PROLOG

115 7 26
                                    

"You think this story's gonna have a happy ending?"

"Well, happy endings are just stories that haven't finished yet."

*****

Madrid, Spanyol

Opium, adalah sebuah nightclub ternama yang terletak di pusat kota Madrid. Seperti hari-hari weekend biasanya, malam ini pun tempat tersebut tampak ramai oleh pengunjung yang sebagian besar merupakan pelajar sekolah menengah atas, mahasiswa perguruan tinggi, dan tentu saja segelintir muda mudi lainnya dari berbagai macam latar belakang dan golongan. Liburan musim panas sekaligus kenaikan tingkat bagi sebagian besar pelajar dan mahasiswa di kota Madrid khususnya, tentulah tidak akan disia-siakan oleh kaum muda di kota ini untuk sekedar bersantai, berkumpul, bahkan bersenang-senang bersama teman dan pasangan masing-masing, seperti saat ini.

Tidak hanya bar and lounge yang disediakan bagi pengunjung yang hendak minum-minum dan berdansa, di klub malam yang terdiri dari 6 lantai ini juga menyediakan banyak ruangan khusus untuk para tamu VIP yang letaknya berada di lantai 5.
Tidak berbeda jauh dari hari-hari biasanya, salah satu ruangan VIP itu sudah terisi oleh sekelompok anak-anak muda yang bisa dikatakan adalah pelanggan setia Opium. Karena hampir di setiap weekend, anak-anak muda ini selalu menyempatkan waktunya untuk membuang penat dan juga membuang uang mereka di tempat ini.
Mereka adalah sekelompok pelajar dari sekolah internasional ternama dan juga terbaik di Spanyol.
Las Encinas, adalah sekolah internasional atau biasa disebut bilingual (Spanish/English) international secondary school yang mayoritas muridnya merupakan anak-anak dari keluarga konglomerat, pejabat kelas atas, dan upper-class families lainnya.

"Shit!" suara makian seorang pria terdengar di tengah kencangnya alunan musik deep house dalam ruangan itu. Pria itu berkali-kali mengeluarkan kata-kata umpatan yang diakhiri dengan melempar ponselnya ke lantai marmer dan spontan mengagetkan beberapa di antara mereka yang masih tampak sadar dan terjaga dari pengaruh alkohol and also some kind of drugs yang mereka nikmati.

"Guzmán! Hei.. Easy, dude. What's wrong with you?" ucap Omar menenangkan sambil berjalan mendekati Guzmán, tidak lupa memungut ponsel pria itu yang sudah tergeletak mengenaskan di atas lantai.

"Nadia? Kalian bertengkar lagi?" lanjut Omar bertanya karena tidak sengaja melihat nama "Nadia", adik perempuannya, dalam daftar panggilan keluar pada layar ponsel milik Guzmán, kekasih Nadia.

Guzmán tidak menjawab sedikitpun dan masih menatap kesal ponselnya yang masih digenggam oleh Omar, lalu memejamkan kedua matanya, mengusap kasar wajahnya, dan mendudukan dirinya ke sofa untuk mengatur nafasnya.

Melihat betapa kacau sahabat sekaligus kekasih dari adiknya itu, Omar memilih untuk ikut duduk di sebelah pria itu dan menepuk-nepuk pelan punggung kekar tersebut untuk menenangkan.

Walau secara gamblang Omar sudah tau apa yang menyebabkan sepasang kekasih itu bertengkar, karena ini merupakan hal yang sering mereka lihat selama 2 bulan belakangan.
Ya, semenjak Nadia memutuskan untuk melanjutkan studi kuliahnya di New York, hubungan dua sejoli itu memang sering 'dibumbui' oleh keributan-keributan kecil akibat perbedaan jarak dan waktu yang memisahkan mereka.

Tentu saja, Omar dan teman-teman lainnya sudah sering menengahi dan mencoba memberi pengertian, namun tetap saja memang tidak mudah menjalin hubungan jarak jauh, bukan? Bahkan mereka yang memberi nasihatpun belum tentu sanggup menjalaninya.

"Give her space for a while, Guzmán. Bukan hanya untuk Nadia, but for yourself too." Rebeka memutuskan untuk menyusul kedua sahabatnya itu, dan duduk di sisi lainnya sehingga Guzmán kini diapit kanan dan kiri oleh Omar dan Rebeka, keduanya memiliki niat baik yang sama, they just want to clear the air.

Guzmán menatap bergantian kedua sahabatnya itu lalu mengangguk kecil dan tersenyum miris. Memang benar, yang dirinya dan Nadia butuhkan adalah waktu sendiri, untuk berpikir dengan kepala dingin, tentunya untuk masa depan hubungan mereka yang entah akan seperti apa setelah ini.

Guzmán meraih ponselnya yang sudah diletakkan di atas meja di hadapan sofa panjang yang mereka duduki. Jarinya terlihat mengetik layar ponsel tersebut, tidak tampak keraguan namun tidak juga terburu-buru, tampak sangat tenang. Pergerakan jarinya terhenti, lalu ia menekan tombol power yang terletak di sisi kanan atas ponsel tersebut dan kembali meletakkan ponsel itu jauh dari hadapannya.

"Pesan semua yang kalian inginkan. Aku yang akan membayar semuanya malam ini!" seru Guzmán kepada seluruh sahabatnya di ruangan itu, dan tentunya disambut sorakan kegembiraan dari semuanya.

To : Nadia

We need a break from all of this shitty things. It's not your fault, and it's not mine. But it's time for us to go on :)
read 23.50

*****

"Some things need a little time and space to evolve into what they are going to be for you. Don't force it. Just let it flow.."

"And whatever happens next.. Happens next."

Guzmán Nunier Osuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guzmán Nunier Osuna

Rebeka Parrilla "Rebe"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rebeka Parrilla "Rebe"

Rebeka Parrilla "Rebe"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Omar Shanaa

LAS ENCINASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang