'Bumi yang kita pijak sama, langit yang ditatap pun sama. Namun, kenapa alam belum mempertemukan kita.'
**
"Kamu duduk di belakang Bintang."
Guru meminta anak baru itu untuk duduk di belakang Bintang, cowok itu mengangguk sambil membetulkan letak tas yang tersemat di satu pundak, sebelum tatapan tertuju ke Bintang.
Bintang terlihat salah tingkah, hanya takut jika cowok itu mengenalinya sebagai pembuang sampah sembarangan.
"Dia keren juga," bisik Anta.
Bintang tak mendengarkan ucapan Anta, masih kebingungan jika cowok itu sebenarnya menaruh rasa kesal kepadanya.
Cowok bernama L Eldar Abimand itu berjalan ke arah meja yang berada di belakang Bintang. Hingga langkah melambat saat hampir sampai di samping Bintang.
Bintang sedikit memalingkan wajah, sudah ketakutan jika cowok itu mengenali dan mempermasalahkan kejadian tadi pagi.
Anta sendiri terus memperhatikan Bintang yang bersikap aneh baginya. Hingga dia menatap teman sekelas barunya yang melangkah menuju meja belakang mereka.
Anta menoleh ke belakang, kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.
"Aku Anta."
Cowok itu hanya tersenyum dan membalas jabat tangan Anta, lantas mereka memulai pelajarannya.
Bintang masih merasa jantungnya berdegup dengan cepat, kenapa dirinya bisa sesial ini berada di satu kelas dengan cowok itu.
"Semalam sial, kenapa pagi ini juga sial?" Bintang menggerutu dalam hati.
**
Jam kelas pun usai, semua anak-anak terlihat keluar untuk pergi ke kantin atau sekadar main melepas tekanan setelah beberapa jam dihadapkan dengan banyaknya tulisan dan pertanyaan dari guru.
"El, boleh gue manggil lu dengan El?" tanya Anta yang langsung menoleh ke belakang saat guru sudah keluar dari kelas.
Cowok yang dipanggil Anta dengan nama El itu pun mengangguk tanda setuju. Hingga ekor mata melirik Bintang yang sedang mengemasi buku dan memasukkan kembali ke tas.
"Anta, gue mau ke kelas sebelah!" Bintang langsung berdiri tanpa menoleh sepupunya.
"Ke mana? Ketemu Altair?" tanya Anta sambil memandang adik sepupunya itu.
Bintang menoleh kemudian mengangguk dengan seulas senyum. Hingga ekor mata melihat jika cowok yang duduk di belakangnya memandang ke arahnya.
"Sudah ya, gue nyari Al dulu." Bintang pun bergegas pergi karena masih tidak nyaman dengan tatapan cowok baru itu.
Anta melihat Bintang yang bergegas pergi, hingga menggeleng-gelengkan kepala karena adik sepupunya itu berjalan dengan cepat.
"Jangan terkejut dengan sikapnya."
Suara Anta membuyarkan lamunan teman barunya yang sejak tadi ternyata memperhatikan ke mana Bintang pergi.
"Tidak," jawab cowok yang dipanggil El itu.
**
Bintang pergi ke kelas 12 D tempat cowoknya berada. Ya, sudah hampir satu tahun Bintang menjalin hubungan dengan pemuda bernama Altair. Selama itu pula Bintang pacaran secara diam-diam karena takut jika terkena marah sang mami. Sebab itulah dia sering memberikan uang tutup mulut ke Orion, karena adiknya mengetahui hubungannya dengan Altair.
"Al!" Bintang langsung menghampiri sang pacar yang masih duduk di kursinya.
"Hei, Bin." Cowok dengan perawakan tinggi dan memiliki hidung mancung serta berkulit putih itu tersenyum ke arah Bintang yang baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang untuk Langit (TERBIT)
Teen FictionBuku ini sudah terbit, yang ingin baca kelanjutannya secara online, bisa ke Goodnovel. Jika langit selalu bertabur bintang. Lantas kenapa Langit merasa kesepian? Berpindah SMA tak hanya sekali, membuat orangtua remaja bernama Langit merasa keheranan...