HSP 01

1 1 0
                                    

Vote!!!

Comment!!!
SPAM KOMEN✨ BUAT AYDAN!!!
MANA NIH PARA PEMBUCIN AYDAN??

Menurut kalian visual Mettasha cocok gak sih?Atau aku perlu ganti?
-

Kepergian Mettha

Tidak ada yang takut mengutarakan rasa semua orang hanya takut pada jawabannya.

Aydan Elvareliano Dzafian
°
°
°

Cuaca pagi terasa dingin hari ini. Tapi tidak masalah karena sudah menjadi takdir Allah. Saat ini aku sedang mengemasi barang-barang keperluan ku untuk pindah sekolah dan pindah rumah bersama bundaku. Hari ini adalah hari terakhir untuk tinggal di rumah ini. Ayah ku sedang menunggu di bawah untuk mengantarkan ku ke sekolah baru.

Ah iya aku lupa. Aku belum memperkenalkan, Hay Aku Mettasha Elvaretta Dzafina. Kalian bisa memanggilku Metta atau Tasha. Penyuka bintang karena indah.

Selama ini aku belum bisa menjadi anak terbaik di keluarga ku, aku hanya bisa membebani kedua orang tua ku. Aku hanya bisa memendam perasaanku sendiri dan tidak berani mengatakannya.

"Apa sudah selesai mengemasi barang-barang nya Metta."

Suara Ayah membuat ku tersadar dari lamunanku sejak tadi. Karena itu pun aku menyudahi mengemasi barang-barang tersebut.

"Iya yah,sebentar lagi Metta turun."

Aku lalu turun ke bawah dan membawa beberapa koper. Oh iya, mengapa ayah ku memindahkan aku ke sekolah baru? Ya karena demi kebaikan putrinya.

Ngomong-ngomong soal Ayah, Beliau memindahkan ku karena aku memiliki saudara kembar yang bernama Aydan. Aku dipisahkan agar tidak terjadi kekacauan setelah beberapa bulan yang lalu. Ya memang Abang Aydan juga tidak rela dengan kepergian ku. Tapi ini sudah keputusan ayah dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.

Tentu saja jika bunda bisa membela ku, justru bunda yang terus meminta ku untuk menerima ajakan ayah.

Dulu aku memiliki hubungan yang istimewa di keluarga. Hanya karena beberapa bulan yang lalu ada masalah. Dan satu lagi, Ayah ku tipikal seorang pria yang mudah kecewa sehingga dengan kejadian tersebut, Ayah tidak akan percaya lagi dengan diriku.

Kalau sudah seperti itu aku bisa apa? Tapi tidak masalah. Sebagai anak aku harus berbakti kepada kedua orang tuaku.

Suara deringan ponsel milik ayahku terdengar. Aku melihat ayah yang kini menerima panggilan tersebut.

"Halo Assalamualaikum, Bapak Elvan."

Aku mendengar suara laki-laki yang memang terdengar nyaring meskipun hanya samar-samar saja. Aku hanya mengindahkan bahu tidak peduli dan memilih melanjutkan membawa koper untuk di letakan di bagasi mobil.

"Metta sudah siapkan ayah harus segera mendaftarkan mu ke sekolahan baru mu."

Aku mengerutkan dahi. "Ayah, aku belum pamitan sama Abang."

Bunda berjalan ke arahku kemudian memeluk ku. "Ya mungkin Abang belum bangun, tapi nanti bunda akan sampaikan kalau putri bunda yang cantik ini sudah pergi."

Aku pun mulai mengeluh karena harus pergi tanpa berpamitan kepada Abang. "yah aku pamitan ke Abang_"

Dan aku tidak melanjutkan kata-kata keluhan ku saat bunda memegang bibirku.

"Bunda tahu ini berat. Belajar ikhals dalam hal apa pun. Abang pasti bisa mengerti."

Aku menundukkan wajahku dengan di penuhi air mata. Ah satu lagi yang harus kalian tahu kekuranganku. Aku mudah mengeluh dan menangis. Tapi aku berusaha untuk tidak melakukannya.

Abang pun datang dan memelukku untuk terakhir kalinya. "Abang bakal kangen sama Tasha yang cantik ini. " Sampai-sampai Abang ku mengusap air mata yang membasahi pipiku.

"Asal kamu tahu Tasha, Tidak ada yang takut mengutarakan rasa semua orang hanya takut pada jawabannya."

Aku tersenyum. Sungguh aku begitu bangga memiliki Abang yang begitu menyayangi ku. "Maafkan Abang."

"Baiklah kalau begitu. Sekarang mari kita berangkat."

Akupun mengangguk dan tak lupa bersalaman dengan bunda dan Abang kemudian segera masuk mobil.

Aku melangkah kedua kakiku menuju rumah baru sambil menenteng koper yang berisi pakaian. Kebetualan jarak dari rumah dan sekolah ku tidak terlalu jauh mengingat posisinya saat ini bertepatan di tengah kota Bandung.

Dari jarak beberapa meter, aku melihat beberapa gedung sekolah. Dengan melihat hal itu membuat hati ku setengah sedih setengah bahagia.

Cuma bisa berkata, apa aku bisa menghadapi kehidupan baru ku? Tidak hanya itu, bahkan ada seorang laki-laki memakai pakaian sekolah yang ingin memasuki gerbang sekolah terlihat sangat jelas.

Ciitt!!!

Aku terkejut. Nafasku tersengal-sengal hingga tanpa sadar pot jatuh di hadapan ku. Tepatnya di samping kakiku.

Aku syok. Lagi-lagi hanya memikirkan masalah sepele dan hampir saja aku masuk rumah ku tanpa membuka pintu.

Aku memegang dahi ku yang terasa cenat-cenut.

Aku merutuki kebodohannku bahkan tanpa sadar sudah di tertawakan oleh ayah ku yang di sebelah ku.

Lalu ayah ku membuka kan pintu rumah. Aku menarik koper menuju kamar ku. Aku pun menaiki tangga.

Kedua mata ku melotot sempurna tak kala melihat kamar yang begitu indah dari pada kamar lama ku.

Hingga ayah ku tersenyum dari jauh melihat ku yang begitu syok dengan kamar baru.

Aku tersenyum saat melihat beberapa koleksi tentang bintang. Padanganku teralih saat melihat dinding-dinding yang bergambarkan bintang-bintang.

Dalam diriku masih syok dan berusaha untuk tetap tenang, aku bisa melihat jelas bahwa ayah ku sangat sayang kepada ku.

Namun itu semua memang kelihatan susah untuk di pahami. Aku berusaha melupakan tentang hal buruk ku kepada ayah.

---
Autor : Hayo!!! Terkesima sama Aydan.
Padahal pendamping nya Metta belum
kelihatan.
💫

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Sekedar PenasaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang