1. Untung Apa, Jun?

69 22 7
                                    

Haula Latifatun Nadrina, atau gadis dengan rambut sebahu yang kerap disapa Haula itu memang cukup terkenal. Walau sebenarnya dirinya agak takut. Pasalnya Haula bukan tipe mahasiswa kura-kura, yang habis kuliah langsung rapat. Teman pun juga cuma satu.

UKM? Komunitas? Ikut sih. Tapi Haula gak kenal banyak. Ntah deh dari mana makanya para fans Haula tau akan eksistensi dirinya. Setiap kali gadis itu berjalan di lorong gedung fakultas, atau sekadar berjalan sore sehabis kelas, selalu ada minimal satu mahasiswa atau mahasiswi baik dari tingkat bawah atau tingkat yang sama yang memanggil dirinya.

Jujur agak ngeri. Apalagi setelah kejadian kemarin. Haula masih ingat jelas bagaimana wajah lelaki itu yang terlihat sedikit mesum. Arghh seram!

Biasanya Haula tidak ambil pusing jika ada penggemar yang memanggil atau menatap dirinya secara terang-terangan. Tapi yang di cafe itu benar-benar mengacaukan pikirannya. Bahkan ia sampai tidak fokus untuk merapihkan laporan praktikumnya di laboratorium uji saat ini.

"Genit banget, najis, sebel!" gerutu Haula.

"Siapa, La?" Tiba-tiba sebuah suara menyahut. Suara dari gadis yang diketahui sahabat dekat Haula. Sangat dekat sampai mereka mendapat julukan pribahasa, di mana ada Haula di situ ada Lilis. Ya, Lilis Elvia Tarina, sahabat karib sekaligus seperjuangan Haula. Sudah kenal dari satu regu MOS fakultas. Dan ditakdirkan untuk satu kelas.

"La?" Tidak ada jawaban dari Haula, Lilis yang sudah mengambil lapak di kursi samping Haula kembali bersuara, "Siapa?"

"Ada, orang," Haula mencebikkan bibirnya, "Lu bayangin, lu diliatin sama orang yang gak kenal. Cowok pula, dengan muka agak mesumnya. Kan kek... Arghhh apa banget sih tu cowok?"

Lilis mengerutkan dahinya bingung, "Anak mana? Kampus kita?"

"Gak tau deh, kayaknya sih. Soalnya ada temennya yang mukanya tu gak asing. Tapi gua bingung pernah liat di mana gitu," jelasnya berusaha mengingat tapi tetap saja tidak dapat jawaban.

Lilis kini ikut mengeluarkan laporannya. Bersiap untuk ikut menambahkan beberapa baris pembahasan di kertas laporannya, "Ya . . . Fans baru lu kali. Mungkin dia cuma pengen kenalan."

"Dih ogah. Tampangnya aja udah mesum. Kalo temenan yang ada nanti malah freak."

"Yaudah dilupain aja. Sama doa deh semoga gak ketemu tu orang lagi!" Lilis menyarankan.

"Aamiin!"

"Btw, La. Nanti anterin gua ketemuan sama Bima ya di gedung teknik sebelum matkul farmakologi hehe."

Bima, pacar Lilis. Sudah jalan satu tahun. LDR, kenal di online. Tapi waktu belum offline, sering ketemuan dan lunch atau dinner bareng. Dan Haula menjadi saksi atas kebucinan mereka berdua.

"Ogah," gumam Haula terang-terangan. Yah tapi tetap saja, walau berkata seperti itu, Haula pasti dengan sukarela menemani. Walau jujur aja, rasanya Haula ingin menggulung nih alam semesta kalau liat Bima sama Lilis pacaran.

[]

"ARGHHHHH!"

Lelaki paling tinggi yang duduk di paling ujung kursi itu spontan meringis sebelum akhirnya mengusap terlinganya, "Buset deh. Kenapa sih, Gam?"

Bergantian dengan Arjuna yang sudah ikut melirik sinis, menunggu jawaban Agam. Kesal, dikit. Bagaimana tidak? Arjuna persis di sampingnya, dan tanpa aba-aba Agam teriak dengan kerasnya. Melengking banget lagi suaranya.

"Kesel anjir, codingan gue dari tadi syntax eror terus woooi!" keluh Agam.

"Ya lu pikir dengan lu ngagetin kita berdua, itu titik koma bisa auto ngoreksi gitu?" sahut Bayu tak kalah sewot.

"Ya kan seengganya gua udah meluapkan emosi terpendam!"

"Ck," Arjuna kini turun tangan. Memang dua temannya itu suka sekali cosplay jadi Tom and Jerry. Akhirnya dengan senang hati—agak terpaksa walau ikhlas—ia melongokkan pandangannya ke layar laptop Agam, menawarkan bantuan, "Apa, sih? Di mananya yang eror coba?"

"Itu loh, masa ya gua apus tanda kurung eror, gua tambahin juga no respon. Aneh jir, haduh gue pusing banget!" jelas Agam sambil sedikit menggeser laptopnya pada Arjuna agar temannya itu bisa dengan leluasa melihat hasil kodingannya.

Dengan teliti Arjuna membaca setiap kodingan. Awalnya respon yang ia berikan sebatas mengangguk, sampai akhirnya keningnya berkerut. Alisnya ikut tertaut. Ia menemukan hal yang aneh, "Ini mah emang bukan no respon anjiiiiiir! Lu buat kodingnya ya emang buat delay."

Agam yang mendengar itu ikut heran. Perasaan tidak begitu, pikirnya, "Hah masa sih?"

"Coba nih lu liat, lu ini bikin koding yang buat delay," unjuk Arjuna yang masih menahan untuk sabar.

"Lah ngapa tiba-tiba ada delay we di situ?" Entah siapa yang salah, ku tak tau . . .

Arjuna memijit keningnya pelan, sumpah capek punya temen pikunan, "Keisi sendiri kali pas lu nyeruput es teh lu!"

"Iya kali ya?"

"Gila!" sahut Bayu yang dari tadi menjadi pengamat, masih sibuk dengan proyek kodingnya sendiri.

"Yeee udah lu gak usah ikut campur, Jang—JUN JUN! CEWEK LU!"

Bisa gak sih Agam gak usah cari masalah? Arjuna capek, ya Allah.

"JUN SUMPAH CEWEK LUUSGSGSH" Dengan cekatan Arjuna langsung menyekap mulut Agam. Untung keadaan kantin gedung fakultas teknik tidak terlalu ramai. Tapi target ternyata sudah menoleh. Menatap Arjuna dengan tatapan yang pertama kali ia berikan.

Iya, gadis yang ia temui di cafe, secara takdir, mereka dipertemukan kembali.

Arjuna yang masih linglung harus merespon gimana hanya ber-hehe ria.

Lain hal dengan sang gadis yang kini sudah berdecak kesal, "Lu yang mesum waktu di cafe itu kan?!"

Arjuna membulatkan matanya. Astaghfirullah, gak gitu. "Kagak we! Sembarangan! Mesum apanya?!" respon Arjuna tidak terima.

"Ya muka lu lah! Dikata gak risih apa diliatin terus? Najis, anak teknik ya ternyata!" Alih-alih membantu Arjuna, dua temannya itu malah tertawa keras melihat si gadis dengan terang-terangan marahin Arjuna. Pertarungan yang seru untuk dijadikan tontonan gratis.

"Y-ya... Ya... Tapi intinya gua gak mesum jir!" Arjuna masih mau mempertahankan harga dirinya. Walau Arjuna akui, ngomong sama gadis itu bikin Arjuna hampir kehilangan akal sehatnya. Dahsyat banget efeknya, padahal cuma natap matanya.

Gadis itu terlihat ingin menimpali lagi, namun dari arah lain, temannya sudah menghampiri, "La, udah. Yuk—Eh? Lagi berantem tah?"

Merasa tidak ada jawaban, karena dua insan itu saling melempar tatapan maut, gadis dengan poni cetarnya itu kembali mencari perhatian, "La, La, Haula!"

"ISH!" Haula berdesis kesal, "Cowok gak jelas!" Tanpa memperdulikan temannya, gadis itu udah angkat kaki. Sebal. Yang mau tak mau temannya itu harus mengerjarnya.

"Yeeee lu juga—" balas Arjuna dengan sedikit teriak, "Ngeselin!"

"—untung cantik..." sambungnya beberapa detik kemudian dengan suara lemah.

"Untung apa Jun?" Baru kali ini Bayu mulai bersuara kembali, diiringi dari tawa Agam yang sudah pecah.

"Cantik," jawab Arjuna jujur. Helaan napas kini terdengar, "Heran tuh cewek, coba kalem dikit. Gua suka beneran dah!"

"Jangan gitu-" timpal Agam, "—nanti jodoh!"

"Aamiin," sahut Arjuna asal.

"HE?"

[]

Lalu Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang