, Adim. Bagaimana cara bunda ngasih tau?"

.

.

.

.

Di sisi lain, ibu Rani terlihat masih sangat terpukul dengan kematian anak sulungnya yang benar benar dia jaga layaknya anak kandungnya sendiri. Rani mungkin bukan anak kandung nya, tapi dia benar benar menyayangi Rani seperti dia menyayangi Ivan dan Riva yang merupakan anak kandungnya sendiri.

Ibu tiri tak selalu jahat, buktinya ibu Rani mampu menjadi ibu yang baik dan mau mencurahkan kasih sayangnya untuk Rani yang bukan anak kandungnya.

"Ibu, ngga mau makan dulu? Ibu udah disini dari pagi, sekarang udah sore" ujar Ivan pelan.

Karena sejak terbangun, ibu hanya duduk termenung didekat jendela menghadap ke luar dengan pandangan kosong.

Lagi lagi tak ada respon, Ivan menghela nafas. Lalu dia mengecup sayang kening ibunya dan meninggalkannya menuju ruang makan untuk mengambilkan makanan. Ibunya bisa sakit bila terus seperti itu.

"Sejak kak Rani ngga ada, ibu selalu gitu" ucap Riva pelan, makan malam terasa berbeda dengan hawa aneh ini.

"Ibu masih terpukul, Riv. Biarin dulu, nanti kalau ibu sudah mulai ikhlas, perlahan ibu bakal balik kayak dulu" ucap Ivan.

Riva tidak membalas lagi, dia hanya memakan makanannya dalam diam tanpa melawan.

"Adimas udah tau belum soal kak Rani?" Tanya Riva kemudian.

"Belum, kami takut kalo dia terpukul kaya ibu setelah tau kak Rani udah gaada. Apalagi dia baru aja sembuh dari penyakit nya"

"Ga adil ya, Van? Adimas bisa sembuh kok kak Rani engga"

"Semuanya sudah diatur tuhan, Riva" balas Ivan sembari menyiapkan nasi serta lauk untuk dirinya sendiri. "Dan biasain buat panggil kak Adimas 'kak', dia lebih tua dari kamu"

"Hm" Riva hanya berdeham lalu melanjutkan makan.

Forever [SOOJIN X HEESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang